Legend (Legend Trilogy #1)
penulis Marie Lu
305 halaman, YA/ Distopia
Rating:
Dipublikasikan oleh Speak, 30
November 2011
Sudah diterjemahkan oleh Mizan
Fantasi
Logic will save you when nothing else will.
Tahun 2130, Amerika Serikat
terpecah menjadi dua kubu yang saling bermusuhan; kawasan barat menyebut diri
mereka sebagai Republik dan kawasan timur menyebut diri mereka sebagai Koloni.
Di buku ini, cerita difokuskan kepada Republik, di mana pemerintahannya
dipimpin oleh Elector Primo. Untuk menjadi warga Republik yang “sah”, setiap
anak yang sudah menginjak usia sebelas tahun harus mengikuti Trial—mungkin
kalau di Indonesia seperti tes masuk sekolah gitu ya, ada TPA, tes kesehatan,
dan wawancara—yang nantinya akan menentukan masa depan mereka.
Tujuan dari tes ini adalah menemukan bibit unggul yang bisa dilihat dari nilai yang diperoleh yaitu antara 1500-1250. Walaupun dinamakan nilai tertinggi, selama ini sangat jarang ada anak yang bisa mendapatkan nilai 1500. Karena itulah Republik menetapkan nilai 1450-1499 sebagai standar tinggi bagi yang memperolehnya. Mereka yang berada pada kisaran itu akan dapat bekerja di pemerintahan dan hidup kaya hingga tua nanti. Bagi yang mendapat nilai 1250-1449, Republik akan menjamin pendidikan mereka sampai jenjang perkuliahan hingga mereka mampu hidup berkecukupan. Anak yang mendapat nilai antara 1000-1249 dianggap sebagai “bibit tidak unggul” sehingga pemerintah tidak ingin repot-repot memfasilitasi mereka. Nantinya, mereka hanya akan berakhir sebagai buruh dan hidup dalam kemisikinan.
Namun, masih ada yang lebih parah
dari hidup miskin. Jika kamu mendapat nilai di bawah 1000, Republik akan
langsung mengirimmu ke kamp buruh. Keluargamu akan mendapat santunan sebesar
1000 Notes sebagai pengganti “kehilangan” satu anggota keluarga dari rumah
mereka.
Masalah tidak hanya berpusat pada
Trial. Munculnya wabah penyakit mematikan mengharuskan tiap warganya untuk
dites setiap minggu dan mendapatkan vaksin dari Republik. Bisa dibayangkan
bagaimana kondisi mereka yang selalu ketakutan akan hasil Trial dan wabah
sekaligus.
An inferior child with bad genes is no use to
the country.
Day adalah salah satu potret
bagaimana anak yang gagal Trial akan hidup. Dia berhasil lolos dari “kamp
buruh” dan menjadi buronan yang paling dicari oleh Republik. Pemerintah
menganggap Day berbahaya, terlepas dari usianya yang masih 15 tahun. Hal itu
dikarenakan ia selalu sukses melancarkan aksi kriminalnya seorang diri tanpa
meninggalkan bukti berarti selain sidik jari. Republik bahkan tidak mengetahui
bagaimana wajah Day yang sesungguhnya. Bagi warga pinggiran Republik, Day
adalah pahlawan karena ia hanya merampok dan mencuri dari pihak “kaya” atau
pemerintah saja dan nantinya hasilnya akan dibagikan ke masyarakat miskin dan
keluarga Day. Konon katanya, Day bahkan tidak ingin membunuh siapapun dalam mensukseskan
aksinya—sekalipun mereka pihak Republik.
Hidup Day berubah drastis setelah
ia melihat tanda X bergaris di pintu rumah keluarganya. Tim patroli menandai
pintu rumah dengan tanda X yang menyatakan bahwa anggota keluarga ybs telah
terinfeksi wabah dan harus dikarantina. Namun, tanda di pintu rumah Day
berbeda—yang kelak diketahui bahwa adik Day, Eden, telah terinfeksi virus wabah
yang telah termutasi.
Untuk menyelamatkan Eden, Day
nekat menembus rumah sakit dan mencuri vaksin. Di sanalah ia bertemu dengan
Metias, kapten dari tim patroli, yang menghalanginya untuk kabur.
Day nantinya dituduh sebagai
penyebab kematian Metias. Hal itu memancing amarah June, adik perempuan Metias
yang sebelumnya sangat mengidolakan Day. Tidak seperti Day yang gagal dalam
Trial, June adalah seorang Prodigy; dia adalah satu-satunya anak yang berhasil
mendapat skor sempurna, 1500. June tidak
hanya cerdas, tetapi juga observant, cepat dalam
melakukan analisis dan logika, serta terlatih dalam adu fisik dan menggunakan
senjata. June yang masih menempuh pendidikan akhirnya ditarik oleh Republik dan
direkrut oleh Komandan Jameson, pimpinan Metias terdahulu. Komandan Jameson memberikan
kesempatan kepada June untuk membalas dendam atas kematian Metias, satu-satunya
keluarga yang June miliki.
