It Ends With Us
penulis Colleen Hoover
384 halaman, New Adult (NA)/
Contemporary Romance
Rating:
Dipublikasikan 2 Agustus 2016 oleh Simon & Schuster Ltd.
I think about how
sometimes, no matter how convinced you are that your life will turn out a
certain way, all that certainty can be washed away with a simple change in
tide.
Hayo siapa yang sudah
nunggu-nunggu buku ini buat diterjemahkan? Saya baca duluan lhooooo #ditabok
Saya kaget dengan antusiasme
pembaca blog ini sama review Confess
yang mencapai ribuan penayangan. Padahal saya ya cuma misuh-misuh aja di sana.
Mungkin karena belum diterjemahkan ya, jadi banyak yang penasaran. Nah, makanya
buat novel ini saya usahakan bikin reviewnya
juga walaupun badan capek dan mata udah siwer. Baik ya saya hehehe.
Seperti yang sudah dijelaskan di review November 9, novel
Colleen Hoover tu untung-untungan banget buat selera saya. Kalau bagus ya
menurut saya masuknya bagus bangeeet sampe bikin susah move on, kalau jelek ya jeleknya ampun-ampunan sampai pengen
banting bukunya deh rasanya. Tapi ah, jangan….. mahal bok wkwk (novel-novel
Colleen Hoover ini nggak tau kenapa mahal banget bisa di atas 200 ribuan kalau
penerbitnya Atria). Untuk hak terbit It Ends With Us tidak dimonopoli oleh
penerbit Atria lagi seperti masa awal-awal karir menulis Colleen Hoover,
sehingga penerbit Simon & Schuster bisa menerbitkannya dengan harga yang
lebih terjangkau. Di Periplus novel ini cuma 160 ribu,
dan ada diskon member jadi 144 ribu saja saudara-saudara. Buruan samber gih, soalnya It Ends With Us itu bagus
bangeeeeeet.
Novel ini bercerita tentang
Lily Bloom, wanita 24 tahun yang tinggal di Boston. Ayahnya baru saja
meninggal, dan walaupun Lily tidak menyukai sang ayah, kematiannya membuat Lily
butuh waktu untuk menenangkan pikirannya—di rooftop gedung milik orang lain. Di tempat itu Lily bertemu dengan Ryle, si ganteng yang berprofesi sebagai neurosurgeon (terkesan cheesy
kan, tapi eksekusinya bagus banget dan membuat pertemuan ini tidak terkesan cheesy!). Lily dan Ryle saling berbagi
cerita, dan tumpahlah semua uneg-uneg Lily terhadap sang ayah yang begitu
abusif kepada ibunya. Sang ayah bahkan hampir membunuh Atlas, teman Lily ketika
berumur 15 tahun yang homeless.
Lily pikir, dia tidak akan bertemu dengan orang asing ini lagi kan, jadi apa salahnya mengeluarkan semua keluh
kesah yang ia pendam selama ini?
Well, salah besar.
Beberapa bulan kemudian Lily
bertemu kembali dengan Ryle. Singkat cerita, Lily semakin mengenal Ryle sebagai seorang yang pintar
dan selalu membuatnya bahagia. Adik Ryle pun menjadi sahabat pertama yang ia
miliki sekaligus karyawan terbaik yang membantunya mendirikan toko bunga
impiannya dari nol. Namun saat hubungan mereka sudah semakin dekat, Lily dipertemukan
kembali dengan Atlas. Sembilan tahun membawa perubahan besar bagi Atlas. Dia kini
sudah mapan, memiliki sebuah restoran bernama Bib’s sekaligus menjadi chef terbaik di Boston. Tidak ada dilema
di hati Lily, sungguh, hingga ia merasakan pukulan pertama dari Ryle.
Fifteen seconds. That’s all it takes to completely change everything about
a person.
Mau tidak mau saya membandingkan
novel ini dengan Confess, entah karena alasan apa. Dari segi desain sampul,
saya lebih menyukai It Ends With Us. Lebih niat gitu. Dari segi cerita? Saya
jauuuuuh lebih suka It Ends With Us jugak! Astaga, jauh jauh jauh banget. Dual POV tidak diberlakukan di sini,
jadi kita hanya akan memandang cerita dari sudut Lily Bloom saja. Kerasa sekali
runtutnya cerita kalau Colleen Hoover memakai teknik single POV seperti ini. Plotnya juga bagus, dengan
“kebetulan-kebetulan” yang bisa penulis buat sedemikian rupa hingga tidak
nampak seperti kebetulan di mata saya. Bagian flashbacknya juga rapi sehingga saya tidak pusing mengikuti alur
ceritanya yang bolak-balik.
Colleen Hoover membahas bagaimana
rasanya terjebak di sebuah hubungan abusif tanpa terkesan men-judge sama sekali. Hal ini membuat It
Ends With Us cenderung lebih dalam dan personal bagi saya. Novel ini membuat
saya berpikir bahwa tidak seharusnya kita melabeli perempuan yang bertahan
dalam hubungan tidak sehat sebagai seseorang yang “bodoh” atau “lemah.” Seriously, novel ini membuat segalanya
yang saya pertanyakan menjadi masuk akal. Argumen-argumen Colleen Hoover dapat
saya terima dengan baik, dan percayalah bahwa keputusan yang Lily ambil di sini
adalah hal-hal yang mungkin akan saya
pilih jika saya ada di posisinya (semoga jangan sampai ya). Mungkin untuk
kalian bisa memahami kata-kata saya ini, kalian harus baca sendiri bukunya.
