Thursday, 31 July 2014

[Book Review] The Best of Me

The Best of Me
penulis Nicholas Sparks
297 halaman, Fiksi
Dipublikasikan Oktober 2011 oleh Grand Central Publishing
(this review is full of spoiler and rage)

“You might not understand, but I gave you the best of me, and after you left, nothing was ever the same.”

Di kota kecil Oriental, keluarga Cole mendapatkan reputasi sebagai keluarga pembawa masalah karena hampir tiap anggota keluarganya terlibat kriminal. Baik itu pencurian, perampokan, pembakaran rumah, atau KDRT. Terkecuali Dawson Cole. Sejak kecil, ia sudah tahu bahwa ia berbeda. Dan dia cukup pintar untuk “menyembunyikannya”. Namun sepintar apa pun ia berlagak normal (normal dalam standar Cole tentunya), saudara-saudara dan ayahnya akhirnya tahu. Mereka mulai memperlakukannya dengan kejam. Setelah ia benar-benar tidak tahan lagi, dia kabur dan bekerja sebagai mekanik di bengkel milik Tuck.

Lalu Amanda Collier datang di kehidupan Dawson. Allie Amanda yang cantik, pintar, dan berasal dari keluarga “ningrat” berhasil memesona Dawson sejak mereka dipasangakan dalam praktikum kimia. Namun siapalah Dawson? Huh.


Meh. Bercanda. Singkat cerita, Dawson dan Amanda saling jatuh cinta. Mereka menghabiskan waktu di bengkel Tuck dalam keindahan cinta pertama. Namun seperti orang tua kebanyakan, orang tua Amanda menentang hubungan mereka. Dawson dan Amanda pun terpisah. Dawson terlibat kasus kriminal (takdir Cole pun menghampirinya) dan Amanda melanjutkan kuliah.


Dua puluh lima tahun kemudian, Tuck meninggal dunia. Dalam surat wasiatnya, ia mendesak agar Amanda dan Dawson mengurus harta warisan dan suatu permintaan khusus. Amanda sudah berkeluarga dan Dawson yang selama ini berada dalam pengasingan akhirnya bertemu setelah sekian lama. Lantas bagaimana mereka menghadapi kenyataan bahwa masing-masing masih saling cinta?

Mulai dari awal-awal, saya harus siapin mental dan fisik dulu. Karena pembukaannya BUANYAK BANGET. Bagian awal isinya penjelasan semua. Saya jadi merasa didikte, dan ujung-ujungnya malas. Tulisannya rapet-rapet kayak lagi baca koran. 

(((SPOILER ALERT)))
Saya sangat kecewa sama ending buku ini, yang gampang banget ditebak dari pertengahan cerita. Dari semua novel Nicholas Parks (yang saya pikir sudah cukup sinetron), The Best of Me ini yang paling sinetron. Karena pertama, ada si “hantu” yang terus menyelamatkan Dawson dari bahaya-bahaya, termasuk ketika Ted Cole ingin membunuh Dawson saat ia pertama datang ke rumah Tuck. Lalu di bagian akhir buku, si hantu menggiring Dawson menuju bar Tidewater karena si Ted dan Abee Cole (yang susah payah Dawson hindari selama ia berada di Oriental) sedang menghajar Alan Bonner. Suatu peristiwa yang sayangnya tidak berakhir baik bagi Dawson.

A life for a life, she thought. God’s cruel trick.

I mean, seriously? SERIOUSLYYYY? Selama ini hantu Dr. Bonner menyelamatkan Dawson agar Dawson bisa menyelamatkan Alan. Itu adalah hantu paling egois yang pernah saya kenal di jagad perbukuan. Saya tahu Dawson punya rasa bersalah besar terhadap Dr. Bonner (IYA, HANTUNYA ITU DR. BONNER) dan keluarganya, tapi dia sudah berusaha menebus rasa bersalah tersebut. Selama lebih dari dua puluh lima tahun, dia menyisihkan hampir seluruh gajinya untuk membantu keluarga Dr. Bonner yang kesusahan setelah ditinggal mati tulang punggung keluarganya. Dan Dawson juga sudah rela dipenjara empat tahun (karena keluarga Marlyn Bonner kenal baik dengan para jaksa sehingga hukuman yang diberikan kepada Dawson diperberat). DAN BEGINILAH BALASANNYA. 


Kalo menurut saya sih, mending Dawson mati dari awal-awal cerita aja soalnya kematiannya yang ini sangat menyedihkan. Udah ditinggal Tuck, terus pisah (lagi) sama Amanda, patah hati, terus-terusan dikasih penampakan hantu (yang satu ini sangat tidak membangun kepercayaan diri), dan diingatkan sama “hutang”nya kepada keluarga Dr. Bonner. Sudah jatuh, ketimpa tangga, dilempar kaleng cat, masih diinjek-injek pula *sigh*.

Dan alasan lain saya jengkel sama buku ini adalah Amanda. Dia lebih galau-an dari ratu sinetron stripping Indonesia. Apa saya udah bilang ceritanya mirip sama The Notebook? Well seenggaknya Allie (The Notebook) punya keberanian buat memilih dan kembali ke Noah. Let me tell you guys Ketika Amanda akhirnya (AKHIRNYA) sadar kalau Dawson-lah yang selama ini ia inginkan, dia lantas langsung mengejar Dawson ke matahari terbenam ke satu-satunya tempat di mana Dawson berada sebelum fix (fix banget) meninggalkan Oriental. Tapi tiba-tiba Amanda dapat telepon tentang musibah yang menimpa keluarganya dan langsung putar arah balik ke rumah.

…….

Mungkin Nicholas Sparks mikir kalo keputusan Amanda ini sebagai plot twist yang wow banget bagi pembaca. Yeah, WELL DONE MR. SPARKS. Kalau aja saya nggak sayang sama ereader hape saya, udah saya lempar nih ke jendela. Karena setelah berkorban untuk Alan, Dawson pun harus berkorban lagi untuk Jared, anak Amanda.

My poor Dawson suffered a lot.

Jadi mikir-mikir lagi pengen nonton filmnya apa enggak. Masalahnya bukunya aja crap kayak gini. Om Nicho, besok lagi mending fokus ke buku aja ya. Nggak usah mikir filmnya dulu :)

No comments:

Post a Comment