I will hunt you down. I will scour the streets of Los Angeles for you. Search every street in the Republic if I have to. I will trick you and deceive you, lie, cheat and steal to find you, tempt you until you have nowhere else to run. I make you this promise: your life is mine.
Lalu bagaimana jika kedua remaja
yang sama-sama mumpuni ini bertemu?
Masa-masa ketenaran novel
bergenre Distopia bisa dibilang sudah lewat. Distopia yang menceritakan tentang
nasib manusia setelah selamat dari “bencana besar” memang sangat digemari
karena jalan ceritanya yang menegangkan dan penuh aksi. Hal ini bisa dilihat
dari antusiasme masyarakat atas novel-novel distopia pendahulunya seperti The
Hunger Games, Divergent, hingga The Maze Runner yang sukses besar diangkat ke
layar bioskop.
Saya sempat “lelah” dengan genre distopia.
Sejak membaca ending Allegiant (buku terakhir seri Divergent) yang menurut
pribadi sangat mengecewakan, fokus membaca saya alihkan sepenuhnya ke genre
lain seperti YA atau NA. Ketakutan untuk menjadi “bias” kepada novel-novel distopia
lain membuat saya berhenti membacanya. Legend
adalah novel distopia pertama yang saya baca pasca hibernasi ini, dan bisa
dibilang bahwa novel ini merupakan sebuah awal yang baik.
Kalau kamu menyukai Divergent,
besar kemungkinan kamu akan menikmati Legend. Kedua novel ini memiliki beberapa
kesamaan, dari mulai keberadaan Trial (kalau Divergent memakai istilah aptitude test) hingga terbongkarnya
rahasia pemerintah yang memicu pemberontakan. Legend memiliki unsur-unsur yang
kamu harapkan pada novel distopia pada umumnya; plot yang tertata rapi, detail
pada unsur cerita yang sangat terperinci, penyampaian konflik dan aksi yang
menegangkan, hingga kisah cinta yang terbangun di antara dua tokoh yang
sebelumnya saling berseteru.
Namun, saya sangat menyayangkan cepatnya
cinta antara kedua tokoh berkembang. Tidak masuk akal bagi dua remaja (lima belas
tahun!) yang tumbuh dalam lingkungan penuh dengan rasa curiga untuk jatuh cinta
begitu cepatnya, terlebih June dan Day mulanya adalah musuh. Chemistry mereka jadi tidak bisa saya
rasakan dengan baik, walau mereka memang saling melengkapi satu sama lain. Diceritakan
pula di novel ini bahwa June dan Day adalah dua remaja yang “sangat rupawan” dan “sangat pintar”, pokoknya
mereka sangat sempurna. Suatu hal yang terlalu kebetulan dan membuat pembaca
kurang bisa bersimpati pada mereka.
Di sisi lain, saya cukup senang
karena tidak ada cinta segitiga di sini. Hal ini cukup membuat saya bersemangat
untuk melanjutkan buku keduanya, Prodigy.
Semoga kisah June dan Day akan berkembang dengan baik ya, teman-teman.
Untuk kalian yang
ingin menikmati trilogi Legend ini, Bukabuku.com sedang memberikan diskon
besar-besaran lho untuk ketiga novelnya. Saya akui sampul yang digunakan oleh
Penerbit Mizan memang tidak sekece desain sampul internasionalnya…… namun,
kualitas terjemahan yang bagus dan font yang
nyaman di mata dapat menutupi kekurangan itu. Klik pada tiap judul yaa :)
Harga Normal: Rp 55.000
Harga Setelah Diskon: Rp 17.000
Harga Normal: Rp 49.000
Harga Setelah Diskon: Rp 17.000
Harga Normal: Rp 55.000
Harga Setelah Diskon: Rp 22.500
Sedangkan bagi yang ingin koleksi
versi internasional dengan desain sampul super
gorgeous, kalian bisa beli di Periplus.com. Tidak sabar menunggu waktu
kirim? Bisa kok mengunjungi toko buku impor favorit kamu. Di Semarang tidak ada
Periplus ya (ada sih, cuma harus check in
di Bandara Ahmad Yani), jadi bisa coba dicari di Toko Gunung Agung Mall Paragon
atau Mall Ciputra. Semoga ada ya :)
mantap informasinya.
ReplyDeletecara terapi kejantanan