Sunday 7 July 2019

Decluttering 1/?

Selamat Hari Minggu!

Kali ini saya nggak sharing soal ulasan buku dulu, karena sejak beberapa hari lalu lagi berjuang buat mencegah sakit mata. Meskipun di rumah nggak ada bocah (teman-teman saya pada ketularan ponakan atau adiknya gitu), kayaknya saya tertular ketika pergi ke mall

Otomatis, kegiatan membaca pun ikut dikurangi. Di hari-hari awal sempat kagok sih, bikin sadar kalau selama ini nggak pernah absen sama kegiatan membaca khususnya di pagi hari sambil ngopi. Tapi saya jadi punya alasan untuk cari-cari kesibukan yang biasanya nggak pernah dilakukan. Sedikit demi sedikit, saya meng-Konmari-kan lemari pakaian dan lemari buku di kamar. Sehari satu bagian rak, biar nggak terekspos terlalu banyak debu. Terus, saya juga coba-coba beberapa resep super cepat biar makanan serumah nggak itu-itu aja. So far, saya cukup menikmati kehidupan menganggur ini. Tapi kayaknya, nggak bisa betah kalau gaya hidup seperti ini diteruskan.

Paling gampang nyetok sambel pecel yang enak. Tiap malas masak tinggal rebus sayur dan nyeduh sambelnya, terus masak lauk protein sederhana.

Dari kegiatan Konmari lemari baju, saya bisa lebih mengenal diri saya sendiri. Pertama, saya jadi tahu kalau baju saya sangat sedikit, and I’m okay with that. Mulanya saya kira baju yang itu-itu saja diakibatkan kemalasan memutar tumpukan baju, tapi rupanya murni karena pilihannya terbatas. Saya sempat ganti gaya berpakaian (lebih nyaman pakai baju yang lebih panjang hingga ke lutut), jadi baju-baju yang agak pendek semasa kuliah S1 dulu secara berkala tereliminasi tanpa benar-benar tergantikan. Yang kemudian mengarah pada poin kedua, dimana saya jadi ngeh kalau model baju yang saya pakai itu-itu saja, and I'm still okay with that! Saya bahkan nggak punya satu pun celana jeans. Ini merupakan hasil dari rasa nyaman sama model baju/celana merek X, terus lebih memilih beli kain berbagai warna untuk kemudian diduplikasi sekaligus di tukang jahit. Di titik tertentu belanja baju di mall berhenti jadi agenda yang terlaksana dan kegiatan memilih-milih motif di toko kain lebih memunculkan perasaan bahagia. Penjahit saya sampai gedek sendiri tiap saya datang dengan bertumpuk-tumpuk kain beraneka rupa setelah sebelumnya menghilang dari peredaran dia selama lebih dari 6 bulan. 


Setelah menyingkirkan pakaian yang benar-benar tidak terpakai lagi (sambil mengucapkan terima kasih secara tulus karena sudah membantu saya selama bertahun-tahun), saya jadi lebih teliti ketika ingin menambah koleksi. Dua kain di atas sudah lama menumpuk di kamar karena saya belum menemukan model yang tepat dan praktis dan nyaman SEKALIGUS. Meskipun pakaian bukan hal yang menjadi prioritas utama hidup, saya lebih bahagia kalau setiap pagi nggak perlu pusing mix ‘n match atasan, bawahan, warna kerudung, DAN sepatu tapi tetap terlihat cute dan jauh dari kata gembel (It's incredibly complicated to simplify your life).

Tapi kemudian saya jadi berpikir, memiliki baju yang terbatas membuat saya bisa lebih mengapresiasi mereka. Yang saya pakai adalah hasil berburu motif paling sesuai sama selera yang sudah dipilih berjam-jam lamanya (so you can say that my clothes are the absolute WINNERS and wearing them made me somewhat proud); harga keseluruhannya jauh lebih rendah dari model masternya (so my peasant mindset is satisfied); kegiatan berkemas baju jadi lebih cepat (so my lazy self could spend more on procrastination agendas); sambil tetap terlihat rapi selalu (karena model yang saya pilih adalah tipe baju kantoran kasual dengan celana kain). Saya jadi paham deh sama keputusan Steve Jobs sama Mark Zuck buat pakai baju dengan model yang sama setiap hari. Benar-benar menghemat RAM otak.

Oh okay jadi merembet kemana-mana postingan ini. Intinya, tidak ada hal menyenangkan yang bisa saya bagi ke kalian mengenai kegiatan membaca minggu ini. Pencapaian saya masih di situ-situ saja. Tapi saya juga tidak mau memandang kemandegan proses baca ini sebagai sebuah kerugian—saya tetap belajar ilmu kehidupan di masa ketika otak saya idling. Saya jadi bisa lebih mengenal diri sendiri terutama ketika seluruh fisik dan mental sedang sibuk bersatu buat melawan virus dan penyakit yang memperlambat kinerja mereka. You go, you! 

Btw, saat ini sih masih memprioritaskan memoar ini, sambil tetap menyambi banyak buku-buku lain karena saya selalu serakah:


Doakan kondisi mata cepat kembali normal jadi saya bisa segera menamatkannya. 

No comments:

Post a Comment