Thursday, 2 February 2023

Progress Membaca Januari 2023

Dance of Thieves adalah salah satu buku yang saya beli ketika mampir ke Periplus Jogja. Bulky dan cukup berat, saya bela-belain tenteng keluar masuk Malioboro Mall dan Starbucks dan juga jalan kaki panjang menuju parkiran di ujung jalan sono. Buku ini bercerita tentang Jase Ballanger yang baru saja diangkat sebagai Patrei (semacam raja) setelah ayahnya meninggal secara mendadak. Di masa-masa berkabung ini, banyak musuh siap menyerang untuk mengambil alih wilayah dan bisnis keluarga Ballanger. Salah satu pesan terakhir ayah Jase adalah untuk mengundang Queen of Venda untuk hadir dan mengakui wilayah mereka sehingga baik kawan maupun lawan dapat lebih menghargai kedaulatan mereka. Sebelum itu tercapai, Jase perlu waspada penuh terhadap segala bentuk gangguan yang terjadi di wilayahnya, termasuk ketika Kazi membuat keributan dengan salah satu penjual pasar. Namun, satu tindakan ceroboh membuat mereka berdua tertangkap segerombolan penjual budak untuk dijadikan pekerja tambang di negara jauh sana. Terjebak bersama Kazi thanks to rantai di antara kedua kaki mereka, Jase, yang harus segera kembali ke keluarganya untuk menghadiri upacara pemakaman ayahnya (simbol Patrei pengganti siap mengambil alih) harus memutar otak untuk bisa keluar dari situasi ini. Dua tokoh utama di series ini memiliki misinya masing-masing dan saya sangat menghargai penulis yang menciptakan tokoh all-around green flag semacam Jase Ballanger. Bikin saya semangat buat lanjut ke sekuelnya.

Sunday, 1 January 2023

2022 ➡️ 2023

Another year. Another reflection.

Berakhir 1 tahun tanpa kabar di blog ini. Mungkin beberapa bisa saya singkat pada poin-poin berikut:

Friday, 28 October 2022

[Review Buku] The Reading List oleh Sara Nisha Adams

Halo. Sudah lama saya tidak duduk sebentar untuk ngobrol tentang buku.

Setahun belakangan, saya merasakan preferensi membaca berubah dari nonfiksi menjadi fiksi. Membaca yang awalnya merupakan proses edukatif, berganti jadi sebuah sarana rekreatif. Karena itu, setelah menamatkan 1 buku, biasanya akan langsung lompat ke buku berikutnya tanpa ada proses internalisasi. They did their job, so I'll move on to other book to continue the job. Proses yang....dibilang kurang sehat? Saya jadi nggak bisa memaksimalkan hikmah yang seharusnya bisa didapat. Dan kurang bisa take notes tentang kondisi diri. Tapi, cara tersebut cukup membantu saya melanjutkan hari-hari yang penuh stres. 

Biar ada sedikit faedah (hehe) untuk buku yang saat ini saya baca, mau saya laporkan di blog. Saya lagi baca sebuah novel, nih, yang saking bisa bersimpati dengan karakter-karakter di dalamnya, bikin saya menghabiskan banyak stabilo beraneka warna.

Friday, 4 June 2021

Progress Membaca Januari - Mei 2021

Di awal pandemi, saya si introvert naif merasa sangat secure karena berpikir waktu untuk melakukan hobi-hobi egois akan jadi semakin panjang. Yah, salah satunya membaca. Berapa buku yang saat itu saya ekspektasikan akan terbabat habis? Enam puluh? Seratus?

Realitanya sih, dari pandemi dimulai hingga akhir tahun 2020, saya NYARIS tidak bisa menamatkan satu pun buku! Yang pada akhirnya tertamatkan pun tidak disertai dengan pengalaman yang enjoyable, sehingga sering terpikir, "Apa gunanya membaca jika tidak mendatangkan percikan rasa bahagia dan takjub atas informasi baru?" Karena itu, di awal tahun 2021, saya tidak berekspektasi muluk-muluk. Di Goodreads pun, saya hanya mematok goal untuk menamatkan 3 buku saja dalam satu tahun. Yeah, the bar is really that low. Mau baca, silahkan. Mau libur dan cari hobi baru, silahkan. Toh, belajar nggak cuma datang dari buku.

Makanya, heran juga saya ketika per akhir Mei, saya berhasil menamatkan 6 buku. Genre terpilih macam-macam, disesuaikan dengan suasana hati saat itu. 


Poisoner in Chief adalah buku PO ketika masih jaman suka baca biografi sejarah. Nunggunya lama banget, dan setelah melewati proses maju-mundur, eliminasi-eh nggak jadi dieliminasi, trus eh nekat beli (dengan saldo-saldo terakhir di rekening), pada akhirnya saya membacanya dengan ekspektasi yang nggak wajar tingginya. Memang sih informasi yang dijabarkan lengkap, tapi saya tuh merasa ada yang kurang. Bisa jadi saya nggak cocok sama gaya penulisannya, atau memang saya nggak peduli-peduli amat setelah informasi yang menggugah saya sebelumnya sudah terjawab oleh penulis di awal bab, atau..... karena buku ini gagal memberikan konklusi yang jelas. Sisi positifnya sih, saya jadi paham tentang detail MK-ULTRA dan betapa teganya penguasa yang mengatasnamakan kepentingan satu negara untuk menjustifikasi tindakan keji dan tidak manusiawi. 

Wednesday, 18 November 2020

Progress Membaca Bulan November 2020 (Sejauh Ini)

Rasanya aneh tidak menulis blogpost setelah sebelumnya cukup rajin "laporan" di sini. Mau gimana ya, kenyataannya memang belum ada buku yang saya tamatkan lagi. Jadi, sekarang saya mau cerita saja buku-buku yang lagi terbaca. Kondisinya memang belum pada tamat, jadi beberapa pendapat mungkin bisa berubah suatu hari nanti: