Honeymoon in Paris
penulis Jojo Moyes
57 halaman,
ChickLit (Prequel dari The Girl You
Left Behind)
“So… I saw [this painting] this morning… this miserable, neglected wife. And
it just hit me. That’s not how I want to be. I felt suddenly as if the whole
our marriage was going to be like this—me wanting your attention, and you not
being able to give it. And it scared me.”
Honeymoon? Paris? YES
PLEASE THANK YOU VERY MUCH.
Tapi karena sudah tahu gimana
kelakuan Jojo Moyes—saya belum bisa memaafkan dia sejak Me Before You—saya tidak berekspektasi kalau semua bakal baik-baik
saja.
Honeymoon in Paris merupakan
novella pengantar The Girl You Left
Behind, yang sampai sekarang saya masih mandeg bacanya di tengah-tengah
jalan karena (1) Sudah mulai UTS, (2) Topik Perang Dunia tidak begitu pas
dengan selera saya, dan (3) FEELS, FEELS EVERYWHERE.
Novella ini menceritakan dua
wanita di masa berbeda—Liv (2002)…. yang baru saja menikah dan sedang menjalani
honeymoon impiannya di Paris, dan
Sophie (1912)…. mantan shopgirl yang juga
baru saja menikah dengan seorang pelukis ternama, Eduard.
Liv merasa tidak bahagia karena honeymoon yang sudah ia gadang-gadang
bersama dengan David harus berantakan karena David terlalu sibuk dengan meeting tentang rancangan bisnisnya. Dari yang rencananya 7 hari,
jadi 5 hari, dan David selalu mengatur meeting
di saat-saat yang paling tidak tepat.
“Sure. I just hadn’t realized my honeymoon was going to be five days in
Paris thinking up ways to kill time.”
Nyatanya, itulah yang harus ia
lakukan. Hari-hari yang harusnya ia habiskan bersama David malah harus Liv
hadapi sendirian. Berkeliling Paris sendirian. Berkeliling. Paris. SENDIRIAN *bergidik ngeri*. Nongkrong
di kafe… jalan-jalan…. dan mengunjungi museum sendirian. Tiba-tiba, Paris tidak
seromantis yang ia pikir.
Ketika mengunjungi salah satu
museum itulah, Liv melihat sebuah lukisan seorang pelukis minor bernama Eduardo
Lefevre. Ya, wanita di lukisan itu adalah Sophie. Lukisan berjudul “Wife, out of sorts” itu begitu menohok
hatinya dan membuatnya tersadar akan sesuatu yang sudah lama ia coba sangkal.
I’m twenty-three years old, she thinks. And I have a married a man who has
already put me firmly in the background of his life. I’m going to be that sad,
quietly furious woman in the kitchen whom nobody notices, desperate for his
attention, sulking when she doesn’t get it.
Doing things alone and ‘making the best of it’.
***
Saya lebih menyukai kisah tentang Liv dibandingkan kisah Sophie karena…. murni pengalaman pribadi XD. Hah belum sampe tahap menikah sih (God, please no), tapi memang dinomorduakan itu rasanya pahit. Jojo Moyes, you did it again!!!
57 halaman ini bener-bener
membuat saya lelah batin. Jojo Moyes selalu bisa menyentuh para pembacanya
lewat emosi paling mendalam (sayangnya, emosi yang timbul adalah kesedihan) dan
membuka luka-luka lama. Astaga, saya juga nggak pengen dinomorduakan sama suami
saya nanti. *EAAAA jombs….
Yang menarik dari novella ini
adalah tidak ada ending yang menggantung. Tapi seperti candu, dengan sendirinya
pembaca bakal penasaran dengan kelanjutan kisah Liv dan Sophie dalam The Girl
You Left Behind. Siapa yang bakal ditinggalkan? Dan bagaimana bisa lelaki ini
tega berpisah dengan wanita yang mereka cintai? Ah, harus baca novelnya dulu ya? Siap-siapin hati dulu
deh :(
Mrs. Moyes, please don’t let anything
happen to them!!
Pengalaman pribadi? Wah waw..... #dilempar
ReplyDeleteBTW HOW YOU READ PJ AND THE GREEK GODS PLEASE LEND ME #.....
Hahah belajar sejarah Yunani nggak pernah semenarik ini XD
Deletehttp://tuebl.ca/books/87895