Beberapa hari ini dunia
perbloggerbukuan sedang dihebohkan oleh kabar dari Fierce Reads yang akan
merombak total cover dari The Winner's Trilogy karya Marie Rutkoski. Saya, yang
seharusnya anteng dan tetap fokus ngerjain skripsi, mau nggak mau tertarik
untuk berhenti sebentar demi nyimak dengan seksama fenomena yang menimbulkan
serangan demi serangan ke pihak-pihak yang terlibat. Mind you, saya belum membaca seri ini karena buku terakhirnya belum
terbit. Namun untuk memberi pencerahan kepada kalian seperti apa sih akar dari
permasalahan yang semakin merembet ke mana-mana ini, mari kita bandingkan cover
Before dan After-nya saudara-saudara:
Yang kiri, adalah cover lama yang
sudah beredar luas. Sedangkan yang sebelah kanan adalah cover baru yang akan
menggantikan cover lama untuk versi hardcover dan softcover. Perlu saya tekankan
sebelumnya, buku ketiga (The Winner’s Kiss) belum terbit. Jadi mungkin sebagian
besar inti protes para pembaca adalah takdir tak terelakkan bagi pecinta buku
kalo set buku mereka tidak akan matching.
Ya apa benar?
Well, mungkin. Kami para book
lovers memang secerewet itu
mengenai masalah sampul buku. Sangatlah tidak masuk akal ketika penerbit
mengganti desain cover di tengah-tengah ketika seri belum tamat. Dan mungkin
ini sebatas pendapat subjektif saya (dengan diamini ribuan book lovers lain), tapi desain cover lama jauh lebih bagus dari
pada yang baru. Saya mengutip dari mereka-mereka yang sudah baca, desain cover
baru bahkan tidak nyambung dengan cerita yang dijanjikan. Kestrel, sang protagonist,
bukanlah “pendekar yang akan berjuang menyelamatkan dunia” layaknya Katniss
Everdeen atau Celaena Sadorthien. Saya di sini juga gantian mengamini para
blogger lain yang berpendapat bahwa cover ini sedikit mengingatkan dengan
desain cover Throne of Glass series (bahkan pose pada The Winner’s Curse mirip
sekali dengan buku kedua dr ToG, Crown of Midnight).
Tentu masalah tidak akan
berbuntut panjang kalau pihak Fierce Reads tidak memberikan pernyataan kontroversional
bahwa alasan mereka merombak total desain covernya adalah untuk membuat “lebih
banyak orang membaca seri ini” dan “cewek bergaun tidak tampak badass”.
Seperti diduga, muncul banyak
reaksi negatif setelah pernyataan itu diberikan (tweet itu sendiri sudah dihapus oleh pihak Fierce Reads). Cewek badass
tidak dilihat dari apakah dia memakai gaun atau tidak. Bahkan menurut sinopsis,
Kestrel sejak awal sudah menolak keinginan ayahnya untuk bergabung dengan
militer. Kestrel adalah tokoh yang sangat pintar dan licik yang menggunakan
kecerdasannya untuk memanipulasi politik. Menurut saya itu sudah badass, dan tidak
harus dilakukan dengan menggunakan celana. Tindakan Fierce Reads yang
meng-Katnis Everdeen-kan Kestrel ini tentu ditolak mentah-mentah oleh para
pembaca setia The Winner's Trilogy, karena menyerupakan seri ini dengan THG
maupun ToG justru menghilangkan unsur unik yang sebelumnya dipamerkan seri ini
melalui covernya.
Masalah “cewek bergaun tidak
badass” pada akhirnya akan memunculkan stereotip bagi pembaca bahwa untuk
menjadi seseorang yang hebat, perempuan harus mengikuti aturan-aturan tertentu
yang akan membatasinya dalam berkembang. Menjadi feminim tidak akan membuat
seorang perempuan menjadi “kurang keren”. Hal ini patut diperjuangkan karena
para pembaca YA kebanyakan adalah remaja yang masih mencari jati diri. Jika sejak
awal mereka dicecoki teori bahwa menjadi feminim akan membatasi perempuan untuk
menjadi apa yang mereka inginkan, nilai-nilai feminisme akan dijauhi bahkan
ditinggalkan oleh pemilik gendernya sendiri.
Saya mengerti Fierce Reads
bermaksud untuk membidik pasar yang lebih luas, dengan harapan tidak hanya perempuan
saja yang menikmatinya tapi juga laki-laki (karena akui saja, mayoritas cowok
akan berpikir dua kali untuk membaca buku bersampul seperti ini, apalagi
membacanya di tempat umum). Atau mungkin mereka bermaksud untuk meniru
kesuksesan dari franchise The Hunger Games, Throne of Glass, dan sejenisnya
dengan membuat heroinnya nampak lebih “sangar” dalam balutan seragam tempur lengkap
dengan senjata. Apapun alasan di balik desain ulang cover ini, keputusan mereka justru
menjadi bumerang bagi Fierce Reads. Komentar negatif dilontarkan banyak pihak,
baik secara langsung kepada mereka maupun melalui blogspost (yaa kayak saya ini).
Marie Rutkoski, sebagai penulis
yang hanya memiliki kuasa akan jalan cerita—dan tidak ada andilnya dalam
perombakan desain sampul—merupakan pihak yang kena apesnya. Kritikan pun
dilontarkan kepada sang penulis, padahal ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali
mencoba menenangkan pembacanya. Sudah berhari-hari, masiiiih aja ada yang protes ke dia. Kan kasihan. Really dude, you shoulda stop it.
Salah satu sisi positif dari
masalah ini adalah saya lebih aware dengan
keberadaan The Winner Trilogy. Kalau sebelumnya saya hanya mengagumi dari jauh,
sekarang saya benar-benar tertarik untuk membacanya. Entah apakah ini tujuan utama
mereka bikin kehebohan ini, atau saya emang orangnya salah fokus. Tapi beneran
deh, saya jadi penasaran.
XO,
Sany yang sedang mangkir dari skripsi
Sany yang sedang mangkir dari skripsi
PS: buat kamu yang sudah
terlanjur koleksi buku dengan cover lama dan nggak pengen mismatch, penerbit UK dan Australia sudah memberikan pernyataan bahwa mereka akan tetap menerbitkan
buku ketiga dengan desain cover lama. YAY!
EDIT 12 JAN
2016:
Pihak Fierce
Reads sudah mengumumkan pembatalan penggunaan desain sampul baru pada BUKU
KETIGA VERSI HARDCOVER. Sedangkan desain baru tetap dipakai untuk versi
paperback. Yeah, okay. I guess. I still cringe everytime I look at the new
covers, though.