Wednesday, 16 December 2015

Kontroversi di Balik Desain Ulang Cover The Winner's Trilogy

Beberapa hari ini dunia perbloggerbukuan sedang dihebohkan oleh kabar dari Fierce Reads yang akan merombak total cover dari The Winner's Trilogy karya Marie Rutkoski. Saya, yang seharusnya anteng dan tetap fokus ngerjain skripsi, mau nggak mau tertarik untuk berhenti sebentar demi nyimak dengan seksama fenomena yang menimbulkan serangan demi serangan ke pihak-pihak yang terlibat. Mind you, saya belum membaca seri ini karena buku terakhirnya belum terbit. Namun untuk memberi pencerahan kepada kalian seperti apa sih akar dari permasalahan yang semakin merembet ke mana-mana ini, mari kita bandingkan cover Before dan After-nya saudara-saudara:





Yang kiri, adalah cover lama yang sudah beredar luas. Sedangkan yang sebelah kanan adalah cover baru yang akan menggantikan cover lama untuk versi hardcover dan softcover. Perlu saya tekankan sebelumnya, buku ketiga (The Winner’s Kiss) belum terbit. Jadi mungkin sebagian besar inti protes para pembaca adalah takdir tak terelakkan bagi pecinta buku kalo set buku mereka tidak akan matching. Ya apa benar?

Well, mungkin. Kami para book lovers memang secerewet itu mengenai masalah sampul buku. Sangatlah tidak masuk akal ketika penerbit mengganti desain cover di tengah-tengah ketika seri belum tamat. Dan mungkin ini sebatas pendapat subjektif saya (dengan diamini ribuan book lovers lain), tapi desain cover lama jauh lebih bagus dari pada yang baru. Saya mengutip dari mereka-mereka yang sudah baca, desain cover baru bahkan tidak nyambung dengan cerita yang dijanjikan. Kestrel, sang protagonist, bukanlah “pendekar yang akan berjuang menyelamatkan dunia” layaknya Katniss Everdeen atau Celaena Sadorthien. Saya di sini juga gantian mengamini para blogger lain yang berpendapat bahwa cover ini sedikit mengingatkan dengan desain cover Throne of Glass series (bahkan pose pada The Winner’s Curse mirip sekali dengan buku kedua dr ToG, Crown of Midnight).

Tentu masalah tidak akan berbuntut panjang kalau pihak Fierce Reads tidak memberikan pernyataan kontroversional bahwa alasan mereka merombak total desain covernya adalah untuk membuat “lebih banyak orang membaca seri ini” dan “cewek bergaun tidak tampak badass”.


Seperti diduga, muncul banyak reaksi negatif setelah pernyataan itu diberikan (tweet itu sendiri sudah dihapus oleh pihak Fierce Reads). Cewek badass tidak dilihat dari apakah dia memakai gaun atau tidak. Bahkan menurut sinopsis, Kestrel sejak awal sudah menolak keinginan ayahnya untuk bergabung dengan militer. Kestrel adalah tokoh yang sangat pintar dan licik yang menggunakan kecerdasannya untuk memanipulasi politik. Menurut saya itu sudah badass, dan tidak harus dilakukan dengan menggunakan celana. Tindakan Fierce Reads yang meng-Katnis Everdeen-kan Kestrel ini tentu ditolak mentah-mentah oleh para pembaca setia The Winner's Trilogy, karena menyerupakan seri ini dengan THG maupun ToG justru menghilangkan unsur unik yang sebelumnya dipamerkan seri ini melalui covernya.

Masalah “cewek bergaun tidak badass” pada akhirnya akan memunculkan stereotip bagi pembaca bahwa untuk menjadi seseorang yang hebat, perempuan harus mengikuti aturan-aturan tertentu yang akan membatasinya dalam berkembang. Menjadi feminim tidak akan membuat seorang perempuan menjadi “kurang keren”. Hal ini patut diperjuangkan karena para pembaca YA kebanyakan adalah remaja yang masih mencari jati diri. Jika sejak awal mereka dicecoki teori bahwa menjadi feminim akan membatasi perempuan untuk menjadi apa yang mereka inginkan, nilai-nilai feminisme akan dijauhi bahkan ditinggalkan oleh pemilik gendernya sendiri.

Saya mengerti Fierce Reads bermaksud untuk membidik pasar yang lebih luas, dengan harapan tidak hanya perempuan saja yang menikmatinya tapi juga laki-laki (karena akui saja, mayoritas cowok akan berpikir dua kali untuk membaca buku bersampul seperti ini, apalagi membacanya di tempat umum). Atau mungkin mereka bermaksud untuk meniru kesuksesan dari franchise The Hunger Games, Throne of Glass, dan sejenisnya dengan membuat heroinnya nampak lebih “sangar” dalam balutan seragam tempur lengkap dengan senjata. Apapun alasan di balik desain ulang cover ini, keputusan mereka justru menjadi bumerang bagi Fierce Reads. Komentar negatif dilontarkan banyak pihak, baik secara langsung kepada mereka maupun melalui blogspost (yaa kayak saya ini).

Marie Rutkoski, sebagai penulis yang hanya memiliki kuasa akan jalan cerita—dan tidak ada andilnya dalam perombakan desain sampul—merupakan pihak yang kena apesnya. Kritikan pun dilontarkan kepada sang penulis, padahal ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mencoba menenangkan pembacanya. Sudah berhari-hari, masiiiih aja ada yang protes ke dia. Kan kasihan. Really dude, you shoulda stop it.

Salah satu sisi positif dari masalah ini adalah saya lebih aware dengan keberadaan The Winner Trilogy. Kalau sebelumnya saya hanya mengagumi dari jauh, sekarang saya benar-benar tertarik untuk membacanya. Entah apakah ini tujuan utama mereka bikin kehebohan ini, atau saya emang orangnya salah fokus. Tapi beneran deh, saya jadi penasaran.


XO, 
Sany yang sedang mangkir dari skripsi

PS: buat kamu yang sudah terlanjur koleksi buku dengan cover lama dan nggak pengen mismatch, penerbit UK dan Australia sudah memberikan pernyataan bahwa mereka akan tetap menerbitkan buku ketiga dengan desain cover lama. YAY!


EDIT 12 JAN 2016:

Pihak Fierce Reads sudah mengumumkan pembatalan penggunaan desain sampul baru pada BUKU KETIGA VERSI HARDCOVER. Sedangkan desain baru tetap dipakai untuk versi paperback. Yeah, okay. I guess. I still cringe everytime I look at the new covers, though.