Thursday 16 January 2014

[Book Review] Where She Went by Gayle Forman


Where She Went (companion book of If I Stay)
written by Gayle Forman
208 pages, Young Adult/ Realistic Fiction
First Published April 5th 2011 by Dutton Juvenile
Peringatan: Review mengandung spoiler terutama bagi yang belum membaca buku pertama, If I Stay

Letting go. Everyone talks about it like it’s the easiest thing. Unfurl your fingers one by one until your hand is open. But my hand has been clenched into a fist for three years now; it’s frozen shut. All of me is frozen shut. And about to shut down completely.
Apa aku udah bilang kalau Where She Went ini diceritakan dari sudut pandang Adam Wilde? Oh YESS!

Tiga tahun berlalu setelah kecelakaan yang merenggut keluarga Mia Hall. Adam dan Mia sudah benar-benar menjalani hidup yang berbeda. Setelah menjalani beberapa operasi untuk membenahi cacat ringan di tubuhnya, Mia berangkat ke Juilliard untuk  melanjutkan kuliah di bidang musik. Then she dumped Adam.


Hingga tahap ini, satu pertanyaan yang terus menghantuiku adalah why, why, why. Pertanyaan itu terus berputar-putar di pikiranku. Padahal Adam selalu menemani Mia semenjak ia sadar. Padahal Adam bersedia pindah ke New York untuk menemani Mia kuliah di Juilliard. Padahal, padahal, padahal. Aduh kurang apa si Adam Wilde ini *kunyah sandal*


Hingga kesempatan mempertemukan Mia dengan Adam kembali. Adam yang berhasil menjadi bintang rock terkenal dan Mia yang berhasil menjadi cellist muda berbakat.
There are so many things that demand to be said. Where did you go? Do you ever think about me? You’ve ruined me. Are you okay? But of course, I can’t say any of that.
Emosi yang kurasakan dalam novel ini kuat sekali. Kecewa dan marah adalah yang paling dominan. Tapi herannya ketika Adam mulai bertemu Mia, perasaan cinta yang udah ditekan susah payah sedikit demi sedikit muncul lagi. Terasa banget di setiap kata demi kata yang ditulis Gayle Forman.

Aku salut banget sama Gayle Forman. Tidak mudah membuat novel dengan sudut pandang berbeda, atau secara lebih spesifik, dari sudut pandang laki-laki dan perempuan sekaligus. Banyak penulis wanita yang mencoba memakai sudut pandang pertama tokoh laki-laki, tapi jatuhnya malah jadi annoying, terlalu menye, dan membuatku berharap untuk nggak tahu apa isi pikiran para laki-laki. Ew!

Tapi Adam Wilde….walaupun aku menghabiskan hampir setengah buku buat pengen nendang Adam (for being such a dick), tapi semakin lama aku jadi semakin tahu bagaimana perasaannya karena ditinggalkan. Mungkin tidak seperti ketika Mia ditinggalkan keluarganya, tapi Adam sudah berusaha sekuat tenaga untuk ada ketika Mia membutuhkannya. Walaupun sepertinya Mia yang bergantung kepada Adam, justru kenyataannya adalah sebaliknya. Adam-lah yang selalu bergantung kepada Mia.

Inti cerita dari Where She Went sebenarnya hanya tentang 24-jam yang dilalui Adam-Mia untuk mengulang kebersamaan mereka. Setelah alasan kenapa Mia meninggalkan Adam terungkap, akhirnya bakal muncul pertanyaan baru buatku: Apa yang akan terjadi jika Adam dan Mia diberikan kesempatan kedua untuk bertemu?
But I’d do it again. I know that now. I’d make that promise a thousand over and lose her a thousand times over to have heard her play last night or to see her in the morning sunlight. Or even without that. Just to know that she’s somewhere. Alive.
Where She Went membuatku bertanya-tanya apakah semua artis Hollywood bernasib sama seperti Adam. Populer, kaya, tapi dalam hati kesepian. Tidak pernah bisa bebas dari paparazzi. Apa iya itu yang membuat sebagian besar dari mereka berakhir dengan drugs dan rehab?

“Hate me. Devastate me. Annihilate me. Re-create me. Re-create me. Won't you, won't you won't you re-create me.”


Secara keseluruhan, aku puas banget sama Where She Went, yang menurutku jauh lebih bagus daripada If I Stay. Sedih juga harus pisah sama Mia dan Adam (mulai lebay). Dan tentu saja….. aku bakal baca karya lain dari Gayle Forman (Just One Day dan Just One Year).

Happy holiday, guys!


About Gayle Forman



My name is Gayle Forman and I love to write young-adult novels. Because I do. So thank you for reading them. Because without you, it’d just be me. And the voices in my head.

My first young-adult novel, Sisters in Sanity, was based on another one of those social justice articles I wrote when for Seventeen. Sisters was published in 2007. My next book, If I Stay, was published in April of 2009 by Dutton. It is also being published in 30 countries around the world, which is surreal. The sequel/companion book to If I Stay, Where She Went, comes out in April 2011. I am currently working on a new YA novel, that is, when my kids (plural, after Willa we adopted Denbele from Ethiopia) allow me to. And after that book is finished, I’ll write another, and another….
 

No comments:

Post a Comment