Monday, 20 October 2014

[Book Review] On the Fence

On the Fence
penulis Kasie West
296 halaman, Young Adult/ Contemporary/ Realistic Fiction

“You are in our family.”
“No, I’m not.”
“In all the ways that matter. I told you the other night that you’re stuck. You can’t disown us now.”
“I don’t want to,” he whispered.

Kalau kamu sedang mencari bacaan ringan, dengan tema yang bukan hanya cinta tapi juga keluarga yang meninggalkan perasaan hangat di dalam hati, novel-novel karya Kasie West ini adalah pilihan yang tepat. Saya sudah baca The Distance Between Us, dan sejak saat itu saya bertekad untuk membaca semua novel lain karya beliau. Saya suka ketika membaca buku membuat saya bisa melupakan sejenak stres dan tekanan dalam hidup, bisa tersenyum sampai pipi sakit, dan bisa membuat saya tersadar bahwa saya itu sudah sangat beruntung dengan kondisi saya saat ini. Walaupun saya kadang mikir, heck….where’s my super hot and kindhearted boy?



Charlie—oke, Charlotte sebenarnya—tumbuh dalam lingkungan penuh laki-laki. Ayahnya, tiga orang kakak laki-lakinya (Jerom, Nathan, Gage), dan Braden… yang merupakan tetangga mereka sejak kecil dan selalu menghabiskan waktu bersama keluarga Charlie. Belum lagi para anggota tim sportnya. Bagi Charlie, keluarganya adalah segalanya.

It was true that you could tell a lot about someone by the way they played a game. I knew Jerom was a leader, Nathan followed all the rules to a T, and Gage was laid-back, in it for the fun. What about Braden? What had I learned about Braden over the years from watching him play? He was a team player, never hogged the ball or took it when he couldn’t deliver. He hung in the background a lot, waiting until someone needed assistance. So he was…what? Observant? Not selfish?

Tapi sekuat apapun Charlie menyangkal, tetap muncul perasaan mengganjal bahwa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Ibunya meninggal ketika Charlie masih berumur enam tahun, yang hingga sekarang masih memberikannya mimpi buruk (literally). Ayahnya mungkin sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membesarkan Charlie sebagai seorang perempuan normal, tapi pengetahuan ayahnya sangat terbatas. You know what I mean…. stuffs that only a Mom know…. first period, bra, conditioner, even make up…..

I still remembered when I was thirteen and my dad approached me one day. Sweat beaded his upper lip. “Charlie,” he’s said. “Carol at work said you might need a bra.” He said it so fast I almost didn’t catch it. Then both of our faces reddened. “I could take you shopping,” he added. “I guess they have stores where they help you get fitted…and stuff.”

Belum apa-apa saya sudah meleleh sama satu laki-laki di hidup Charlie ini. Bukan hal mudah bagi seorang polisi berwibawa untuk menemani anaknya berbelanja bra. But he tried. So hard, that my heart feels hurt. Kerennya nih, terlepas dari segala ketidaktahuannya akan “masalah perempuan”, Ayah Charlie tahu kapan harus lembut dan kapan harus keras terhadap Charlie. Maka ketika untuk kesekian kalinya Charlie tertilang karena ngebut, ayahnya memutuskan bahwa Charlie harus bertanggung jawab untuk mengganti uang denda tilang itu. Dengan part-time job.

Ironi, Charlie yang tidak tahu apa-apa soal fashion dan make up pun mendapat kerja di sebuah butik. Dan tidak hanya sebatas pramuniaga. Sejak bekerja di butik, Charlie mulai mendapatkan potongan-potongan kehidupan yang hilang dari dirinya. Dia mulai pakai baju yang lebih feminim (aturan kerja), hangout bersama para cewek, belajar dandan walaupun sebatas jadi “kanvas” demo make up, dan flirting dengan cowok. Hal yang sebelumnya tidak pernah dia pikir akan terjadi di hidupnya. Tapi semuanya dia lakukan tanpa sepengetahuan keluarganya. Dia cuma belum sanggup menghadapi reaksi kakak-kakaknya (dan terutama ayahnya).

Selain sisi tomboy dan sisi feminim yang disandang Charlie, ia punya satu sisi lain lagi. Charlie di hadapan Braden. Charlie yang sering bertukar pikiran dengan Braden di pagar mereka. Bagian yang paling saya suka adalah permainan kecil siapa-yang-lebih-mengerti yang selalu mereka lempar satu sama lain. Ah, that little denial feeling when we realize we fall in love with our bestfriend.

Memang, bakal ada sedikit drama di sini. Tapi lebih untuk pengembangan karakter. Suka gemes deh kalo tokoh utama ngelakuin hal bodoh dan kita di sini cuma bisa….


Drama inilah yang bikin saya cuma kasih 3 bintang buat buku ini di Goodreads, seharusnya sih bisa lah dapet 4 bintang.

“You are so clueless. I don’t believe you, the most stubborn girl in the world, would be willing to do that for a guy who’s not even worth the time or effort. You don’t have to pretend to be anyone.”

Aaaaaah saya suka sama buku ini. Terutama bagian percakapan Charlie dan Braden di pagar mereka. Tema keluarga memang selalu dipegang erat oleh Ms. West. Hubungan antara Charlie dengan kakak-kakaknya pun tidak hanya berjalan sebatas saudara. Mereka adalah sahabat, teman curhat, bodyguard, sekaligus musuh bebuyutan bagi Charlie. Tokoh-tokoh pendamping bener-bener bisa menyatu dengan tokoh utama, dan si tokoh utama pun bisa mengalami perkembangan di sepanjang cerita. Saya yang biasanya nggak begitu suka YA berbau sport pun malah bisa menikmati alur cerita dengan baik.

Saya seneng sekali sama perubahan yang dialami Charlie. Dia sebenarnya gadis baik, cuma belum tahu bagaimana "aturan main"-nya dalam kehidupan ini. Ketika dia mulai beradaptasi, ketika itulah sikap annoying-nya berkurang. Sekuat apa pun wanita, dia pasti punya satu titik kelemahan. Kita nggak bisa mengharapkan seseorang "mendadak" berubah jadi sekuat besi, atau sempurna tanpa celah. Kita semua punya kelemahan, cuma ada yang lebih pintar menutupinya. Dan guys, seputih apa pun kebohongan yang kita ucapkan, suatu saat akan berbalik ke kita juga. And not in a good way.

“That’s hard, when someone doesn’t meet our expectations.” She moved around to the other side of the table. “Sometimes we expect more than people are capable of giving at the moment.”

***
Buku lain dari Kasie West yang bakal saya baca dalam waktu dekat ini:


Dan YA Contemporary dari Kasie West yang akan terbit 5 Mei 2015 nanti. Can’t wait!


*) Thank you @ideklinz for allowed me to use your beautiful picture Xxxxx

No comments:

Post a Comment