Saturday 11 January 2020

[Review Buku] Who Thought This Was a Good Idea? oleh Alyssa Mastromonaco

Hari ini saya nganggur. Karena bingung mau ngapain yang nggak perlu buang uang, akhirnya memutuskan untuk anteng di rumah sambil Konmari lemari baju. Lumayan, jadi agak mabok uap setrikaan. Siapa kemarin yang ngaku anak minimalis? NOT me, because clearly I’ve been hoarding all the clothes that I could get. Ya gimana, tiap stres, mampirnya ke toko kain. Kainnya terus sampai ke tukang jahit. Sejak terakhir melakukan Konmari, lemari saya sudah penuh tumpukan lagi. 


Lemari sudah rapi, baju yang tidak spark joy sudah dipisahkan, jadi sekarang saya bakal cerita soal buku yang terakhir ditamatkan saja. 2020 diawali dengan baik oleh memoar milik Alyssa Mastromonaco, berjudul Who Thought This Was a Good Idea? And Other Questions You Should Have Answers to When You Work in the White House. Mastromonaco adalah salah satu orang penting di balik kesuksesan karir Barack Obama dari jaman masih jadi Senator hingga mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat periode kedua, sehingga poin jualan buku ini memang: “Seperti apa sih rasanya kerja bareng Obama?”

Bagi saya, yang membuat buku ini terpilih adalah pengalaman Mastromonaco sebagai direktur scheduling and advance department di White House. Saya butuh belajar mindset dia sebagai seorang perencana! Dan memang dijelaskan dengan sangat lengkap bin deskriptif di sini. Dari mulai etika kerja, karakteristik, hingga manajemen krisis yang dia lakukan ketika menjalankan program dari Obama. Bonus menyenangkan: kehidupan pribadi dan prinsip hidup yang dia pegang.

Membaca tulisan Mastromonaco, saya merasakan aura “protagonis di novel Sophie Kinsella” yang sangat kuat. She’s THAT funny. Bedanya, yang Mastromonaco alami itu kisah nyata. Dan menyangkut orang penting yang selama ini cuma kita lihat di panggung atau layar kaca atau berita di internet (pengecualian terbaru ya dari Becoming milik Michelle Obama). Ibaratnya, kita yang sebelumnya cuma lihat hasil akhir proses dalam bentuk pencapaian-pencapaian Obama, sekarang tahu perjuangan di balik layar yang dilakukan tim sukses dan stafnya. Kita tidak akan bisa dapat impression staf terhadap atasan sehangat ini di memoar-memoar milik staf Donald Trump, jadi I’ll enjoy it while it last, thank you very much.

I learned a lot about leadership from Obama. (Obviously.) As a boss, he isn't someone who makes you feel like you have to prove yourself; there's no external pressure to make you procrastinate or take shortcuts. He never yelled or demeaned people—even if you let him down, he would move on if you admitted it up front. He assumed we were all adults and learned our own lesson.

Keluhan? Mungkin pada segi penataan timeline ya. Babnya diatur berdasarkan sifat apa yang ingin Mastromonaco jelaskan (Bab 1-Leadership ; Bab 2-Preparedness ; Bab 3-Independence ; dst). Saya awalnya tidak ngeh, dikira urut berdasarkan waktu kejadian. Makanya kemarin bingung, bab sebelumnya jelasin sudah bahagia bertunangan sama X, kok di bab selanjutnya cerita lagi sedih karena barusan putus sama pacar yang namanya Y? Tadi pakai istilah fiancé, kok sekarang ex-boyfriend? (Tolong, tidak menerima guyonan “tunangan adalah sebutan mantan pacar yang naik kelas.”) Begitu. Pengaturan babnya bikin pusing.

Terus, saya rasa judulnya tidak bisa mewakili isi keseluruhan dari bukunya. Who Thought This Was a Good Idea? sepintas terdengar seperti buku tentang seseorang yang aji mumpung dan nekat dalam menjalani sebuah pekerjaan, sedangkan Mastromonaco adalah staf yang sangat capable dan berdedikasi. Mungkin dia ingin meniru judul buku Mindy Kaling yang terdengar asik—Why Not Me? dan Is Everyone Hanging Out Without Me?—karena di bukunya sempat diceritakan kalau Mastromonaco ngefans sama Mindy Kaling. Padahal, lebih bagus kalau Mastromonaco atau editornya memilih judul yang percaya diri dan menjual. Toh, tidak sering kan perempuan yang membantu kesuksesan seorang Barack Obama mempublikasikan buku tentang perjuangan di balik layarnya?

One of the good things about being resilient is that, when you're forced to veer off course, you pick up skills you didn't realize you needed. That was probably the most I've ever struggled professionally, but I'm still here. Being resilient means being honest: You have to admit when you're struggling. Usually, someone will help you.

Mastromonaco konsisten lucu dari awal hingga akhir. Bagian penutup buku ini, yang berbentuk dokumentasi Mastromonaco bersama orang-orang di White House, dilengkapi oleh caption yang sangat menghibur. It must be nice working with someone as charming as Barack Obama and with colleague as funny as Alyssa Mastromonaco.


Buku ini sangat bagus dan informatif di mata saya. Saya juga jadi sadar kalau akhir-akhir ini lagi tertarik sama politik dan kembali menikmati asyiknya membaca memoar setelah cukup lama main di area biografi dan sejarah. Kira-kira bakal lanjut nggak ya preferensi ini?

No comments:

Post a Comment