Saturday, 7 September 2013

Anna and the French Kiss (Anna and the French Kiss #1)



Anna and the French Kiss by Stephanie Perkins
372 pages

Anna is looking forward to her senior year in Atlanta, where she has a great job, a loyal best friend, and a crush on the verge of becoming more. Which is why she is less than thrilled about being shipped off to boarding school in Paris—until she meets Étienne St. Clair. Smart, charming, beautiful, Étienne has it all...including a serious girlfriend.

But in the City of Light, wishes have a way of coming true. Will a year of romantic near-misses end with their long-awaited French kiss?


Banyak sekali pujian yang bertebaran baik di Goodreads maupun BBI tentang betapa manisnya buku ini.  Tapi di sepuluh atau lima belas halaman awal, saya sudah bosan. Mengingat-ingat pujian di GR dan rating yang tinggi, saya jadi penasaran dan lanjut terus. Memang sih salah satu alasan saya membaca ini karena ada embel-embel Perancis nya. Uwuwuwuw.

Akhirnya, setelah membolak-balik beberapa halaman selanjutnya, terutama ketika dia mulai mengenal  Étienne St.Clair, cerita mulai menarik hati saya. Ketemu cowok ganteng super baik yang mengenalkan kamu sama Paris? OH. MY. GOD.

 Bukan hanya menara Eiffelnya, tapi tempat-tempat super romantis semacam make a wish di “Point Zero of the roads of France” hingga Notre Dame. Dan St. Clair tahu segala macam hal tentang tempat-tempat itu macam guide wisata aja. Plus, dia beraksen British.  Cowok ganteng beraksen British? Aaaaaaaak heeeeelp!!!!! (/ ‘o’)/

Gimana nggak deg-degan kalau punya sahabat kayak gitu? Sayang, St. Clair sudah punya Ellie. Dan Anna pun sadar kalau Meredith, sahabatnya, juga suka sama St. Clair. Tapi gimana dia mau menolak perasaannya kalau St. Clair selalu bisa membuat hatinya melambung tinggi (saya juga ikutan melambung *halah*)

Setelah tamat, saya jadi kepingin ke Paris. Kayak keinginan lama meraung-raung minta dituruti lagi. Padahal kalau lihat kondisi kantong…….. *sigh*

Saya gemes juga sama St. Clair. Ganteng-ganteng gitu, orangnya plin-plan. Padahal dari awal dia udah tebar-tebar kode kalau dia suka sama Anna, tapi tiap ada masalah atau apa, dia selalu kembali sama Ellie. Tapi itulah yang membuat St. Clair perfectly imperfect, bukannya yang saking sempurnanya sampe bikin sesak napas (ini lebay).

Tapi terlepas dari plin-plannya St. Clair, kisah ini mengalir manis, tanpa overromantic atau membosankan. Saya paling suka deskripsi Anna tentang tempat-tempat di Paris yang dia kunjungi, baik sendiri atau bersama sahabat-sahabatnya. Saya suka persahabatan Anna. Saya suka sama Seany, adik Anna yang berumur 7 tahun, ketika membela kakaknya dari Bridgette yang merebut crush-nya. Saya suka ketika Anna dan St. Clair bertukar email ketika liburan sekolah.

Memang, novel ini manis dan ringan. Apalagi kalau bacanya pas hujan dan ditemani teh hangat. Surga. Jangan heran kalo jadi senyum-senyum sendiri huehehe.
 

2 comments:

  1. awalnya ngak pengen baca buku ini gara-gara covernya, kurang suka aja, baca review beberapa temen kok pada bilang bagus jadi penasaran :) katanya mau diterjemahkan tapi nggak tau sama penerbit mana, semoga aja cepet rilis :)

    salam kenal ya @peri_hutan

    ReplyDelete
  2. Awal-awal memang dataaaaaar gitu kak, tapi setelah Anna nyampe Perancis mulai asik kok. Iya sih banyak buku yg katanya mau diterjemahkan tapi ditunggu sampe sekarang nggak ada kabarnya, termasuk ini.

    ReplyDelete