Friday, 2 December 2016

[Review Buku] Forget Me Knot oleh Mary Marks

Forget Me Knot (A Quilting Mystery #1)
penulis Mary Marks
384 halaman, New Adult (NA)/ Misteri
Rating: image
Dipublikasikan 7 Januari 2014 oleh Kensington

Welcome to San Fernando Valley, California, where Martha Rose and her coterie of quilters are enjoying life on the good side of retirement—until murder pulls a stitch out of their plans…
Martha and her besties Lucy and Birdie are set to expand their Quilty Tuesdays by inviting newcomer Claire Terry into their group. Though at forty Claire’s a tad younger than their average age, her crafty reputation could perk up their patchwork proceedings, especially as they prepare for the fancy quilt show coming to town. But when they arrive at Claire’s home and find her dead inside the front door, and her exquisite, prize-winning quilts soon missing, Martha is not one to leave a mystery unraveled. Especially if she wants to stop a killer from establishing a deadly pattern

Seperti yang sudah dibahas di review Death Among the Doilies, saya akan lebih sering membaca dan mereview novel semi-misteri ke depannya, dalam rangka mengurangi timbunan yang beberapa waktu lalu saya dapatkan. Surprisingly, saya sangat menyukai plot cerita dari novel-novel sejenis ini. Desain sampul yang cantik dan cerita yang unik juga memberikan kesan fresh dan membuat saya nggak sabar buat membaca setiap seri yang ada!

Nah, di seri Quilting Mystery ini, kita akan mengikuti Martha Rose dalam mengungkap pembunuh rekan baru yang juga seorang quilter berbakat dalam kelompok mereka, Claire Terry. Martha menemukan mayat Claire ketika ia dan sahabat-sahabatnya—Lucy dan Birdie—berkunjung ke rumah Claire dalam ritual “Tuesday Quilting” yang rutin mereka jalani tiap minggunya. Rupanya, tragedi tidak hanya berhenti di situ saja. Beberapa hari kemudian, quilt terakhir Claire yang memenangkan kompetesi (lagi!) dicuri dari pameran. Quilt milik Claire bukan satu-satunya yang diambil oleh sang pencuri, tapi juga quilt milik Martha dan Birdie. Merasa tidak terima, Martha berusaha mencari tahu siapa pencuri yang tega mengambil hasil kerja kerasnya selama ini. Sebagai saksi yang menemukan Claire, ibu Claire (Siobhan Terry) pun memohon kepada Martha untuk melakukan suatu hal di belakang polisi. Ketika sadar bahwa pencurian quilt-quilt dan pembunuhan Claire berhubungan, mau tak mau Martha terperosok dalam kasus yang sangat berbahaya!


Saya suka sekali ketika penulis menjabarkan dengan gamblang mengenai dunia quilting, suatu hal yang sebelumnya saya pandang sebagai hobi semata. Padahal bukan ya. Quilting di sini, sudah disamakan seperti karya seni. Pembuatnya, atau biasa disebut dengan quilter, tidak sembarangan dalam menyusun potongan-potongan kain. Ada harmoninya, ada filosofinya, dan pada kasus cerita ini………ada cerita rahasia yang dijahitkan di kainnya.

“It’s the darnedest thing—you showing up at another crime scene.”
“Well, how was I supposed to know there was going to be another crime scene? I was just following a new lead to another of Claire’s quilt.”

Novel ini mungkin merupakan novel paling menghibur yang saya baca akhir-akhir ini. Nggak nyangka kan ya, padahal genre utamanya kan misteri. Tokoh-tokohnya, yang sudah sepuh, super sarkasme, saling peduli satu sama lain dan sudah seperti keluarga (berkebalikan dengan stereotip tokoh-tokoh NA yang biasanya masih muda, luar biasa atraktif, sedang/ sudah menjalani kesuksesan karir, serta ambisius) memberikan pengalaman baca yang baru bagi saya. Penulis mampu menciptakan suasana yang rileks, no pressure laaaaah pokoknya, tapi juga dengan thrill yang cukup ketika Martha mondar-mandir melakukan penyelidikan-penyelidikan kecilnya. Dan ketika Detektif Beavers flirting dengan Martha? I’M DEAAAAD.

When Beavers saw me sitting on her sofa, he shook his head a couple of times. “Where were you last night at eleven?”
“Across the street at Lucy’s. Why?”
“There was a robbery in Pacoima, but when I got to the crime scene, you weren’t there.”
“Very funny.”

Unsur romance-nya dibangun dengan sangat baik oleh penulis. Selain itu porsinya juga “cukup,” mengingat novel ini fokus utamanya adalah tentang pengungkapan pembunuh Claire dan pencuri quilt-quilt berharga di pameran. YOU GUYSSS, BEGINI LHOOOOO CARANYA MEMBUAT CERITA YANG SWOON-WORTHY. Tidak terlalu instan, tidak terlalu intens, dan has some dignity. Mengingat tokoh-tokohnya sudah menginjak usia 50 tahun ke atas, hebat juga kaaaan penulisnya bisa bikin para pembaca nge-ship Martha dan Detektif Beavers. Saya selalu senyum-senyum laaaah kalo Detektif Beavers muncul.


Sayangnya, saya sudah berhasil menebak siapa pembunuh Claire pada pertengahan-pertengahan cerita. Tapi hal ini nggak mengurangi keasyikan membacanya kok. Novel ini malahan jadi moodbooster banget buat saya beberapa hari belakangan di tengah-tengah kesibukan. Dan saya jadi tertarik banget buat gabung ke squad-nya Martha di Tuesday Quilting. Where do I sign up?

No comments:

Post a Comment