My Life Next Door by
Huntley Fitzpatrick
394 pages, Young Adult
Contemporary
“So what?” I say. “He has a big family. Why is that such a issue for you? What does it matter to you?”
Samantha Reed punya
satu ritual yang ia jalani bertahun-tahun; mengintip kehidupan keluarga Garrett
dari atap dekat jendela kamarnya. Padahal, Mom benci setengah mati pada mereka.
Mom tidak habis pikir, bagaimana Mr. dan Mrs. Garrett bisa hidup bersama 8 anak
yang berlarian kesana-kemari dan berteriak seperti banshee.
Sampai suatu ketika,
Jase Garrett memergokinya dan mengajak berkunjung ke rumah Garret. Bayangkan,
bertahun-tahun hanya bisa melihat dari jauh, sekarang Sam bisa bertemu dengan keluarga Garrett. Terutama
sama si kecil George yang masih suka ngompol dan super sweet aaaaaak :”)
Semakin lama Sam
semakin dekat dengan Jase dan para Garretts. Bahkan kadang ia mau babysit
krucil-krucil Garrett kalau Mr. dan Mrs. Garrett sedang pergi. Mom bakal membunuhnya
kalau sampai tahu, tapi dia sedang sibuk untuk pemilihan senator bersama dengan
Clay, kekasihnya yang membantu Mom dalam pencalonan.
Sementara, sahabat
terdekatnya (Nan) sedang mengalami masalah dengan kakaknya (Tim) yang sedang
terbelenggu drugs. Sam sudah kenal
Tim sejak kecil, bahkan dulu Tim adalah pelindungnya, ia lebih akrab dengan Tim
daripada Nan. Nan juga sedang mengalami masalah dengan pacarnya (yang agak nerd menurut saya). Jadi, Sam merasa
tidak enak buat curhat tentang Jase dan segala hal yang terjadi belakangan ini,
seperti kedekatannya dengan Jase dan keluarga Garrett. Kepada siapa lagi Sam
mau cerita?
Hingga suatu ketika
sebuah “kecelakaan” menimpa kehidupan Sam. Dia harus memilih, melindungi Mom
dan reputasinya sebagai senator, atau mengungkap hal yang sebenarnya kepada
keluarga Garrett?
***
Sebagai sebuah novel
debut, My Life Next Door surprisingly sweet (look at that beautiful
cover!). Terutama dengan tokoh
Sam. Sebagai seorang anak, dia tidak terpengaruh dengan pandangan negatif ibunya
terhadap keluarga Garrett selama sepuluh tahun (iya, Mom sudah nyinyir sejak
keluarga Garrett pindah sepuluh tahun lalu). Dan Sam pun berharap orang-orang
tidak memandangnya sama seperti orang
lain memandang ibunya. Karena dia punya hak untuk menentukan cara pandangnya
sendiri.
Hal positif dalam novel
ini adalah kemauan Tim untuk berubah menjadi normal lagi. Karena Tim ternyata
lebih berguna dari pada Nan. Nah, tokoh yang menjengkelkan adalah Nan. Dia mengaku
sebagai sahabat Sam, tapi dia memendam iri kepada Sam tentang hidup Sam yang
merurutnya jauh lebih sempurna
darinya. C’mon, seriously? Tidak seharusnya
kan sahabat bersikap seperti itu. Apalagi dia tutup mata ketika Sam tertimpa
masalah dan sangat butuh Nan, hanya karena dia pengen agar Sam “sekali-kali
merasakan bagaimana rasanya jika dia tidak mendapatkan apa yang diinginkan.”
Salah satu kekuatan
besar dalam novel ini adalah keluarga Garrett. Sepertinya, hampir semua bagian
berpusat pada keluarga Garrett. Terutama George si Curious George. Sejak kemunculannya
yang pertama, saya sudah jatuh cinta :”) Kenapa oh kenapa keponakan saya nggak
ada yang kayak gitu? :”)
Tim reaches for his jacket, taking his cigarettes out of the inside pocket and taping one into his palm. George’s eyes get round.“Is that a cigarette? Are those cigarettes?”Tim looks a bit nonplussed. “Sure. D’you mind?”“You’ll die if you smoke those. Your lungs get black and shrivel up. Then you die.” George is suddenly near tears. “Don’t die. I don’t wanna see you die. I saw Jase’s hamster die and it got all stiff and its eyes stayed open but they weren’t shiny anymore.”
:”)
:”) :”)
Rasanya pengen bilang
kayak gitu tiap ada orang ngerokok yang nggak liat-liat sikon dan asal
kebal-kebul aja.
Dan… Jase. I like him. He’s
gorgeous and cute and all those sweet things you want for a boyfriend. Pluuuuuus…..
dia suka sama anak-anak :”) Sayang sekali dia tidak bisa melanjutkan kuliah
karena Mr. dan Mrs. Garrett kepayahan membiayai seluruh anak-anaknya. Tapi Jase tidak mau mengalah begitu saja. Dia mau
membantu usaha Mr. Garrett, membenahi mobilnya dengan usaha sendiri, bahkan
berjualan koran tiap pagi!!! Dan dia tidak merasa malu atau risih dibandingkan
dengan hidup Sam yang jauh berkecukupan dan masa depan kuliah yang jelas. Nggak
bakalan ada tuh dialog semacam “Aku nggak pantes buat kamu” bla bla bla. Please,
I’ve got enough for those dramas.
Jadi, novel ini tidak
hanya mengulas tentang cinta. Tapi juga keluarga, persahabatan, dan kejujuran. Beautiful story. Sayangnya, di akhir cerita banyak sekali hal-hal yang nggantung. Apa karena bakal ada sekuelnya? Entahlah....
No comments:
Post a Comment