Thursday 31 October 2013

Hex Hall (Hex Hall #1)



Hex Hall by Rachel Hawkins
323 pages, Young Adult/ Fantasy

Three years ago, Sophie Mercer discovered that she was a witch. It's gotten her into a few scrapes. Her non-gifted mother has been as supportive as possible, consulting Sophie's estranged father--an elusive European warlock--only when necessary. But when Sophie attracts too much human attention for a prom-night spell gone horribly wrong, it's her dad who decides her punishment: exile to Hex Hall, an isolated reform school for wayward Prodigium, a.k.a. witches, faeries, and shapeshifters.
By the end of her first day among fellow freak-teens, Sophie has quite a scorecard: three powerful enemies who look like supermodels, a futile crush on a gorgeous warlock, a creepy tagalong ghost, and a new roommate who happens to be the most hated person and only vampire student on campus. Worse, Sophie soon learns that a mysterious predator has been attacking students, and her only friend is the number-one suspect.
As a series of blood-curdling mysteries starts to converge, Sophie prepares for the biggest threat of all: an ancient secret society determined to destroy all Prodigium, especially her.



Hecate Hall (atau lebih sering disebut dengan Hex Hall) adalah asrama khusus untuk menampung Prodigium yang bandel. Biasanya setelah mereka “berulah” di hadapan manusia, mereka akan langsung dikirim ke Hex Hall. Yang termasuk dalam Prodigium adalah Penyihir, Warlock, Fairy, Shapeshifter, dan Werewolf. Vampir tidak dianggap sebagai Prodigium, tapi ada pengecualian untuk seorang murid dan seorang guru. Biasanya kekuatan mereka akan muncul setelah berumur 12 tahun, dan kekuatan itu akan berkembang. Bayangkan, umur segitu udah punya sihir. Pasti adaaa aja kan saat “kecelakaan” atau malah pengen pamer sama temen-temen, yang biasanya manusia biasa.

Dan kita nggak tahu gimana reaksi manusia-manusia itu.

Nah, di sinilah si penyihir Sophie Mercer akan menghabiskan dua tahun hidupnya, hingga ia berumur delapan belas. Setelah gagal melancarkan mantra cinta untuk membantu temannya (too strong and too lame), dia langsung dikirim ke Hex Hall. Berpisah dengan ibunya, dan masuk dalam “sarang monster”. Masuknya ia ke Hex Hall adalah saran dari ayahnya, yang sekalipun belum pernah ia temui dalam hidupnya.

Awal masuk sekolah, ia mengalami sebuah insiden “Bad Dog!”, dan akhirnya ditolong oleh Archer Cross, warlock tampan yang (sigh) ternyata bad boy. Sudah bisa ditebak jalan ceritanya?

Namun tidak sampai di situ saja. Belakangan diketahui bahwa Sophie adalah dark witch. Di Hex Hall, hanya ada 4 orang (sudah termasuk Sophie) penyihir dark witch, yang lain….. um, white witch?

Kenyataan itu membuat ia diinginkan oleh 3 orang dark witch yang lain; Elodie, Anna, dan Chaston untuk bergabung dalam klan mereka. Karena dari awal dia udah ngeri sama klan Elodie, maka dia menolak bergabung. Hal itu malah membuat mereka berbalik memusuhi Sophie. Mereka juga semakin membenci Jenna, si vampir teman sekamar Sophie yang pernah dituduh membunuh salah satu anggota klan mereka terdahulu, Holly.

Hingga akhirnya satu per satu klan Elodie diserang oleh mahkluk misterius. Sesuatu yang jahat sedang mengincar Hex Hall.


***

(Source)



Saya cukup beruntung membaca yang versi bahasa Inggris. Karena gaya bercerita Hawkins lancar sekali, diksi yang digunakan juga mudah dimengeti. Beberapa waktu yang lalu novel-novel YA yang saya baca memiliki gaya penulisan yang tersendat-sendat dan menjadikan tidak nyaman buat dibaca; yah walaupun ide ceritanya bagus, tapi eksekusinya jelek. Berbeda sama novel ini. Hex Hall adalah satu dari beberapa novel yang bisa saya baca kurang dari sehari. Sambil cekikikan dan ketawa sendirian *dilempar sandal dari kamar sebelah*

On the upside, my crush on Archer was totally gone. Over. Once a boy has slammed his kneecap into your rib cage, I think any romantic feelings should naturally go the way of the ghost.

Tokoh yang saya suka adalah Sophie. Dibesarkan dalam lingkungan manusia dan ibu yang juga hanya manusia biasa membuat Sophie tidak bisa belajar mengendalikan sihirnya dengan baik. Tapi dia selalu berusaha membantu temannya, walaupun yah..... membuatnya dikirim ke Hex Hall. Dan crushnya pada Archer Cross juga nggak membuat dia berubah jadi "murah".  

Kemunculan Alexander Callahan membuat saya penasaran, karena sepertinya dia bakal punya peran besar dalam sekuelya nanti. Yang pastinya akan berpotensi jadi cinta segitiga *sigh lagi*. Alurnya yang lumayan cepat membuat pengembangan karakternya kurang. Kita hanya dijelaskan beberapa masalah demi masalah yang pada akhirnya bakal saling menyatu seperti puzzle. Tapi seperti saya bilang, saya masih belum bisa menghayati tiap karakter. Oke, Sophie itu lucu dan menyenangkan. Tapi karakternya tidak begitu berkesan, sebatas seperti novel-novel YA lain, bedanya di sini ada bumbu supernaturalnya.

Dan setelah tutup buku..... saya jadi mikir. Jadi apa pelajaran yang bisa saya petik dari sini?






Recommended banget buat kamu yang lagi pengen refreshing, terutama yang tadi abis ujian dan pusing gara-gara nggak bisa ngerjain (UUUUUUUGGGHHH). Saya yang biasanya suka baca series lompat-lompat aja sampe bela-belain langsung baca seri selanjutnya.