The Coincidence of Coconut Cake
penulis Amy E. Reichert
318 halaman, New Adult (NA)/
Romance
Rating:
Dipublikasikan 21 Juli 2015 oleh
Gallery Books
In downtown Milwaukee, Wisconsin, Lou works tirelessly to
build her beloved yet struggling French restaurant, Luella’s, into a success.
She cheerfully balances her demanding business and even more demanding
fiancé…until the morning she discovers him in the buff—with an intern.
Witty yet gruff British transplant Al is keeping himself employed and entertained by writing scathing reviews of local restaurants in the Milwaukee newspaper under a pseudonym. When an anonymous tip sends him to Luella’s, little does he know he’s arrived on the worst day of the chef’s life. The review practically writes itself: underdone fish, scorched sauce, distracted service—he unleashes his worst.
The day that Al’s mean-spirited review of Luella’s runs, the two cross paths in a pub: Lou drowning her sorrows, and Al celebrating his latest publication. As they chat, Al playfully challenges Lou to show him the best of Milwaukee and she’s game—but only if they never discuss work, which Al readily agrees to. As they explore the city’s local delicacies and their mutual attraction, Lou’s restaurant faces closure, while Al’s column gains popularity. It’s only a matter of time before the two fall in love…but when the truth comes out, can Lou overlook the past to chase her future?
Witty yet gruff British transplant Al is keeping himself employed and entertained by writing scathing reviews of local restaurants in the Milwaukee newspaper under a pseudonym. When an anonymous tip sends him to Luella’s, little does he know he’s arrived on the worst day of the chef’s life. The review practically writes itself: underdone fish, scorched sauce, distracted service—he unleashes his worst.
The day that Al’s mean-spirited review of Luella’s runs, the two cross paths in a pub: Lou drowning her sorrows, and Al celebrating his latest publication. As they chat, Al playfully challenges Lou to show him the best of Milwaukee and she’s game—but only if they never discuss work, which Al readily agrees to. As they explore the city’s local delicacies and their mutual attraction, Lou’s restaurant faces closure, while Al’s column gains popularity. It’s only a matter of time before the two fall in love…but when the truth comes out, can Lou overlook the past to chase her future?
Di awal tahun 2016 silam, saya membuat
resolusi untuk keluar dari zona nyaman YA (Young Adult a.k.a. teenlit). Sejak saat itu, berbagai genre sudah saya baca. Hasilnya lumayan. Yang dulunya tidak begitu
menyukai NA, sekarang malah menjadi genre
yang paling sering saya baca. Mungkin ini salah satu tanda kalau saya mulai
bisa berpikir dewasa ya, sehingga membutuhkan “makanan otak” yang sesuai. Saya
akui kalau ceritanya kadang bisa cheesy dan
sangat mustahil terjadi di dunia nyata. Tapi bukannya itu salah satu alasan
kita dalam membaca novel? Untuk sejenak lari dari kenyataan?
Salah satu NA yang saya nikmati
baru-baru ini adalah The Coincidence of
Coconut Cake, yang
bercerita tentang Lou, chef muda
pemilik restoran Luella’s. Usahanya banting tulang di Luella’s setiap hari
mulai membuahkan hasil; restorannya balik modal dan mulai untung walau sedikit.
Sayangnya, Devlin, tunangan Lou yang juga seorang pengacara sukses, tidak
begitu suka kalau Lou harus berkotor-kotor di dapur. Pertunangan mereka yang
sebenarnya kaku dan tidak mendapat dukungan dari teman-teman Lou ini akhirnya
harus berakhir ketika Lou memergoki Devlin selingkuh dengan rekan kerjanya,
tepat ketika Lou ingin memberi kejutan di hari ulang tahun Devlin. Listen, mate…. saya nggak sedih mereka
gagal nikah, tapi saya sedih banget waktu coconut
cake yang dibawa Lou jatuh. Hiks.
Dengan perasaan berkecamuk, Lou
harus tetap menjalankan bisnisnya. Apesnya, hari itu pula yang dipilih oleh A.
W. Wodyski, seorang kritikus makanan yang sedang naik daun karena tingkat
“kepedasan” ulasannya, untuk datang dan mencicipi masakan Luella’s. Yep, Lou gagal profesional hari itu,
sehingga menyajikan masakan yang tidak layak untuk pelanggannya. Wodyski pun
saking jengkelnya dengan masakan Lou (yang ikannya masih mentah) juga bersikap
tidak profesional dengan tidak memberikan benefit
of the doubt dan menolak untuk datang lagi (biasanya dia akan makan 3-5
kali di restoran yang akan dia ulas untuk mendapat keakuratan kualitas makanan
mereka).
Ketika ulasan Wodyski terbit,
bisa ditebak…. Luella’s mulai sepi pelanggan. Dan di masa-masa depresi dan
semi-menganggur itulah Lou mulai dekat dengan Al, pria British yang tidak
menyukai Milwaukee, kota kecil tempat mereka tinggal. Lou yang mencintai
Milwaukee bersumpah akan mengubah persepsi Al dengan mengajaknya keliling kota
setiap minggu. Pembawaan Lou yang selalu ceria dan referensinya akan
tempat-tempat makan super lezat membuat Al selalu menantikan hari non-date mereka, hingga akhirnya sedikit
demi sedikit dia mulai jatuh cinta kepada Lou.
Perlu saya tekankan di sini ya,
sejak awal Lou dan Al memiliki komitmen untuk tidak membicarakan masalah
pekerjaan. Konflik mulai muncul—sudah diberitahu penulis di awal cerita kalau
Al adalah A. W. Wodyski ya—ketika Al sadar bahwa Lou adalah Elizabeth Johnson,
pemilik Luella’s yang ia hancurkan habis-habian di ulasan rubrik korannya. Pengungkapan
rahasia ini adalah tension building yang
cukup membuat stres para pembaca, termasuk saya!
Kalau kamu mencari bacaan chicklit yang menghibur, saya
merekomendasikan novel ini. Memang, di bagian awal gaya penulisannya masih
kurang mulus. Tapi seiring kisah berjalan, kamu bakal jatuh cinta dengan
karakter-karakter di dalamnya. Yang paling saya suka adalah perubahan sifat Al,
yang mulanya arogan setengah mati, sampai bersedia mengalah dengan egonya
sehingga dapat berubah menjadi sosok yang lebih baik. Mungkin karena saya punya
soft spot terhadap laki-laki yang
nggak kolot atau super keras kepala (I
can’t stand them, really), membuat perubahan Al menjadi poin utama dari
novel ini bagi saya. Ceritanya sendiri sebenarnya tidak begitu realistis, tapi
masih bisa masuk di akal dan cukup nagih. Tipe-tipe novel seperti ini biasanya
saya nikmati sebagai guilty pleasure dan
penyeimbang novel-novel berat lainnya yang saya baca. 3 bintang untuk kisah Lou
dan Al yang semanis coconut cake.
No comments:
Post a Comment