Thursday, 25 December 2025

Menutup 2025

Goodreads sudah melaporkan progress membaca saya di tahun 2025. Total buku terbaca: 47. Total halaman terbaca: 17.557. Meningkat signifikan dari tahun lalu. Dan meski saya bukan tipe yang mendewakan angka sebagai tujuan pencapaian utama, dari data tersebut saya bisa menarik kesimpulan bahwa di tahun ini.... saya bisa mengelola waktu membaca dengan lebih baik. 

Karena kekeuh membuat batas yang jelas antara pekerjaan dan hobi membaca (sebagai rekreatif dari hal-hal berbau pekerjaan), saya lebih disiplin dalam menyisihkan waktu. Mindset yang diimplementasikan adalah, sengaja menciptakan waktu-waktu untuk membaca. Misal jam masuk kantor 07:30, nah saya sudah sampai kantor sebelum jam 07:00. Selain menghindari jam padat, saya bisa dapat beberapa menit waktu baca di ruangan yang sepi. Kemudian di hari ketika saya perlu melakukan dua kegiatan, antara waktu selesainya kegiatan A dengan waktu mulainya kegiatan B, saya buat ada jeda sejam atau lebih, dan jeda itu dipakai untuk membaca. Terlebih, kegiatan A dan kegiatan B biasanya adalah kegiatan yang memerlukan proses menunggu (servis kendaraan? kontrol ke dokter gigi?), jadi, waktu baca juga. Kemana-mana, bawa buku. Daripada pegang HP yang makin lama bikin tangan panas, saya cenderung memilih buka buku saja.

Tentu harus ada yang mengalah. Dari pertengahan hingga akhir tahun 2025, saya sudah sangat jarang melukis. Selain bekerja, membaca, beberes rumah, dan istirahat, saya perlu meluangkan waktu buat olahraga. Bahkan kertas lukis/sketsa A5 saja sudah jarang terpegang. Agak deg-degan sih pas besok ngecek kondisi alat lukisnya. Namun yang perlu diprioritaskan memang mengembalikan endurance fisik seperti awal 20-an. 

Buku-buku yang saya baca terbilang masih sesuai dengan selera dan kebutuhan otak. Nggak dulu deh baca nonfiksi serius (ada beberapa, tapi mayoritas adalah fiksi yang well-written). Thanks to awal tahun 2025 saya punya program menghadiahi diri sendiri 31 buku sesuai usia yang menginjak 31 tahun, jadi sejauh ini saya fokus membaca judul-judul yang terbeli itu. Sisa bacaan adalah hadiah susulan ketika saya stres/ kepengen impulsif/ self-reward setelah menyelesaikan tugas kantor yang sangat besar. Pokoknya, anything for you, princess! Tahun 2026, belum tentu bisa melanjutkan beli 32 buku untuk usia 32 tahun, karena TBR masih cukup banyak. Lagipula, harga buku impor sekarang sudah tidak ngotak. Masa untuk 1 paperback, rata-rata harganya di atas 350.000 rupiah? In this economy?? Buku favorit saya tahun ini, Alchemised dari SenLinYu, saya beli dengan harga 450.000 rupiah. Ini salahnya dimana kok bisa berlarut-larut begini inflasinya? Punya hobi baca bukannya menghilangkan stres malah sekarang menjadi salah satu sumber stres? Yah meskipun ada perasaan puas tiap lihat buku-buku yang sudah terbaca berjejer di rak seperti trophy.

Sayang sekali, hobi ini kept me alive and happy, jadi harus tetap dilestarikan. Otw makan nasi + telor aja biar bisa nabung untuk sesekali impulsif masuk ke kios Periplus dan bawa buku-buku wishlist ke kasir. Sementara itu, saya mau fokus menghabiskan TBR biar nggak keluar uang dulu.

No comments:

Post a Comment