Wednesday 2 October 2019

[Review Buku] Blue Lily, Lily Blue oleh Maggie Stievfater


Sampai juga saya di pembahasan buku ketiga dari serial The Raven Cycle, Blue Lily, Lily Blue (BLLB). Khusus untuk buku ini, saya punya edisi fisiknya yang dibeli tahun lalu. Harus bongkar-bongkar gudang dulu, sih, buat menemukannya. Dan asyiknya, saya dulu membacanya sudah pakai teknik anotasi. Jadi, di kegiatan baca ulang kemarin, saya bisa melihat bagian-bagian mana yang menurut diri saya tahun lalu menarik. 

Dari kegiatan baca ulang, dengan berat hati saya harus menyimpulkan bahwa selera humor saya tahun lalu lebih bagus dari sekarang. Mungkin karena sudah melewati quarter life crisis ya, sekarang melihat hidup sudah tidak serba rainbows dan sushines lagi. Lebih hati-hati dan teliti dan serba dipikir berkali-kali pokoknya. Anotasi tambahan dari saya kemarin bisa dibilang sedikit, lebih ke masalah plot atau detail karakter (berkaitan sama teknis). Bagian adegan-adegan lucu sudah terwakili semua sama anotasi tahun lalu. 

Sama halnya dengan penurunan selera humor, di sini saya juga jadi sadar kalau keterikatan saya dengan karakter-karakter utama ikut menurun. Kalau hal ini lebih disebabkan oleh bertambahnya jam terbang: sejak terakhir baca serial ini, saya sudah baca puluhan fiksi yang beberapa di antaranya ditulis dengan teknik yang lebih baik dari milik Maggie Stievfater (ahem, The Song of Achilles, ahemm). Saya masih suka sama Gansey dan kawan-kawan, kok, tapi dalam taraf yang jauh lebih sehat dari diri saya tahun lalu. 


BLLB memiliki nuansa magis yang lebih kental dari dua buku sebelumnya, dan menurut saya merupakan buku terbaik dari keseluruhan serial The Raven Cycle. Plotnya tidak mudah ditebak dan banyak karakter sampingan muncul di sini. Beberapa adegan yang akan saya bahas secara singkat antara lain (this is full of spoilers):

Tujuan utama di BLLB adalah: bangunkan Glendower, tapi hindari sosok ketiga yang ditidurkan bersama Glendower. 
Premis semacam ini membuat cerita lebih menegangkan dan memberikan ruang bagi improvisasi penulis.

Interaksi Ronan dan Blue! 
Di dua buku sebelumnya, Ronan dan Blue masih belum begitu akrab. Di sini, Ronan mulai memperlakukan Blue seperti adik. Rajin banget deh dijahilin, bikin saya jadi lebih perhatian dalam membaca ketika mereka dapat scene barengan. Layaknya kakak yang jahil, Ronan protektif sekali sama Blue. Ketika dia memberikan senternya ke Blue di gua…. I swear my cold heart started melting….

Betapa sedikitnya Noah muncul. 
Memang di buku ketiga dan keempat, Noah sudah tidak begitu aktif dalam pencarian Glendower. Saya cukup kaget dengan keputusan Maggie Stievfater, karena jarang seorang penulis menjadikan squad-nya tidak utuh ketika melakukan sebuah misi besar.

 
PERSEPHONE!!!! *cries in Latin*

Karakter sampingan antagonis yang saya suka: Piper Greenmantle. 
Entah ya, karakteristik Piper sangat unik dan berani. Setiap dia muncul, akan ada kejutan-kejutan yang bikin cerita jadi lebih menyenangkan. Ada satu tindakan dia yang saya sesalkan, tapi secara keseluruhan saya senang Maggie Stievfater menambahkan karakter Piper di BLLB. Colin Greenmantle who??

Adam mengalami pengembangan karakter yang lebih dalam di sini. 
Akhirnya dia menemukan titik tengah antara prinsip yang sekuat tenaga ingin dianut dan realita yang ditawarkan Gansey.

Big reveal: Matthew adalah salah satu mimpi Ronan yang dibawa ke dunia nyata. 
Menurut saya ini adalah temuan yang paling mengagetkan meskipun tidak membawa perubahan besar dalam plot, karena siapa yang mengira? Dan Lynch sekeluarga menutupinya dari dunia luar selama ini, termasuk Declan? 

 
JESSE DITTLEY! 
My sweet boi with the purest soul! Takdirnya sudah diketahui sejak awal, tapi saya tetap sedihh ketika eksekusinya terjadi. 

 
Gwenllian adalah sosok kedua yang ditidurkan bersama Glendower. 
Lega banget ketika Gansey membangunkan dia; setidaknya, bukan makam sosok ketiga yang mereka pilih. Banyak yang tidak begitu suka karakter Gwenllian, tetapi saya malah berharap kita tahu lebih dalam tentang perjuangan dia hingga dikorbankan demi keamanan makam Glendower, ayahnya sendiri.

 
Sarkasme Blue.
Di satu sisi saya tidak begitu sreg sama tingkah Blue yang oh so edgy, tapi kadang dia menampilkan semangat no nonsense terhadap serangan seksisme macam begini. Contoh yang bagus buat remaja-remaja perempuan yang baca serial ini dalam menanggapi catcall dan pundungan.

Karakter sampingan lain yang menarik perhatian saya: Henry Cheng. 
Saya lupa dia punya agenda apa yang bikin rajin dekat-dekat Gansey, tapi adegan di atas bikin saya hampir tersedak kopi yang lagi saya minum sih. Auto-favorit sama Henry hahah.

Ketika Gansey tidak begitu mighty lagi. 
I kinda like this imperfect version of him, karena di beberapa bagian sebelumnya kita diperlihatkan betapa kaya dan sempurnanya keluarga Gansey. 

Dan masih banyak hal-hal menarik dari buku ini. Meskipun ada beberapa penurunan dari tahun lalu, saya tetap kagum sama pengalaman baca ulang BLLB kemarin. Beneran baru pertama kali bisa membandingkan progress lewat anotasi tahun lalu dengan sekarang. Untuk buku keempat (dan terakhir) dari serial ini, The Raven King, sudah saya tamatkan tapi belum bisa menemukan waktu luang untuk menulis ulasannya. 

No comments:

Post a Comment