Monday, 2 November 2020

[Review Buku] The Searcher oleh Tana French, The Room-maid oleh Sariah Wilson, dan The Unhoneymooners oleh Christina Lauren

Better done than perfect. Di awal Bulan November ini, saya mau merekap buku-buku yang sudah terbaca tapi belum diulas pada Bulan Oktober dalam satu postingan. Semuanya fiksi. Dan semuanya berkesan. 


 

Merupakan novel karya Tana French pertama bagi saya. Bercerita tentang Cal, seorang pensiunan detektif New York yang pindah ke Irlandia untuk memulai hidup baru, namun malah dihadapkan dengan misteri hilangnya Brendan Reddy, kakak dari bocah yang kerap datang membantunya merenovasi rumah, dan betapa acuhnya penduduk satu kota atas absennya Brendan.

 

Novel ini alurnya lambat tanpa terasa membosankan. Setiap hari, saya menanti-nanti ketika waktu luang tiba untuk mengetahui apa yang akan Cal lakukan pada rumah reyotnya dan kejutan apa yang akan Cal hadapi dari tetangga-tetangganya yang misterius. Penulisan Tana French sangat rapi dan cermat. Karena Cal adalah mantan detektif, diperlukan detail-detail ketangkasan dalam tindak-tanduknya, yang untungnya mampu Tana French eksekusi dengan baik. Selain itu, banyak kalimat-kalimat yang menohok hati, terutama ketika Cal menguak alasannya pindah ke Irlandia. Beberapa hari setelah menamatkan buku ini, saya sering memikirkan ulang apa yang dikatakan Cal. Untuk kemudian menyimpulkan… bahwa alasan saya menyukai karakternya adalah kesamaan yang kami miliki dalam hal prinsip hidup. 

 

4 bintang untuk The Searcher. Melebihi ekspektasi awal. Untuk karya-karya Tana French lainnya, saya tidak yakin akan bisa menyukainya sebesar ini.

 


Sebuah romcom! Bercerita tentang Madison, bungsu dari keluarga kaya raya, yang didepak dari rumahnya—beserta privilige-privilige yang melekat dengan status keluarganya—karena ngotot ingin bekerja sebagai guru. Untuk pertama kali Madison harus berhemat dan melakukan hal-hal yang dijalani rakyat jelata lain, salah satunya adalah berbagi apartemen. Bibinya yang merupakan agen properti kalangan menengah ke atas berhasil mendapatkan penawaran menarik bagi Madison. Ia dapat tinggal di apartemen mewah milik Tyler Roth secara gratis, tetapi di hari-hari Tyler ke luar kota untuk bekerja, Madison harus mengurus anjing kesayangannya dan membersihkan seisi apartemen. Hal-hal yang, tidak pernah Madison lakukan seumur hidupnya berkat bantuan asisten-asisten rumah tangga yang melayaninya sejak kecil. Syarat lain yang paling penting adalah, Madison tidak boleh naksir sama Tyler, si tampan yang punya riwayat dikuntit oleh mantan pacarnya yang telalu obsesif.

 

The Room-maid merupakan definisi dari cerita klise, mudah ditebak, dan penuh fairy-tale bullsheet yang tidak umum dialami manusia biasa seperti saya. But… I like it! 4 bintang saya anugerahkan buat novel ini. Alasannya sih saat baca novel ini, saya lagi capek-capeknya sama kerjaan, sehingga “kabur” ke cerita Madison yang sangat ringan dan apa-apa dimudahkan terasa seperti pengalaman mewah untuk ngayal babu hehehe. Novel ini lumayan bisa mengembalikan keyakinan saya atas keberadaan decent man as a life partner.  ((wow the bar is really THAT low))

 


Ketagihan baca cerita ringan bikin saya melompat langsung ke novel Christina Lauren setelah menamatkan The Room-maid. The Unhoneymooners menjanjikan enemy to lovers trope, bagaimana bisa tidak langsung tergoda coba? 

 

Novel ini bercerita tentang Olive dan Ethan yang telah jadi musuh bebuyutan sejak pertama kali dikenalkan oleh saudara mereka masing-masing, Ami dan Dane. Ketika hari pernikahan kedua saudara mereka digelar, seluruh tamu kecuali Olive dan Ethan mengalami keracunan makanan yang disebabkan oleh buffet makanan laut. Kedua pengantin, sayangnya, termasuk dalam daftar korban. Sedangkan, tiket bulan madu mereka tidak bisa ditukar tanggal/diuangkan. Jika ingin mengambil tempat Ami dan Dane dalam paket bulan madu berhari-hari di Maui tersebut, Olive dan Ethan harus menelan ketidaksukaan mereka masing-masing dan bertingkah sebagai pasangan baru menikah yang penuh cinta dan tidak terpisahkan satu sama lain.

 

The Unhoneymooners saya akui memiliki pembuka cerita PALING MENGHIBUR yang saya baca. Kualitas penulisan Christina Lauren (2 penulis ya mereka itu) sangat luwes, membuat The Room-maid nampak kalah jauh baik dalam hal komedi atau chemistry karakternya. Saya masih ingat waktu baca The Unhoneymooners, suka ketawa-ketawa sendiri dan mikir: IH INI KENAPA STANDALONE SIH, DIBIKIN SERIAL AJA BIAR NGGAK CEPAT HABIS CERITANYA! Konflik yang nampak terlalu kebetulan jadi gampang dimaklumi, karena aspek-aspek lain bisa menutupinya.

 

Sayang, menjelang akhir cerita, ada satu konflik yang membuat kecurigaan saya atas karakter Ethan jadi benar-benar terbukti. Saya benar-benar terganggu dengan cara Ethan memperlakukan Olive di situ, dan hal tersebut membuat pengalaman membacanya jadi menurun drastis. Untungnya, karakter Olive digambarkan sebagai sosok yang tidak mudah goyah keyakinannya. Ketegasan Olive bikin saya mampu lanjut baca hingga akhir cerita (Sany Tim Olive dari Awal sampai Akhir!!). Dan bisa ditebak, saya nggak bisa menerima semudah Olive dalam hal memaafkan orang-orang yang mendzaliminya. I guess... there’s some lesson there to be learned (I have an evil and vengeful soul, thank you very much). Tetap dapat 4 bintang, karena saya dermawan dan ramah dan mudah disenangkan.

 

 


Itulah tiga fiksi yang berhasil saya tamatkan di akhir Bulan Oktober. Untuk Bulan November, saya rencananya mau ikut kegiatan baca Nonfiction November, sehingga buku yang terbaca tidak akan seenteng dan se-bubbly sebelumnya. Saya mau balik ke nonfiksi dulu, karena lagi butuh ilmu dasar buat (1) hobi melukis dan (2) pekerjaan. Prioritas, tetap di kegiatan melukis! *ditampol bos*

1 comment:

  1. The Unhoneymooners punya premis yg sangaaaat menarik.

    ReplyDelete