Wednesday, 30 November 2016

[Review Buku] The Chemist oleh Stephenie Meyer

The Chemist
penulis Stephenie Meyer
768 halaman, New Adult (NA)/ Thriller
Rating:  
Dipublikasikan 8 November 2016 oleh Little Brown and Company

She used to work for the U.S. government, but very few people ever knew that. An expert in her field, she was one of the darkest secrets of an agency so clandestine it doesn't even have a name. And when they decided she was a liability, they came for her without warning. 
Now she rarely stays in the same place or uses the same name for long. They've killed the only other person she trusted, but something she knows still poses a threat. They want her dead, and soon. 
When her former handler offers her a way out, she realises it's her only chance to erase the giant target on her back. But it means taking one last job for her ex-employers. To her horror, the information she acquires only makes her situation more dangerous. 
Resolving to meet the threat head-on, she prepares for the toughest fight of her life but finds herself falling for a man who can only complicate her likelihood of survival. As she sees her choices being rapidly whittled down, she must apply her unique talents in ways she never dreamed of.

Setelah bertahun-tahun tidak terdengar kabarnya, kini mendadak Stephenie Meyer menerbitkan dua novel sekaligus, yaitu Life & Death (Twilight edisi ulang tahun ke-10 yang juga berisi cerita a la fanfiction dimana peran antara Edward dan Bella ditukar) yang kemudian disusul oleh The Chemist, terbit 8 November kemarin. The Chemist yang mengambil genre thriller ini berbeda seratus delapan puluh derajat dari novel-novel Stephenie Meyer sebelumnya, dengan tidak adanya unsur supernatural dalam bentuk apapun dan hanya berfokus pada espionage.

The Chemist menceritakan tentang Juliana Fortis—atau yang di sini lebih sering disebut dengan Alex—mantan chemist yang bekerja untuk pemerintah USA. Alex bertanggungjawab dalam meluluhkan pertahanan sandera dalam interogasi. Yang membuat Alex berbeda, dan menjadikannya aset berharga bagi atasannya, adalah kemampuannya untuk meracik serum yang dapat menyiksa sanderanya tanpa harus menghabiskan waktu lama/ melakukan proses mulitasi tubuh yang berantakan/ tidak sengaja membunuh sandera yang memiliki informasi yang dibutuhkan. Cukup dengan beberapa suntikan, informasi akan dia dapatkan tanpa melalui banyak perlawanan.

Ketika Alex tidak sengaja mengetahui informasi yang sangat rahasia, tidak ada pilihan lain bagi departemen Alex bekerja untuk melenyapkannya. Barnaby, mentor sekaligus teman Alex satu-satunya, tewas dalam upaya ini. Alex pun kabur dan bertahun-tahun kemudian, masih hidup dalam paranoia.

Hingga akhirnya Carston, pimpinannya dulu, menawarkan perjanjian untuk menghentikan segala upaya perburuan Alex, jika ia dapat menaklukkan Daniel Nebecker Beach. Daniel dipercaya berkomplot dengan Enrique de la Fuentes, yang memiliki akses terhadap TCX-1, virus influenza super mematikan. Terlanjur menerima tawaran Carston, Alex tidak menyadari jebakan yang diberikan mantan atasannya itu. Bahwa yang harus ia waspadai bukanlah Daniel, tapi saudara kembarnya, Kevin Beach.

 *****

Untuk novel yang sangat tebal (hampir 800 halaman), alurnya terbilang super cepat. Stephenie Meyer nampaknya tidak ingin bertele-tele dalam menyampaikan kisah ini. Dan karena novel ini adalah sebuah thriller, bisa dibilang ini merupakan poin positif. Pembaca tidak akan bosan dengan cerita, dan bakal selalu dibuat penasaran dengan apa langkah yang akan diambil Alex selanjutnya. Namun terdapat satu hal yang sangat mengganggu saya sejak awal, yaitu rasa ketertarikan Daniel terhadap Alex yang terbilang tidak sehat dan kelewat instan, yang bahkan tetap muncul setelah Daniel disiksa habis-habisan oleh Alex. Man, that sounds familiar, right? The lamb and the lion? The “you’re too good for me” bullshit? Hal ini membuat saya merasa bahwa Kevin adalah satu-satunya tokoh dengan akal sehat di sini, dan percayalah, dia bukan termasuk orang yang waras.

Terlepas dari itu (dan juga bagian awal-awal yang masih terasa kabur dan gaje), saya bisa menikmati novel ini dengan baik. Cemoohlah Stephenie Meyer sejelek mungkin tentang kekonyolan Twilight Saga, tapi kepiawaiannya dalam menciptakan chemistry di novel-novelnya sudah nggak bisa diragukan lagi. Di novel ini, dia sangat berhasil memunculkan perasan DEG-DEGAN di sepanjang cerita. Misi penyelamatan Alex dan Daniel sewaktu kabur dari safe place Kevin, misalnya….. bikin saya bahkan takut buat kedip!



Untuk ukuran novel thriller yang disertai dengan hal-hal berbau espionage dan bahan-bahan kimia berbahaya, Stephenie Meyer memberikan detail yang sangat lengkap dan realistis (yah, kayaknya sih realistis, kan saya nggak tahu kenyataan sebenarnya di lapangan kayak apa). Membaca novel yang ditulis dengan niat dan usaha sebesar ini, saya jadi punya respect tinggi ke Stephenie Meyer. Dia tidak membuang-buang waktu saya dengan novel bobrok, karena yang paling saya benci adalah penulis yang malas melakukan riset dan seenaknya asal comot cerita (yes I’m talking to you Jennifer L. Armentrout). Utamakan kualitas dibandingkan kuantitas lah yaa.

Sepertinya novel ini adalah standalone, atau bukan bagian dari suatu seri, sehingga kita nggak bakal mendapat lanjutan cerita Alex di masa mendatang. Suatu langkah yang baik bagi Stephenie Meyer untuk tidak menjanjikan sesuatu yang muluk-muluk kepada pembacanya, terutama setelah kasus seri The Host (masih dendam karena, hellooooouwwwwww, The Host terbit tahun 2013 dan filmnya pun sudah keluar tapi sampai sekarang????? sekuelnya????? belum muncul?????). 

Saya mungkin tidak merekomendasikan Life & Death, tapi untuk The Chemist ini…… patut dicoba untuk jadi bacaan kalian, teman-teman :D

3 comments:

  1. mbak, "utamakan kualitas di atas kuliatas" emang gitu atau ada typo yaa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah... iya, itu typo. sudah dibetulkan skg. makasih yaa buat koreksinya :D

      Delete