She’ll pity me. She’ll wonder why I never left him. She’ll wonder how I let
myself get to this point. She’ll wonder all the same things I used to wonder
about why my own mother when I saw her in my same situation. People spend so
much time wondering why the women don’t leave. Where are all the people who
wonder why the men are even abusive? Isn’t that where the only blame should be
placed?
Memang ya baca novel-novel
Colleen Hoover ini harus disesuaikan dengan mood
dulu. Bisa dibilang It Ends With Us adalah novel yang tepat pada saat yang
tepat bagi saya. Saya Team Atlas banget lah di sini, walaupun terkesan
berkhianat gitu lebih milih chef daripada
dokter.
Berikut ini adalah novel-novel
Colleen Hoover diurutkan dari yang paling saya suka sampai yang paling tidak
saya suka ya:
Maybe Someday
Paling favorit deh selamanya!
Saya belum membuat reviewnya ya, karena tidak yakin apakah saya bisa merangkai
kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan saya buat novel ini. Tapi,
ah….kalian bakal tahu sendiri ketika membacanya.
Slammed Series
Harusnya It Ends With Us
menempati urutan kedua, tapi Slammed Series adalah novel Colleen Hoover yang
saya baca pertama kali. Kesan saya akan seri ini sangat mendalam, sehingga
penempatannya ke peringkat kedua lebih ke masalah sentimental saja.
It Ends With Us
Saya rasa tidak perlu dibahas
lagi, sudah saya jarbarkan panjang lebar di atas.
November 9
Ugly Love
Saya punya love & hate relationship sama novel satu ini. Di satu sisi saya
tidak suka sama perlakuan Miles ke Tate, tapi di sisi lain saya suka sekali
dengan bagaimana kisah mereka dituturkan oleh Colleen Hoover. Endingnya juga
bikin saya gagal benci hehehe memang ini bener-bener Ugly Love.
Never Never Series
Novel ini sangat unik bagi saya.
Dulu jauh sebelum membacanya, saya sempat “termakan” oleh review orang lain yang mengatakan bahwa novel ini kacrut dan sangat
tidak direkomendasikan oleh ybs. Membuat saya menahan novel ini di TBR entah berapa
lamanya. Namun, setelah saya baca….tidak seburuk yang saya kira. Sangat
menikmatinya malah. Dan ada untungnya juga lho saya menunggu, karena saat saya
baca ini tepat banget sama terbitnya buku ketiga yang juga buku terakhirnya.
HA! No cliffhanger for me!
Jadikan pelajaran saja ya, review itu bukanlah kiblat yang harus
kita percayai 100% dengan pasrah. Karena ya memang sifatnya subyektif, bisa
saja jelek bagi orang belum tentu jelek juga buat kamu.
Confess
UGHHHHHH.........
Waah, saya juga suka banget maybe somedaynya collen hoover mbak. super suka.
ReplyDeletetapi kayaknya emang sulit bikin review-nya. butuh telepati buat bener bener menyalurkan perasaan. :)
YUP :) nggak tau juga nanti versi terjemahannya bisa sama-sama bikin patah hati apa nggak pas baca
DeleteSama aku juga suka maybe somedaysomeday, ugly love dan maybe not juga Bagus tuu kk . Kk dimadimana beli novel" karya colleen Hoover? Di cari di GM nggak ada
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHi salam kenaal. It ends with us buku pertama Colleen yg aku baca and its so good. Penasaran sm yg lainnya terutama Maybe Someday.
ReplyDeleteBtw gak tau kenapa aku lebih milih Ryle. He is that sweet (despite the abusive stuffs), apalagi pas Lily udh mau gave birth, seems like Ryle's already made up his mind. Udh berharap bgt Lily akhirnya bisa bantu Ryle keluar dari trauma masa kecilnya. Menurutku Ryle bukan villain disini soalnya di sisi lain dia juga korban dari trauma masa kecilnya. Eventho Atlas is really kind tho. #mixedfeelings haha
wah ternyata ada TeamRyle juga :D aku juga lebih suka Lily sama Ryle (gak tau kenapa gak terlalu dapet chemistry nya sama Atlas) dan agak kecewa pas di bagian epilogue secepet itu Lily punya hubungan baru, berharap dia santai dulu sejenak fokus ngurusin anak dan karir.
DeleteNaked truth: saya juga tim Atlas. Aaa suka sekali dengan It End With Us. Saya baru baca di 2018. Hikss.. But better late than never. Di tunggu review selanjutnya..
ReplyDeleteSetujuuu, it ends with us seru banget. Anw boleh kali Never Never-nya di review juga, hehe. Saya nyari di periplus kok nggak ada ya, jadi bingung mau beli Never Never di mana :'
ReplyDeletekalau baca yg terjemahan, feelnya dapet juga ga ya? my english skill isn't enough😂😂
ReplyDeleteIya masih kerasa kok feelnya. Aku baru selesai baca dan bener2 ngerasa baper:')
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete