Monday, 29 February 2016

[Review Buku] Suicide Notes from Beautiful Girls oleh Lynn Weingarten

Suicide Notes from Beautiful Girls
penulis Lynn Weingarten
336 halaman, YA/ Suicide/ Mystery
Rating: 
Dipublikasikan 2 Juli 2015 oleh Simon Pulse

Sudah cukup lama saya menamatkan novel ini. Cuma ya baru sekarang sempat buat reviewnya. Kalau bisa jujur sih novel dari Lynn Weingarten ini awalnya tidak menarik perhatian saya karena desain sampulnya yang kelewat sederhana. Korek yang hangus? Apa coba maksudnya? #TEAMSUKANYINYIRDULUANKALOADACOVERJELEK. Ditambah lagi saya asing banget sama nama penulisnya, belum pernah dengar sama sekali.

Tapi kepalang tanggung sudah terlanjur terbaca beberapa halaman, akhirnya saya lanjutkan. Dan ternyata saya sangat menikmati buku ini, yang kemudian membuat saya mempertanyakan kewarasan mental saya. Karena bisa dibilang novel ini bercerita tentang sekumpulan cewek psycho. Dan saya menyukainya! WAIT, WHAT!!


Thursday, 18 February 2016

[Review Buku] November 9 oleh Colleen Hoover

November 9
penulis Colleen Hoover
320 halaman, YA/ Realistic Fiction
Rating: image
Dipublikasikan 10 November 2015 oleh Atria Books

Sebagai pembaca yang sering ngeluh sama kualitas novel-novel Colleen Hoover, saya ini termasuk rajin juga ya membabat habis karya dia ehehehe. Karena menurut saya karya dia tuh untung-untungan. Kalau yang bagus ya jatohnya bagus bangeeet (Maybe Someday & Slammed Series). Yang biasa ya biasa aja gitu—mayan laaah buat hiburan (Hopeless & Losing Hope). Nah kalo yang jelek, bisa bikin saya misuh-misuh tiga hari tiga malam walaupun ujung-ujungnya tamat juga (Ugly Love & Confess). Mungkin ini yang dinamakan guilty pleasure sodara-sodara.


Saturday, 13 February 2016

[Review Buku] The Thing About Jellyfish oleh Ali Benjamin

The Thing About Jellyfish
penulis Ali Benjamin
352 halaman, YA/ Death
Rating: image
Dipublikasikan 22 September 2015 oleh Little, Brown Books for Young Readers


SINOPSIS:

Suzy Swanson is pretty sure she knows the real reason Franny Jackson died. Everyone says that there’s no way to be certain…that sometimes things just happen. But Suzy knows there must be a better explanation—a scientific one. Haunted by the loss of her former best friend — and by a final, terrible moment that passed between them — she retreats into a silent world of her own imagination.  Convinced that Franny’s death was the result of a freak jellyfish sting, she crafts a plan to prove the truth, even if it means traveling around the globe… alone. As she prepares, she learns astonishing things about the universe around her… and discovers the potential for love and hope in her own backyard.


REVIEW:

Saya beruntung menemukan buku ini di antara tumpukan TBR (To-be Read) books yang semakin menggunung. Baru kali ini sebuah buku berhasil membuat saya “berpikir keras”, terlepas dari genrenya yang masuk YA middle grade. Yang saya suka, buku ini sudah menjerat minat saya sejak kalimat pertama:


Thursday, 11 February 2016

Rekomendasi Buku Februari (Luv Luv Luuuurvvvvee)

Hai semua! Di bulan Februari yang semakin mendekati tanggal 14 ini paling asik kalau dilalui bersama novel-novel unyu yang bikin hati berbunga-bunga. Jangan khawatir kalau kamu jomblo, karena cowok-cowok ganteng di novel berikut siap bikin kamu jatuh cinta lagi. Dan lagi.

Ini dia daftar novel-novel yang PAS banget dibaca di Bulan Februari:

Buku yang sudah diterjemahkan

To All the Boys I’ve Loved Before Series by Jenny Han
Seri ini termasuk yang paling sering ditanyakan sama temen-temen pembaca blog ini. Dua-duanya sudah diterjemahkan oleh Penerbit Spring dengan sampul asli yang cantik dan terkesan vintage di atas. Super unyu dan bikin galau mau milih mau jadi Tim Peter Kavinsky atau Tim John Ambrose McClaren! Kalau saya pribadi sih jadi Tim Lara Jean. Fakyeah Lara Jean!


There You’ll Find Me by Jenny Jones (review bisa dibaca di sini)
Salah satu buku terbaik yang saya baca tahun lalu! Sudah diterjemahkan sama Gramedia walaupun kualitas terjemahannya masih kurang maksimal. Irlandia…. Beckett Rush…… gosh sepertinya saya harus baca ulang novel ini. Kangen.


Buku yang belum diterjemahkan

My Life Next Door by Huntley Fitzpatrick
Satu kata: JaseGarrett. Oke itu curang. Tapi Jase Garrett merupakan salah satu book boyfriend yang cukup konstan di hidup saya. Novel ini sering sekali saya baca ulang terutama kalau lagi super suntuk atau pengen merasakan hidup dengan keluarga Garrett lagi. *sigh* Jase Garrett……


Isla and the Happily Ever After by Stephanie Perkins
Kalau soal cerita supermanis dengan latar Paris, Stephanie Perkins ini juaranya! Dari ketiga novel seri Anna and the French Kiss, FYI yang paling nendang menurut saya adalah Isla. I shipped Isla and Josh so hard I don’t even care about anything else!


Dan buku terakhir….

Open Road Summer by Emery Lord
Kalau kalian kangen sama Taylor Swift ala era sebelum Red album a.k.a. ketika masih jadi penyanyi country, wajib banget baca Open Road Summer! Novel ini tidak melulu membahas cinta kok, tapi juga persahabatan dan keluarga. Saking jatuh cinta sama ceritanya, saya sampai bela-belain beli versi fisiknya yang harganya nggak bersahabat sama kantong mahasiswa ini huhu (maklum dollar makin naik). Biar bisa dielus-elus gitu... *ditabok*


Nah. Itu dia buku rekomendasi saya untuk Bulan Februari. Tenaaaang, semua sudah teruji standar ke-unyu-annya dan cocoooook dibaca sambil ngumpet di bawah selimut atau sambil gandeng tangan pacar tersayang. EAAAAA.

Sampai jumpa di rekomendasi buku selanjutnya ya teman-teman!

Wednesday, 3 February 2016

[Review Buku] Good in Bed oleh Jennifer Weiner

Good in Bed (Cannie Shapiro #1)
penulis Jennifer Weiner
375 halaman, New Adult/ Chick-lit
Rating: image
Dipublikasikan 2 April 2002

New Adult sebenarnya bukan genre yang saya gandrungi. Saya masih berkiblat sama Young Adult kok sodara-sodarah, soalnya masih pas sama usia saya yang kinyis-kinyis ini *ditabok*. Tapi karena salah satu resolusi 2016 saya adalah Read Diverse Books a.k.a. keluar dari zona nyaman YA, makanya saya coba-coba aja nyicip novel NA kali ini. Bukannya nggak suka sih sama genre ini. NA yang bagus buanget menurut saya juga banyak. Tapi saya ngerasa “berat” aja baca novel-novel macam ini. Masalah yang terkandung di dalamnya biasanya sangat kompleks. Bikin saya nggak mau cepet-cepet jadi dewasa hahaha.

Setelah gagal total baca Paranormal Romance kemarin, tentu saya agak ketar-ketir dong soal milih NA mana yang bakal dibaca. Karena saya tuh ngasal milihnya. Tau ada penulis yang namanya Jennifer Weiner aja baru kali ini, dan usut punya usut, Good in Bed ternyata karya debut dia. Syukurlah, saya nggak salah pilih. Karena novel ini bagus banget dan membawa pesan penting bagi pembacanya. Gaya penulisannya juga bagus, realistis. Top lah untuk ukuran penulis debut waktu itu.


Protagonis di novel ini—Cannie Shapiro—adalah seorang jurnalis (why? WHY?? Saya sering banget baca NA yang tokoh utamanya jurnalis) di Philadelphia Examiner. Hidupnya sebenarnya biasa-biasa saja. Tapi sejak Bruce—mantan kekasihnya—mendapatkan pekerjaan baru sebagai penulis rubrik Good in Bed di Moxie dan menulis artikel “Loving a Larger Woman”, Cannie jadi merasa insecure. Bruce membeberkan kehidupan pribadinya bersama si “C”, si perempuan berbadan “di atas normal” yang seolah-olah tidak ingin dicintai dengan tulus olehnya dan malah terus bermuram durja atas kondisi badannya.

There were a thousand words that could have described me—smart, funny, kind, generous. But the word I picked—the word that I believed the world had picked for me—was fat.

Walapun identitasnya tidak ditampilkan secara gamblang, orang-orang terdekatnya tahu bahwa si C yang dimaksud Bruce adalah Cannie. Yang lebih parah, artikel itu juga mengelabui pikiran Cannie sendiri sehingga dia berpikir bahwa memutuskan Bruce adalah suatu kesalahan. Karena, yaaaah, lihat saja kondisi Cannie sekarang. Lajang gemuk menyedihkan. Bruce benar-benar mencintainya. Setidaknya berdasarkan artiker “Loving a Larger Woman” yang dia tulis. Dia harus mendapatkan Bruce kembali!

Cannie lantas mendaftarkan diri ke program milik University of Pennsylvania’s Weight and Eating Disorders Clinic, di mana ia bertemu teman-teman seperjuangan dan Dr. K, dokter ramah yang selalu sabar walaupun Cannie sering memunculkan "masalah" di setiap pertemuan programnya.

“Fat people aren’t stupid,” I continued. “But every single weight-loss program I’ve ever been to treats us like we are—as if as soon as they explain that broiled chicken is better than fried, and frozen yogurt’s better than ice cream, and that if you take a hot bath instead of eating pizza, we’re going to all turn into Courteney Cox.”


Cannie tidak tahu bahwa dia akan mendapatkan petualangan luar biasa yang menyadarkannya bahwa di dunia ini banyak hal yang jauh lebih penting dibandingkan menurunkan berat badan demi seorang cowok.


Novel ini mengajarkan kita untuk mencintai diri sendiri, baik secara fisik maupun mental. Banyak hal penting yang saya pahami dari novel ini. Secara pribadi, saya kagum dengan usaha Cannie dalam menemukan jati diri dan kebahagiannya: lajang bukan berarti sendiri, masih ada keluarga dan sahabat yang siap menemani; memiliki badan yang lebih besar bukan aib, asalkan sehat dan mampu menopang dan membantu kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari; dan siapa yang butuh cowok menyedihkan yang menjelek-jelekkan diri kita di muka publik HAHHHHH?????

Mengikuti jejak Cannie sejak awal sekali, bikin saya agak sedih untuk berpisah dengan buku ini. Dan heck, saya tidak mau spoiler sebenarnya, tapi saya suka ketika Cannie di akhir cerita akhirnya mendapatkan pekerjaan yang dulu sempat menjatuhkannya. Sweet revenge, huh?

“But what we’re really trapped by is perceptions. You think you need to lose weight for someone to love you. I think if I gain weight, no one will love me. What we really need,” she said, pounding the bar for emphasis, “is to just stop thinking of ourselves as bodies and start thinking of ourselves as people.”


FYI, buku ini sudah diterjemahkan Gramedia lho teman-teman, bahkan sudah dicetak ulang. Buat yang malas baca versi bahasa Inggris, sok atuh bisa dijadikan alternatif baca. Dan ini bukan novel erotika lho ya, walaupun desain sampulnya seperti itu. Kayaknya yang bikin desain sampul agak salah kaprah sama keseluruhan ceritanya -,-


Saya merekomendasikan novel ini kepada semua pecinta chicklit maupun yang baru menjajal genre ini. Kita butuh lebih banyak novel seperti ini sodara-sodara.