Tuesday, 19 March 2019

Maret: Kembali ke Novel, Menyambung Pertemanan, dan Mempertahankan Ketenangan Batin

Salah satu sumber stres saya adalah ketidakmampuan untuk membuat ulasan buku setelah menjadikan “mengulas setiap buku yang dibaca” salah satu resolusi 2019. Sejauh ini, sudah ada 4 buku yang tamat tanpa satu pun terulas. Saya merasa gagal, dan secara tidak langsung menimbulkan perasaan bersalah untuk lanjut baca buku lain. Untuk mengatasinya, saya memutuskan untuk membuat ulasan singkat di postingan ini saja. Buku-buku (kurang beruntung karena tidak mendapatkan perhatian penuh saya dalam ulasan panjang lebar per-posting) antara lain:


Tahereh Mafi menghidupkan kembali seri Shatter Me dengan diterbitkannya Restore Me. Buku ini adalah proyek baca ulang karena dua minggu lagi, buku kelimanya (Defy Me) akan terbit. Restore Me menyajikan unsur menonjol dibandingkan novel distopia lain, yaitu menunjukkan ke pembaca apa yang terjadi setelah musuh besar (dalam hal ini pemerintah yang korup) dikalahkan. Yang mengikuti seri ini dari awal sekali pasti merasakan betapa berkembangnya tokoh Juliette Ferrars hingga akhirnya menduduki jabatan sebagai Supreme Commander Amerika Utara. Di buku ini juga akhirnya dijelaskan LATAR dari keseluruhan cerita Shatter Me, suatu hal yang menurut saya masih gaje waktu dulu menamatkan Ignite Me. Tiga poin ini membuat keputusan Tahereh Mafi untuk menerbitkan Restore Me tidak sia-sia (I concluded that she wasn’t trying to milking the cash cow) meskipun cukup berani juga ya mengingat masa kejayaan distopia sudah lewat dan fandom seri ini enggak besar-besar banget. Cukup menikmati buku ini meskipun tidak dalam taraf terikat secara emosional dengan tokoh-tokoh di dalamnya.


AKHIRNYA. Sesuatu yang kita nantikan sedari dulu: cerita dari sudut pandang Kenji Kishimoto, satu-satunya tokoh yang waras dan selalu meluruskan tindakan gila dari tokoh-tokoh lainnya! Kita bisa tahu apa konflik batin yang selama ini dialami Kenji (yang mengkonfirmasi teori bahwa orang yang di luar menampilkan emosi paling ceria adalah yang di dalam hatinya paling merasakan kesedihan) dan pengalamannya naksir cewek untuk pertama kalinya. My sweet baby boy, I feel like a proud mama here *wipe fake tears*. Di novella ini juga dijelaskan secara lebih detail APA SIH YANG SEBENARNYA TERJADI DI AKHIR CERITA RESTORE ME. 


Saya menamatkan Daisy Jones & The Six melalui versi audiobooknya. Keputusan yang tepat, karena format dari novel ini adalah…wawancara? Secara singkat novel ini menceritakan upaya seorang penulis biografi dalam mengungkap alasan Daisy Jones & The Six, band paling legendaris di tahun 1970-an, untuk membubarkan diri di puncak karir mereka. Setiap tokoh memiliki naratornya sendiri (suami Taylor Jenkins Reid bahkan ikut menyumbang suara) sehingga ketika kita mendengar versi audiobook, kita serasa mendengarkan percakapannya secara langsung. Lebih hidup, lebih mengalir, dan lebih membuat penasaran. Jempol buat narator Daisy Jones; suaranya yang sengau dan serak macam penyanyi yang sering merokok benar-benar sesuai dengan kepribadian Daisy. Namun, narator kesukaan saya justru yang mengisi suara Karen; pelafalannya melengking di bagian-bagian yang tepat sehingga dialog yang dia bawakan memiliki kesan flirty, in a very interesting way. 

Seperti Restore Me, saya menyukai novel ini tetapi tidak memiliki keterikatan emosional dengan tokoh-tokoh di dalamnya. Taylor Jenkins Reid memang selalu menciptakan tokoh yang manusiawi dan jujur, sehingga ada beberapa sifat dari tokoh yang saya nggak suka. Kemudian, format wawancaranya bikin saya nggak bisa menikmati alur dengan maksimal. Menurut saya, kekuatan Taylor Jenkins Reid sebagai penulis adalah kemampuannya membangun suspensi dan menarik emosi pembaca melalui narasi. Maka ketika narasi ditiadakan di novel ini, agak goyah gitu pondasinya. Sama-sama punya tokoh utama yang b-e-a-c-h-y, saya lebih suka The Seven Husbands of Evelyn Hugo (ulasannya bisa dibaca di sini).


Ini juga merupakan proyek baca ulang, dilakukan karena saya pengen baca novel ketiga dan keempatnya tapi lupaaa sama apa yang terjadi di novel kedua (buku pertamanya sudah pernah saya ulas di sini). No Charm Intended adalah novel yang menyelamatkan kewarasan saya di satu minggu penuh stres melalui ceritanya yang ringan dan bubbly. Nggak ada tekanan untuk menebak siapa pembunuhnya, karena saya sudah pernah baca tapi lupa plus lagi nggak begitu kompetitif juga. Saya justru lebih fokus ke Chasel vs Adrian (PS: saya tim Chasel!) dalam merebut perhatian Cora. Kadang memang kita perlu berhenti dan bernapas sejenak tanpa terlalu mengkritisi kekurangan dalam novel yang kita baca. Sekarang saya sedang membaca novel ketiganya, karena otak masih membutuhkan bacaan ringan minim konflik.


Selain membaca novel-novel di atas, beberapa waktu belakangan saya habiskan untuk mengeksplor beberapa kafe untuk memaksimalkan pengalaman membaca saya. Yang paling saya suka adalah tempat yang sepi, minim musik, dan (surprisingly) tanpa wifi. 



Selain itu, saya juga berkesempatan untuk ngobrol berkualitas dengan teman-teman dekat. Dari mulai teman lama, teman yang sudah berbulan-bulan nggak ketemu karena double degree, hingga teman baru yang langsung seperti sahabat. Dari pertemuan-pertemuan ini, saya menyadari kalau banyak perempuan hebat di hidup saya, dengan perjuangan dan prestasinya masing-masing.

Termasuk dalam aktivitas bolang kita adalah pergi ke toko buku untuk kemudian keluar tanpa membawa bungkusan apapun melainkan menambah wishlist yang semakin menggunung. Karena kita nggak cuma pengen satu, dua, atau tiga buku, tetapi SEDERET sekaligus yang per bukunya nggak ada yang lebih murah dari Rp 350.000. We're such wild girls, indeed.



(Sebentar lagi saya akan berpenghasilan tinggi, tunggu ya kalian semua akan saya borong!)

Begitulah wrap up dari saya di bulan yang sangat se-lo ini. Mungkin beberapa minggu ini saya memang butuh istirahat total secara mental dan fisik. Beruntung sekali saya punya banyak buku bagus untuk membuat otak terus bekerja. Nanti kalau sudah siap, saya akan kembali dengan ulasan yang panjaaaaaang dan lebaaaaaaaaaaar.

1 comment:

  1. Sepertinya bulan ini lagi kalang - kabut yah ka... keep fighting yah ku selalu menunggu review nya loooh..
    Pertama jadi silent reader nih.. tapi reviewnya kaka tuh sangaaaaaaat inspiring bangeeet.. sampe - sampe mau mulai lagi nih buat namatin buku buku yg belum selesai... hehe

    ReplyDelete