Sunday, 25 January 2015

[Book Review] Wish You Were Italian by Kristin Rae

Wish You Were Italian (If Only #2)
penulis Kristin Rae
323 halaman, Young Adult/ Traveling
Dipublikasikan 6 Mei 2014 oleh BLOOMSBURY

From here on out, I’m not regretting this decision. I’m going to enjoy every minute, every catcall, every gelato scoop, sunset, pizza slice, and spaghetti strand. I’ll check in with everyone intermittently so they don’t get suspicious, take my prize-winning photographs, and have the experience of a lifetime. The kind of summer people only dream of. I’m going to live it.

Saya memulai membaca Wish You Were Italian dengan ekspektasi yang cukup tinggi, mungkin karena tema yang diusung adalah ITALI dan TRAVELING. Sejak dulu saya sudah jatuh cinta setengah mati dengan hal-hal yang berbau Eropa, apalagi kalo yang dibahas adalah kota-kota cantik dengan gedung-gedung bersejarah yang masih terawat dengan sangat baik sampai sekarang. Maka ketika akhirnya saya bisa mendapatkan copy yang merupakan buku kedua dari serial If Only, saya singkirkan semua TBR list yang sudah mengantri untuk segera melahap buku ini. Bahkan saya tidak membaca buku pertamanya (Fool Me Twice). 


Pippa seharusnya melanjutkan perjalanannya ke Florence-Italia untuk mengikuti program belajar Art History, tapi karena sejak awal ibunya-lah yang bersikeras agar Pippa ikut program itu, maka dia memutuskan untuk berhenti di Roma dan memulai perjalanannya sendiri. Karena berada di Eropa di saat libur musim panas? Hmmm…..

Berbekal jurnal perjalanan yang berisi “tugas” dari sahabatnya, uang cash pemberian Dad, dan kamera canggih hadiah dari Gram… untuk pertama kalinya Pippa mengikuti kata hatinya sendiri dan sekaligus membawa risiko besar yang harus ia tanggung ketika ia pulang nanti.

When in Rome…. eat gelato first.

Untungnya Pippa tidak harus berkeliaran sendirian di negeri orang. Ketika menikmati gelato untuk pertama kalinya, ia bertemu dengan Darren dan Nina yang merupakan siswa asal Amerika yang datang ke Italia untuk tugas praktek. Darren dan Nina berbaik hati untuk menemani Pippa berkeliling Roma. Walaupun hanya bertemu sebentar dengan Darren, hari-hari Pippa di Italia jadi jauh lebih menyenangkan. Dan walaupun Darren bukan orang Italia (goal no. 10: Fall in love with an Italian!), muncul bibit-bibit suka di antara mereka (ya, ya, masing-masing masih dalam tahap denial).

Di Italia pula Pippa bertemu dengan Chiara, gadis yang tidak sengaja ia temui ketika Pippa membeli pastry. Chiara-lah yang menawari Pippa untuk tinggal di rumah bibinya di Riomaggiore selagi dia mengunjungi tempat yang terus-menerus direkomendasikan oleh beberapa orang yang ia temui, Cinque Terre. Apalagi Chiara ternyata punya sepupu seorang Italiano super ganteng, Bruno. Mendapatkan sahabat dan crush di Italia merupakan bonus luar biasa bagi Pippa dalam perjalanan ini.

**Saya tidak tahu apakah ini disebabkan karena saya ini orangnya super paranoid, tapi bertemu orang asing di Italia dan diajak menginap di rumahnya? Astaga, kalau saya jadi Pippa sih saya langsung pegang paspor erat-erat dan lari sejauh-jauhnya.


Iya, iya, ini cuma fiksi haha. Mungkin penulis mencoba untuk menonjolkan sikap ramah penduduk Italia, yes? Sejak kemunculan Bruno saudara-saudara, saya sudah curiga…. aduh bakal ada cinta segitiga nih keknya. Damn. Ternyata bener. Menurut ngana, di antara dua cowok itu, siapa yang bakal dipilih oleh Pippa ya kira-kira? Apakah Darren yang easygoing dan baik hati, atau Bruno si ganteng penuh kharismayang tentunya masuk kategori goal no. 10 dari daftar yang ia buat selama Pippa berada di Italia?


Kalau boleh jujur, sebagai buku dengan tema traveling, saya bisa kasih empat bintang. Jenis-jenis tempat yang dikunjungi Pippa beragam dan begitu menarik perhatian saya; dari mulai yang paling terkenal, yang wajib dikunjungi turis, hingga sudut kota yang sering luput dari perhatian penulis. Sebagai pembaca yang haus informasi akan Italia, saya bahagia. Butuh waktu cukup lama bagi saya untuk menamatkan buku ini karena waktu saya habis cuma buat googling. Kristin Rae hebat dalam mendeskripsikan tempat-tempat indah di Itali! Sebagian tempat yang dikunjungi Pippa antara lain:

ROMA





RIOMAGGIORE 
(tempat Pippa menginap bersama keluarga bibi Chiara)





(Nama-nama tempat di atas bakal kalian ketahui ketika kalian baca buku ini).

Sayangnya, Mrs. Rae kurang ahli dalam meramu plot cerita. Sebagai buku yang mengangkat tema romance, apalagi dengan betapa banyak potensi bisa yang digali dari sudut tempat, tokoh, dan cerita, novel ini menurut saya kualitasnya sangat kurang. Masalah utama yang paling mengganggu adalah gaya penulisannya. Kadang saya sreg, kadang tidak. Kadang ada penggalan-penggalan kalimat/ percakapan yang seharusnya bisa jadi istimewa, tapi karena eksekusinya jelek jadinya saya tidak bisa dapat feelnya. Dan terlalu banyak kebetulan. Saya bisa maklum kalau ini adalah novel fiksi dengan berbagai kemungkinan yang bisa muncul, tapi dengan berbagai keberuntungan dan kebetulan yang ada, malah jatuhnya jadi terasa klise. Dan cheesy. Tipe-tipe romance yang cuma bakal kamu temukan di film TV. Kurangnya kualitas penulisan dan kadar cheesy yang ada di dalamnya itulah yang membuat saya nggak bisa dapet feel antara Pippa dan Darren/ Pippa dan Bruno. Semuanya bisa tertebak. I NEED MOREEE CHEMISTRY IN THIS BOOK!!!!

Lihat kan bagaimana perjuangan saya menghadapi dilema ini. Di satu sisi saya suka dengan konten yang ada di dalamnya, tapi di sisi lain saya tidak suka. Apa di antara kalian ada yang sudah baca novel ini? 


Bagaimanapun pendapat saya mengenai buku ini, tetap tidak menutup kemungkinan bagi saya untuk membaca buku ketiganya, Not in the Script (yang covernya juga lucu banget, walaupun masih lebih suka sama cover Wish You Were Italian sih). Dan juga baca buku pertamanya, Fool Me Twice! Ya ampun, kebiasaan buruk banget deh baca lompat-lompat gini. Seri If Only ini memang ditulis oleh 3 penulis yang berbeda, maka dari itu prasangka saya terhadap satu buku tidak bakal membuat saya menghindari buku-buku yang lainnya.

I noted this quote:

The perfect man needs more than a cute face and big biceps, because even those muscles will one day shrivel. But good character, hopefully, will not. List five attributes of the perfect man:
1.       Loyal
2.       Trustworthy
3.       Smart
4.       Funny
5.       Real

 And please…. please…. take me to Italia!

No comments:

Post a Comment