Saturday 28 April 2018

[Review Buku] Love Yourself Like Your Life Depends On It


Seiring bertambahnya umur, saya menyadari bahwa saat ini sedang terjadi transisi pada preferensi baca saya. Buku digital di iBooks teratas didominasi genre nonfiksi. Ketika pergi ke toko buku, bagian yang dituju adalah self-improvement dan moslem. Novel sudah tidak menjadi bagian besar hidup saya. They served me well, and now it’s time to move forward to another amazing journey.

Saya juga mulai menghargai kualitas di atas kuantitas. Jika dulu bangga luar biasa menenteng novel jumbo di atas 500 halaman, saat ini lebih suka memilih buku yang tipis-tipis saja. Dengan catatan, buku tersebut berbobot dan menambah value diri sendiri ke depannya. Ditambah, buku tipis lebih nyaman dibawa di tas ketika beban punggung sudah dimonopoli oleh laptop.


Salah satu buku yang membawa dampak besar bagi hidup saya adalah buku tipis dengan sampul tidak menarik, Love Yourself Like Your Life Depends on It. Buku ini direkomendasikan oleh salah satu penulis favorit saya di Medium. Dari buku ini, saya belajar untuk mencintai diri sendiri dan percaya kepada kapabilitas yang saya miliki untuk menyelesaikan suatu tugas besar.

“This day, I vow to myself to love myself, to treat myself as someone I love truly and deeply—in my thought, my actions, the choices I make, the experiences I have, each moment I am conscious, I make the decision: I LOVE MYSELF.”

Hal yang saya suka dari buku ini adalah betapa sederhananya tugas yang harus pembaca lakukan untuk sukses keluar dari lubang depresi. Cukup ucapkan pada diri sendiri: I love myself. I love myself. I love myself. Tidak peduli kita percaya apa tidak. Ucapkan saja dulu. Konstan dan tanpa lelah. Otak lama-kelamaan akan memprioritaskan pikiran tersebut dan pada akhirnya mempercayainya.

Your job is purely to love yourself. Truly and deeply. Feel it. Again and again. Make it your single-minded focus. The mind and body will respond automatically. They don’t have a choice.


Nilai lebih dari buku ini adalah metode yang diajarkan di dalamnya dapat diaplikasikan pada berbagai fase hidup, tidak terbatas pada mencintai diri sendiri saja. Sangat cocok bagi kita yang pastinya punya masalah-masalah spesifik yang berbeda dengan orang lain. Pilihan kata pada buku ini sangat indah dan relatable, poin penting yang harus dimiliki buku self-improvement dan sukses dieksekusi oleh penulis. Asyiknya, semua maksud berhasil dia sampaikan dengan singkat dan jelas dalam 99 halaman digital. Tidak ada waktu terbuang ketika mencoba memahami maksudnya.

Tamat baca ini, saya langsung memilih kata ajaib yang akan saya tanamkan pada pikiran terdalam saya. Kalimat yang saya pilih adalah: Aku bisa menyelesaikan tesis.

Aku bisa menyelesaikan tesis. Aku bisa menyelesaikan tesis.

Aku bisa menyelesaikan tesis.

Saya tambahkan keyakinan yang besar pada diri bahwa saya bisa. Saya mampu. Saya punya orang-orang yang siap membantu saya di saat jatuh-jatuhnya dan saya selalu ingat betapa banyak pihak bisa terbantu dengan hasil fisik dari inkubasi ide otak ini.

Terus. Berulang-ulang. Sampai otak dan badan saya bersinergi dalam meyakini kalau saya bisa menyelesaikan tesis ini.


Sampai saat ini, saya masih bersemangat untuk membaca jurnal dan buku acuan tesis. Yang paling penting, saya tidak sembunyi lagi dari dosen pembimbing. It's a win for me.

Wednesday 11 April 2018

Portal Baru untuk Menambah Ilmu: MEDIUM


Buat kalian yang ngikutin akun Instagram saya, pasti beberapa hari ini terganggu banget sama spam di Instastory. Mohon maklum ya, saya lagi kampung banget sama salah satu aplikasi super keren yang direkomendasikan teman. Namanya Medium. Jadi tuh, aplikasi ini semacam blog mini tempat orang-orang hebat menulis artikel (yang hebat pula!), berbobot tapi singkat. Tiap artikel diberi keterangan durasi bacanya, sekitar 5-15 menit. Buat kalian yang kzl baca Line Today yang isinya Ayu Ting Ting dan artikel abal dari so-called jurnalis bermodalkan screenshot instagram artis dan informasi cetek, sepertinya Medium adalah alternatif membaca yang lebih berfaedah!