Sunday, 5 April 2015

[Book Review] Made You Up by Fransesca Zappia

Made You Up
penulis Francesca Zappia
448 halaman, Young Adult/ Mental Illness
Rating:  image
Dipublikasikan 19 Mei 2015 oleh Greenwillow Books

 SINOPSIS:
Reality, it turns out, is often not what you perceive it to be—sometimes, there really is someone out to get you. Made You Up tells the story of Alex, a high school senior unable to tell the difference between real life and delusion. This is a compelling and provoking literary debut that will appeal to fans of Wes Anderson, Silver Linings Playbook, and Liar.

Alex fights a daily battle to figure out the difference between reality and delusion. Armed with a take-no-prisoners-attitude, her camera, a Magic 8-Ball, and her only ally (her little sister), Alex wages a war agains her schizophrenia, determined to stay sane long enough to get into college. She’s pretty optimistic about her chances until classes begin, and she runs into Miles. Didn’t she imagine him? Before she knows it, Alex is making friends, going to parties, falling in love, and experiencing all the usual rites of passage for teenagers. But Alex is used to being crazy. She’s not prepared for normal.
Funny, provoking, and ultimately moving, this debut novel featuring the quintessential unreliable narrator will have readers turning the pages and trying to figure out what is real and what is made up.


REVIEW:

Alexandra didiagnosis menderita schizophrenia sejak kecil. Schizophrenia, menyebabkan Alex tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya rekaan alam bawah sadarnya. Karena itulah ia tidak yakin apakah insiden Pembebasan Lobster ketika ia berumur tujuh tahun benar-benar terjadi. Dan apakah anak laki-laki bermata biru yang membantunya melepaskan lobster-lobster itu nyata atau hanya khayalannya belaka.

Bertahun-tahun ia mencoba melawan penyakitnya itu. Ke manapun Alex pergi, ia selalu membawa kamera untuk mengabadikan setiap momen yang ia lihat. Sesampainya di rumah, Alex akan mencetak foto-foto tersebut untuk memastikan mana yang nyata dan mana yang bukan. Walaupun ia tahu kalau kadang-kadang otaknya memainkan trik aneh, mau tak mau Alex menjadi orang yang paranoid. Dia selalu melakukan parameter check, memastikan siapa saja orang yang ada di sekitarnya, dan memeriksa apakah ada tanda-tanda bahaya mengancam untuk menyerangnya.

I didn’t have the luxury of taking reality for granted. And I wouldn’t say I hated people who did, because that’s just about everyone. I didn’t hate them. They didn’t live in my world. But that never stopped me from wishing I lived in theirs.

Usahanya untuk melebur menjadi normal mulai menunjukkan tanda-tanda kegagalannya ketika ia bertemu dengan Miles Ritcher di sekolahnya yang baru. Miles mengingatkan Alex kepada si anak laki-laki bermata biru di Insiden Pembebasan Lobster dahulu. Setelah sekian lama meyakini suatu hal hanya khayalan belaka, Alex harus menabahkan diri bahwa kalaupun benar Miles adalah teman pertamanya dulu….. jelas tidak lagi sekarang. Miles yang super jenius rupanya menjadikan “Mengganggu Alex” sebagai hobi favorit nomor satu sedunia. Tapi bukan berarti Alex diam saja, karena Alex lah satu-satunya penghuni sekolah ini yang menjadi korban jahil Miles dan berani melawan.

When he finished reading, he did something so surprising that I almost dropped the Bunsen burner and set the kid across from me on fire. He laughed. Our neighbors turned to stare at us, because Miles Ritcher laughing was one of those things that the Mayans had predicted would signal the end of the world. He wasn’t particularly loud about it, but it was Miles laughing, a sound no mortal had ever heard before.

Pengalaman membaca buku ini merupakan hal baru yang unik bagi saya karena si tokoh utama sendiri pun tidak tahu mana yang benar-benar terjadi dan mana yang cuma khayalan. Kadang saya bingung dengan ke mana cerita mengarah, tapi lama-kelamaan saya mengerti apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh sang penulis. Brilian, penuh kejutan, dan menggugah rasa penasaran! Luar biasa ketika saya tahu bagaimana cara otak seseorang yang *ehem sori* agak berbeda dari kita bekerja, karena bukan berarti ada yang kurang dari diri mereka. Justru sebaliknya, cara berpikir mereka benar-benar unik sehingga membuat saya merasa kalau otak saya ini membosankan dan lambat.  I need moooore inspiration juices for my brain.


Dan yang bikin saya takjub lagi nih, Made You Up ini merupakan sebuah karya debut! Francesca Zappia benar-benar masuk kategori penulis favorit saya sekarang. Tokoh Alexandra yang dia buat ini sangat likeable. Pintar, kuat (dalam artian nerd tapi nggak bakal tinggal diam kalo kena bully), dan super witty. Nggak ada yang lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu di kepala seseorang yang tahu bagaimana memaikainya dengan baik (terlepas dari eror yang sering terjadi. Tapi karena ini takdir Tuhan, saya bisa maklum). Apalagi gaya penulisan dan humornya juga pas. Endingnya apalagi, benar-benar di luar dugaan saya. Rada bingung juga sih dengan eksekusi dari masalah-masalah yang muncul…. atau ini hanya perasaan Dek Sany saja? *halah apasih*

Saya beruntung mendapatkan ARC novel luar biasa ini dan guys, you guys…….read this book ASAP!


“People say teenagers think they’re immortal, and I agree with that. But I think there’s a difference between thinking you’re immortal and knowing you can survive. Thinking you’re immortal leads to arrogance, thinking you deserve the best. Surviving means having the worst thrown at you and being able to continue on despite that. It means striving for what you want most, even when it seems out of your reach, even when everything is working against you. And after you’ve survived, you get over it. And you live.”

No comments:

Post a Comment