Saturday, 21 May 2016

[Review Buku] Girl Online oleh Zoe Sugg

Girl Online (Girl Online #1)
penulis Zoe Sugg
352 halaman, YA/ Bullying
Rating: 
Dipublikasikan 25 November 2014 oleh Atria/ Keyword Press


Girl online, going offline xxx

Banyak yang belum familiar sama nama Zoe Sugg. Tapi kalau sama Zoella pasti tahu, kan? Yaaaaa minimal pernah dengar sekilas gitu deh. Kalau ada yang belum tahu juga, Zoella itu seorang YouTuber terkenal, fokusnya sih ke bidang beauty dan vlog. Subscribernya udah berjuta-juta, karena tema video yang dia upload selalu menarik, kreatif, girl-ish, daaaaan siapa sih yang nggak emesh sama aksen Britishnya itoh?


Nah, Zoella merupakan salah satu dari beberapa Youtubers beken yang diberi kesempatan untuk menerbitkan bukunya sendiri. Awalnya saya kira Girl Online ini merupakan sebuah biografi seorang Zoella, tapi ternyata saya salah. Girl Online adalah novel fiksi mengenai seorang anonymous blogger Girl Online, Penny Porter.



Penny Porter adalah seorang gadis pemalu dan clumsy. Sudah begitu lama dia naksir Ollie, si ganteng anak teater, tapi Ollie hanya tertarik pada bakat memotret Penny saja. He’s such a Walking Selfie! Sudah ge-er dikira mau diajak ngedate sama Ollie, rupanya Penny hanya dimanfaatkan untuk memotret Ollie. ZZZZzzzz. Megan, sahabat Penny sejak kecil juga sudah berubah menjadi seseorang yang sombong dan egois dan tidak mau tahu tentang gundah gulananya (?) Penny ini. Untung masih ada Elliot, sahabat sekaligus tetangga sebelah yang selalu ada ketika Penny membutuhkannya.

Untuk meluapkan segala perasaan ABGnya, daripada ngalay di Twitter atau Facebook akhirnya Penny membuat sebuah blog bernama Girl Online. Di sana dia bisa ngoceh sejujur-jujurnya, tanpa orang tahu bahwa dialah yang ada di baliknya. Surprisingly, murni berisi curhatan tanpa dilengkapi konten mengenai hal-hal yang menarik pencarian Google, blognya memiliki banyak pembaca dan dikomen oleh ratusan orang dalam hitungan hari. Okay. Yeah. Piece of cake.

This can be our very own corner of the Internet where we can talk about what it truly feels like to be a teenage girl—without having to pretend to be something we’re not.

Hingga pada akhirnya Penny terjerat skandal memalukan di sekolah dan go viral. Penny pun nggak berani muncul di hadapan teman-temannya lagi. Untungnya, ayah dan ibunya baru saja menerima proyek wedding organizing di New York, sehingga Penny bisa menghilang sejenak dari huru-hara ini. Apalagi, di sana dia bertemu cowok ganteng bernama Noah. Well, ain’t that delightful?


Premis novel ini sangat bagus, sungguh. Namun menurut saya eksekusinya masih sangat “mentah”. Saya menikmati karya Zoella sebagai seorang YouTuber, tapi saya tidak bisa 100% enjoy baca novel dia. Menurut saya pribadi, cerita yang dia suguhkan sangatlah klisé (walaupun manis), sangat mustahil terjadi di dunia nyata, dan kurang greget. Maksud saya kurang greget adalah penggunaan kata atau penyampaian ceritanya masih terlalu lugas, menggunakan pilihan kata yang kelewat simpel untuk sebuah novel. Ya memang terkadang less is more, tapi kita butuh harmoni dalam sebuah paragraf. Kita butuh “puisi”, atau setidaknya sesuatu yang bisa membuat pembaca tergugah untuk terus membaca.

Yahh, secara keseluruhan novel ini terlalu bland untuk selera saya. Ceritanya sangat mudah ditebak. Maybe 12-y.o-me would enjoy this story, but not now. Saya sudah terlalu dewasa untuk kisah seperti ini. Tapi saya bisa maklum sih, karena ini adalah kali pertama Zoella menulis novel. Dan karena Girl Online ini sudah ada sekuelnya, saya harap dia mengalami peningkatan kualitas dalam menulis.

Terlepas dari eksekusinya yang kurang maksimal, novel ini menyampaian pesan yang sangat kuat loh guys, terutama bagi mereka-mereka yang suka tebar komen berbau kebencian baik di media sosial maupun di platform lain. ‘Cos haters gonna hate hate hate….

Every time you post something online you have a choice.
You can either make it something that adds to the happiness levels in the world—or you can make it something that takes away.
I tried to add something by starting Girl Online.
And for a while it really seemed to be working.
So, next time you go to post a comment or an update or share a link, ask yourself, is this going to add to the happiness in the world?
And if the answer’s no, then please delete.
There’s enough sadness in the world already. You don’t need to add it.


Noh, Lay. Dengerin baek-baek.

No comments:

Post a Comment