Judul: Please Look After Mom
Penulis: Kyung Sook-Shin
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia
Jumlah halaman: 296
Rating: ♥♥♥
Sepasang suami-istri berangkat ke kota untuk
mengunjungi anak-anak mereka yang telah dewasa. Sang suami bergegas naik ke
gerbong kereta bawah tanah dan mengira istrinya mengikuti di belakangnya.
Setelah melewati beberapa stasiun, barulah dia menyadari bahwa istrinya tak
ada. Istrinya tertinggal di Stasiun Seoul.
Perempuan yang hilang itu tak kunjung ditemukan, dan
keluarga yang kehilangan ibu/istri/ipar itu mesti mengatasi trauma akibat
kejadian tersebut. Satu per satu mereka teringat hal-hal di masa lampau yang
kini membuat mereka tersadar betapa pentingnya peran sang ibu bagi mereka; dan
betapa sedikitnya mereka mengenal sosok sang ibu selama ini,
perasaan-perasaannya, harapan-harapannya, dan mimpi-mimpinya.
Novel full deramah kayaknya lagi nggak pengen saya masukin dalam daftar baca saya bulan ini. Tapi karena covernya kece abis, saya jadi baca deh.
Saya cuma kasih tiga bintang
untuk novel ini. Dua untuk ceritanya, setengah untuk terjemahannya yang bagus,
dan setengahnya lagi untuk covernya *tetep*
Jujur pertama kali saya bingung
waktu baca, soalnya kisah ini diceritakan dari buanyak sekali sudut pandang. Novel
ini adalah novel terjemahan Korea pertama yang saya baca, dan saya termasuk
tipe orang yang susah ngapalin nama-nama Korea. Jadi saya sering kebingungan
pas baca, si Hyong-Chol itu siapa, Chi-hon itu yang mana, Park So nyo itu tadi
udah muncul belum, dll, dst. Meskipun terjemahannya bagus, tapi terlalu banyak
deskripsi di sini, dan ehm… Times New Rowman, again *apa iya semua novel harus
dalam Times New Rowman?*. Apa memang gaya terjemahan Mbak Tanti Lesmana yang
memang seperti itu (sebelumnya saya sudah baca terjemahannya yang The Book of The Lost Things) atau memang
dari sananya memang seperti itu.
Kapan
terakhir kali kau menceritakan tentang pengalamanmu ke ibumu? Di satu titik,
percakapan-percakapan antara kau dan Ibu menjadi seperlunya saja. Bahkan itu
pun tidak dilakukan secara langsung, melainkan melalui telepon. (halaman 45) –sudut
pandang sang anak.
Tidak
sampai semenit kau telah menyadari bahwa hidupmmu sudah keluar dari jalurnya
gara-gara langkah kakimu yang terlalu cepat, gara-gara kebiasaanmu untuk selalu
berjalan di depan istrimu selama tahun-tahun pernikahan kalian yang panjang………
andai kau menoleh ke belakang untuk melihat apakah dia masih di sana sewaktu
kau naik ke dalam gerbong, akankah situasinya jadi seperti ini. (halaman
171-172) –sudut pandang sang suami.
Tapi terlepas dari terjemahan
dan fontnya yang agak mengganggu (cuma font-nya yang ganggu banget), ceritanya
mengalir dengan bagus, membuat saya berulang kali berfikir apa saya sudah
memperlakukan Ibu saya dengan cukup baik. Ah, saya jadi menyadari kesalahan-kesalahan
kecil yang saya perbuat ke Ibu saya selama ini, betapa dia menderita karena
selain bekerja di kantor, sepulangnya ia tetap harus mengerjakan pekerjaan
rumah hiks, no no no, kali ini saya bakal lebih rajin bantu ( ‘-‘)9
Omma, mianhee....
No comments:
Post a Comment