Kali ini saya mau memperluas pengetahuan kuliner dengan membaca dua buku masak dari negara berbeda. Yang pertama berjudul Authentic Polish Cooking, ditulis oleh Marianna Dworak. Resep-resep yang ada di dalamnya merupakan resep tradisional Polandia yang sering dimasak oleh keluarga penulis, kebanyakan diambil dari catatan buku resep milik ibunya.
Saya suka sekali dengan buku resep ini, karena membuka mata saya kalau ternyata masakan Polandia itu enak-enak dan mudah. Masing-masing resepnya cuma butuh beberapa bahan saja (kayaknya nggak ada yang lebih dari 10 jenis bahan deh) dan hampir semua tersedia di toko-toko dekat rumah. Cuma ya ada beberapa bahan yang sempat bikin saya sangsi karena—uhuk—mahal. Contohnya nih, sour cream. Karena kita orang Indonesia nggak pakai sour cream untuk memasak sehari-hari dan kebanyakan yang dijual di toko itu impor, jadinya harganya lumayan mahal ya untuk standar bumbu kita. Apalagi sekali masak cuma butuh berapa sendok saja kan, sayang kalau sisanya cuma nganggur di kulkas. Contoh lainnya sih pasta tomat (bukan saus tomat lho ya), yang dilemanya hampir sama kayak sour cream: harganya cukup mahal dan kemasannya kaleng. Sekali dibuka, bingung cara menyimpannya. Malas juga sih mindah-mindah ke Tupperware gitu.
Tapi kalau dijadikan menu akhir minggu sepertinya layak deh dengan pengorbanan riweuh-nya. Penulis menekankan kalau masakan Polandia bakal maksimal citarasanya kalau dimasak sejak berjam-jam sebelumnya, sehingga cocok kalau dimasak untuk acara makan bersama keluarga yang santai. Kuncinya adalah jangan tergoda untuk cari jalan pintas. Dari mulai potong-potong bahan, bikin kaldu, dan lain sebagainya… nikmati dengan baik. Makanya, bisa dibilang proses memasak hidangan Polandia merupakan media bonding yang cocok sekali buat anggota keluarga. Saya sudah menandai beberapa menu yang terlihat enak dan pas sama selera sekeluarga, kapan-kapan akan kita eksekusi.
Buku kedua adalah Stir-frying to the Sky’s Edge (gila nih judulnya keren banget) yang ditulis oleh Grace Young. Ini adalah kitab untuk kalian yang suka tumis-menumis ala masakan Tiongkok. Sejak bagian pendahuluan, saya sudah terpikat banget sama dedikasi penulisnya—yang bekerja sebagai instruktur masak internasional—buat bawa wok miliknya keliling dunia. Bahkan, dia punya metode khusus biar wok kesayangannya bisa masuk hand carry, walaupun itu berarti dia harus selalu CEMAAAS tiap naruh tasnya di bagian scanner. Tukang cemas tapi tetap dilakuin demi hasil sempurna? Honestly, I can relate.
Stir-frying to the Sky’s Edge lebih “berbobot” daripada Authentic Polish Cooking karena ada banyak sekali pengetahuan yang dibagikan penulis mengenai alat-alat dan teknik yang membuat makanan yang ditumis menjadi super nikmat. Ini membuat saya agak pinter dikit waktu jalan ke bagian alat permasakan di toko perabot. Sudah nggak asal milih produk terus langsung bawa ke kasir, karena ada pertimbangan khusus yang disesuaikan sama kebutuhan masak keluarga saya. Info yang diberikan sangat jelas, masuk akal, dan dilengkapi dengan ukuran-ukuran yang kita perlukan dalam satuan inchi. She knows what she’s talking about, guys. Penulis benar-benar sudah dalam taraf master, memperlakukan proses memasak lebih sebagai seni dan bukannya sekadar kegiatan memenuhi kebutuhan perut. I stan a professional queen.
Jujur saya agak nggak minat sama bagian seasoning a wok karena…kayaknya saya nggak bakal mau repot-repot deh. Tapi saya nggak mau menutup kemungkinan kalau di masa depan, bisa jadi saya penasaran. Toh nyatanya, dulu saya pernah sok-sok nggak mau repot masak manual per bahan. Lihat deh sekarang, saya malah sangat menikmati prosesnya. Saya jadi sadar, rupanya sangat theurapeutic motong-motong sayur sambil dengerin audiobook, atau mitilin bayam di depan laptop sambil nonton drama korea (sungguh sangat bibik). Kalau pada akhirnya di masa depan saya terobsesi sama wok, buku ini bakal jadi rujukan pertama yang saya buka karena saya cuma mau ngikutin titah dari seorang Q U E E N of wok. Jadi, baca sekilas dulu sekarang. Besok-besok, baru dihayati dan dipraktekkan.
Oh ya, informasi lain yang dibagi penulis adalah bahan-bahan yang biasa digunakan untuk tumis-menumis. Dari mulai sayur, empon-empon, bermacam saus dan kecap, jenis mi, hingga jenis minyak yang dipakai dijelaskan dengan sangat baik. Penulis juga ngasih tips gimana cara memilih dan mengolah bahan yang segar. Membaca buku ini mengubah pola pikir saya. Sebelumnya, saya memimpikan punya mertua yang pinter masak dan bakal mengajari saya berbagai pengetahuan dapur sambil bonding. Setelah baca ini, saya justru ingin menjadi si mertua itu; ramah dan sabar mengajarkan ilmu memasak ke seseorang yang anak saya cintai. Tentu tujuannya bukan biar dia bisa melayani anak saya; anak saya harus bisa menyuplai kebutuhan hidupnya sendiri. I just want to be that nice old lady, okay? Yang nggak suka nyiksa calon menantu dan memperlakukannya seperti anak kandung sendiri. After all, the're gonna be MY children too. Dan dengan buku ini, impian saya jadi mungkin. Terima kasih banyak, penulis! Pokoknya saya sangat merekomendasikan buku Stir-frying to the Sky’s Edge buat kalian yang mau belajar teori masak dari tahap pemula hingga ahli.
Saya sangat puas dengan bacaan buku-buku masak minggu ini. Sebagai seorang yang suka pilih-pilih makanan dan cepat bosan dengan menu yang itu-itu saja, saya senang bisa menandai berbagai menu internasional untuk dicoba di kemudian hari. Pengetahuan tentang teknik dan alat masak juga nambah secara signifikan berkat dua buku ini. Minggu depan sepertinya bakal mencoba baca buku masak lain, dari negara lain.
No comments:
Post a Comment