Sunday, 26 October 2014

[Book Review] Honeymoon in Paris: A Novella

Honeymoon in Paris
penulis Jojo Moyes
57 halaman, ChickLit (Prequel dari The Girl You Left Behind)

“So… I saw [this painting] this morning… this miserable, neglected wife. And it just hit me. That’s not how I want to be. I felt suddenly as if the whole our marriage was going to be like this—me wanting your attention, and you not being able to give it. And it scared me.”

Honeymoon? Paris? YES PLEASE THANK YOU VERY MUCH.


Tapi karena sudah tahu gimana kelakuan Jojo Moyes—saya belum bisa memaafkan dia sejak Me Before You—saya tidak berekspektasi kalau semua bakal baik-baik saja.

Honeymoon in Paris merupakan novella pengantar The Girl You Left Behind, yang sampai sekarang saya masih mandeg bacanya di tengah-tengah jalan karena (1) Sudah mulai UTS, (2) Topik Perang Dunia tidak begitu pas dengan selera saya, dan (3) FEELS, FEELS EVERYWHERE.

Novella ini menceritakan dua wanita di masa berbeda—Liv (2002)…. yang baru saja menikah dan sedang menjalani honeymoon impiannya di Paris, dan Sophie (1912)…. mantan shopgirl yang juga baru saja menikah dengan seorang pelukis ternama, Eduard.

Liv merasa tidak bahagia karena honeymoon yang sudah ia gadang-gadang bersama dengan David harus berantakan karena David terlalu sibuk dengan meeting tentang rancangan bisnisnya. Dari yang rencananya 7 hari, jadi 5 hari, dan David selalu mengatur meeting di saat-saat yang paling tidak tepat.

“Sure. I just hadn’t realized my honeymoon was going to be five days in Paris thinking up ways to kill time.”

Nyatanya, itulah yang harus ia lakukan. Hari-hari yang harusnya ia habiskan bersama David malah harus Liv hadapi sendirian. Berkeliling Paris sendirian. Berkeliling. Paris. SENDIRIAN *bergidik ngeri*. Nongkrong di kafe… jalan-jalan…. dan mengunjungi museum sendirian. Tiba-tiba, Paris tidak seromantis yang ia pikir.

Ketika mengunjungi salah satu museum itulah, Liv melihat sebuah lukisan seorang pelukis minor bernama Eduardo Lefevre. Ya, wanita di lukisan itu adalah Sophie. Lukisan berjudul “Wife, out of sorts” itu begitu menohok hatinya dan membuatnya tersadar akan sesuatu yang sudah lama ia coba sangkal.

I’m twenty-three years old, she thinks. And I have a married a man who has already put me firmly in the background of his life. I’m going to be that sad, quietly furious woman in the kitchen whom nobody notices, desperate for his attention, sulking when she doesn’t get it.  Doing things alone and ‘making the best of it’.

***

Saya lebih menyukai kisah tentang Liv dibandingkan kisah Sophie karena…. murni pengalaman pribadi XD. Hah belum sampe tahap menikah sih (God, please no), tapi memang dinomorduakan itu rasanya pahit. Jojo Moyes, you did it again!!!


57 halaman ini bener-bener membuat saya lelah batin. Jojo Moyes selalu bisa menyentuh para pembacanya lewat emosi paling mendalam (sayangnya, emosi yang timbul adalah kesedihan) dan membuka luka-luka lama. Astaga, saya juga nggak pengen dinomorduakan sama suami saya nanti. *EAAAA jombs….

Yang menarik dari novella ini adalah tidak ada ending yang menggantung. Tapi seperti candu, dengan sendirinya pembaca bakal penasaran dengan kelanjutan kisah Liv dan Sophie dalam The Girl You Left Behind. Siapa yang bakal ditinggalkan? Dan bagaimana bisa lelaki ini tega berpisah dengan wanita yang mereka cintai? Ah, harus baca novelnya dulu ya? Siap-siapin hati dulu deh :(


Mrs. Moyes, please don’t let anything happen to them!!

2 comments:

  1. Pengalaman pribadi? Wah waw..... #dilempar
    BTW HOW YOU READ PJ AND THE GREEK GODS PLEASE LEND ME #.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahah belajar sejarah Yunani nggak pernah semenarik ini XD
      http://tuebl.ca/books/87895

      Delete