Dance of Thieves adalah salah satu buku yang saya beli ketika mampir ke Periplus Jogja. Bulky dan cukup berat, saya bela-belain tenteng keluar masuk Malioboro Mall dan Starbucks dan juga jalan kaki panjang menuju parkiran di ujung jalan sono. Buku ini bercerita tentang Jase Ballanger yang baru saja diangkat sebagai Patrei (semacam raja) setelah ayahnya meninggal secara mendadak. Di masa-masa berkabung ini, banyak musuh siap menyerang untuk mengambil alih wilayah dan bisnis keluarga Ballanger. Salah satu pesan terakhir ayah Jase adalah untuk mengundang Queen of Venda untuk hadir dan mengakui wilayah mereka sehingga baik kawan maupun lawan dapat lebih menghargai kedaulatan mereka. Sebelum itu tercapai, Jase perlu waspada penuh terhadap segala bentuk gangguan yang terjadi di wilayahnya, termasuk ketika Kazi membuat keributan dengan salah satu penjual pasar. Namun, satu tindakan ceroboh membuat mereka berdua tertangkap segerombolan penjual budak untuk dijadikan pekerja tambang di negara jauh sana. Terjebak bersama Kazi thanks to rantai di antara kedua kaki mereka, Jase, yang harus segera kembali ke keluarganya untuk menghadiri upacara pemakaman ayahnya (simbol Patrei pengganti siap mengambil alih) harus memutar otak untuk bisa keluar dari situasi ini. Dua tokoh utama di series ini memiliki misinya masing-masing dan saya sangat menghargai penulis yang menciptakan tokoh all-around green flag semacam Jase Ballanger. Bikin saya semangat buat lanjut ke sekuelnya.
Saya order sekuel Dance of Thieves, Vow of Thieves, dari Periplus Tokopedia. Buku ini setia menemani saya cafe hopping di rest days yang saya miliki. Cukup sulit untuk menceritakan sinopsisnya tanpa spoiler. Yang jelas: saya sangat menikmati alur ceritanya! Dan karena perjuangan Jase dan Kazi tuntas di buku kedua ini, ceritanya terasa pas dan tidak seperti dipanjang-panjangkan. Saya cukup kaget karena dari serial ini banyak yang bisa dipelajari, khususnya tentang cara mengamati dan mendeteksi lawan, cara menyerang yang paling tepat sasaran (baik fisik maupun mental, lebih banyak tentang mental), cara mendengar, dan masih banyak lagi...... Ilmu bertahan hidup Kazi, I ate that all up. Dan tentunya, saya masih sangat suka sama Jase Ballenger. Satu hal yang saya baru ngeh di tengah-tengah cerita, ternyata buku ini adalah spinoff dari series yang telah ditulis oleh penulis sebelumnya, The Remnant Chronicles. Pengalaman membaca saya ini semacam kalau kita baca Six of Crows tanpa baca Shadow of Bone gitu, deh. Tapi nggak begitu berpengaruh kok. Hanya tidak bisa merasakan reuni dengan tokoh-tokoh tertentu saja. Nggak yakin bakal baca The Remnant Chronicles, tapi bakal baca buku-buku yang ditulis Mary E. Pearson ke depan.
Oh my. Bacaan yang singkat di akhir pekan. Mudah dibaca, tetapi tidak bisa saya nikmati (dalam hal saya refleksikan dengan pengalaman pribadi dan lain sebagainya). Dan saya juga mulai merasa agak gimanaaaaa gitu ketika membaca buku-buku yang "mengungkap" apa yang terjadi di dalam proses konseling. Beda, ya, sama beberapa tahun lalu hehe. Memoir ini populer, bahkan direkomendasikan oleh RM BTS.
Saya sangat sangat sangat menikmati cerita Something Wilder tahun lalu, highlight of my 2022 reading year. Dan mendengar kalau another banger dari Christina Lauren adalah Love and Other Words, jadi saya order juga dari Periplus Tokopedia. Sama seperti Vow of Thieves, saya baca buku ini ketika cafe hopping di periode rest days. Buku ini tidak bisa mengalahkan kebahagiaan ketika baca Something Wilder, dan agak kurang suka dengan misunderstanding (kinda) trope, tapi cukup terkesan dengan cara cerita dan karakter-karakter yang bisa bertahan di pikiran bahkan beberapa hari setelah menamatkannya. Sometimes I still think about them and how precious and everlasting the love that they share, no matter what.
Overall, takjub juga karena di Bulan Januari ini saya bisa tamat lebih dari 1 buku. Mungkin karena beban kerja saya berkurang dan secara khusus telah menjadwalkan untuk membaca di hari-hari tertentu. Plus, saya sudah beli noise-cancelling earphones sehingga sudah tidak mudah terdistraksi ketika baca buku di tempat ramai (me to me: anything for you, princess). Dan karena saya tidak melukis sebulanan ini, jadi waktunya dialokasikan buat membaca. Bonus foto TKP sebagai pemanis:
Noice cancellation nya kereeen ya 😅
ReplyDelete