Wish You Were Italian (If Only #2)
penulis Kristin Rae
323 halaman,
Young Adult/ Traveling
Dipublikasikan 6
Mei 2014 oleh BLOOMSBURY
From here on out, I’m not regretting this decision. I’m going to enjoy
every minute, every catcall, every gelato scoop, sunset, pizza slice, and
spaghetti strand. I’ll check in with everyone intermittently so they don’t get
suspicious, take my prize-winning photographs, and have the experience of a
lifetime. The kind of summer people only dream of. I’m going to live it.
Saya memulai membaca Wish You
Were Italian dengan ekspektasi yang cukup tinggi, mungkin karena tema yang
diusung adalah ITALI dan TRAVELING. Sejak dulu saya sudah jatuh
cinta setengah mati dengan hal-hal yang berbau Eropa, apalagi kalo yang dibahas
adalah kota-kota cantik dengan gedung-gedung bersejarah yang masih terawat dengan
sangat baik sampai sekarang. Maka ketika akhirnya saya bisa mendapatkan copy yang merupakan buku kedua dari
serial If Only, saya singkirkan semua TBR list yang sudah mengantri
untuk segera melahap buku ini. Bahkan saya tidak membaca buku pertamanya (Fool
Me Twice).
Pippa seharusnya melanjutkan
perjalanannya ke Florence-Italia untuk mengikuti program belajar Art History,
tapi karena sejak awal ibunya-lah
yang bersikeras agar Pippa ikut program itu, maka dia memutuskan untuk berhenti
di Roma dan memulai perjalanannya sendiri. Karena berada di Eropa di saat libur
musim panas? Hmmm…..
Berbekal jurnal perjalanan yang
berisi “tugas” dari sahabatnya, uang cash
pemberian Dad, dan kamera canggih hadiah dari Gram… untuk pertama kalinya Pippa
mengikuti kata hatinya sendiri dan sekaligus membawa risiko besar yang harus ia
tanggung ketika ia pulang nanti.
When in Rome…. eat gelato first.
Untungnya Pippa tidak harus
berkeliaran sendirian di negeri orang. Ketika menikmati gelato untuk pertama
kalinya, ia bertemu dengan Darren dan Nina yang merupakan siswa asal Amerika yang datang ke Italia untuk tugas praktek. Darren
dan Nina berbaik hati untuk menemani Pippa berkeliling Roma. Walaupun hanya bertemu sebentar
dengan Darren, hari-hari Pippa di Italia jadi jauh lebih menyenangkan. Dan
walaupun Darren bukan orang Italia (goal
no. 10: Fall in love with an Italian!), muncul bibit-bibit suka di antara
mereka (ya, ya, masing-masing masih dalam tahap denial).
Di Italia pula Pippa bertemu
dengan Chiara, gadis yang tidak sengaja ia temui ketika Pippa membeli pastry. Chiara-lah yang
menawari Pippa untuk tinggal di rumah bibinya di Riomaggiore selagi dia
mengunjungi tempat yang terus-menerus direkomendasikan oleh beberapa orang yang
ia temui, Cinque Terre. Apalagi Chiara ternyata punya sepupu seorang Italiano
super ganteng, Bruno. Mendapatkan sahabat dan crush di Italia merupakan bonus luar biasa bagi Pippa dalam perjalanan ini.
**Saya tidak tahu apakah ini
disebabkan karena saya ini orangnya super paranoid, tapi bertemu orang asing di
Italia dan diajak menginap di rumahnya? Astaga, kalau saya jadi Pippa sih saya
langsung pegang paspor erat-erat dan lari sejauh-jauhnya.
Iya, iya, ini cuma fiksi haha. Mungkin penulis mencoba untuk menonjolkan sikap ramah penduduk Italia, yes? Sejak
kemunculan Bruno saudara-saudara, saya sudah curiga…. aduh bakal ada cinta segitiga nih keknya.
Damn. Ternyata bener. Menurut ngana, di antara dua cowok itu, siapa yang bakal dipilih oleh Pippa ya kira-kira? Apakah Darren
yang easygoing dan baik hati, atau
Bruno si ganteng penuh kharisma—yang tentunya masuk kategori goal no. 10 dari daftar yang ia buat
selama Pippa berada di Italia?
Kalau boleh jujur, sebagai buku
dengan tema traveling, saya bisa kasih empat bintang. Jenis-jenis tempat yang
dikunjungi Pippa beragam dan begitu menarik perhatian saya; dari mulai yang
paling terkenal, yang wajib dikunjungi turis, hingga sudut kota yang sering
luput dari perhatian penulis. Sebagai pembaca yang haus informasi akan Italia,
saya bahagia. Butuh waktu cukup lama bagi saya untuk menamatkan buku ini karena
waktu saya habis cuma buat googling.
Kristin Rae hebat dalam mendeskripsikan tempat-tempat indah di Itali! Sebagian tempat
yang dikunjungi Pippa antara lain:
ROMA
RIOMAGGIORE
(tempat Pippa
menginap bersama keluarga bibi Chiara)
(Nama-nama tempat di atas bakal kalian ketahui ketika kalian baca buku ini).
Sayangnya, Mrs. Rae kurang ahli
dalam meramu plot cerita. Sebagai buku yang mengangkat tema romance, apalagi dengan betapa banyak
potensi bisa yang digali dari sudut tempat, tokoh, dan cerita, novel ini menurut
saya kualitasnya sangat kurang. Masalah utama yang paling mengganggu adalah
gaya penulisannya. Kadang saya sreg, kadang tidak. Kadang ada
penggalan-penggalan kalimat/ percakapan yang seharusnya bisa jadi istimewa,
tapi karena eksekusinya jelek jadinya saya tidak bisa dapat feelnya. Dan terlalu banyak kebetulan.
Saya bisa maklum kalau ini adalah novel fiksi dengan berbagai kemungkinan yang
bisa muncul, tapi dengan berbagai keberuntungan dan kebetulan yang ada, malah
jatuhnya jadi terasa klise. Dan cheesy. Tipe-tipe romance yang cuma
bakal kamu temukan di film TV. Kurangnya kualitas penulisan dan kadar cheesy
yang ada di dalamnya itulah yang membuat saya nggak bisa dapet feel antara Pippa dan Darren/ Pippa dan Bruno. Semuanya bisa tertebak. I NEED MOREEE CHEMISTRY IN THIS BOOK!!!!
Lihat kan bagaimana perjuangan
saya menghadapi dilema ini. Di satu sisi saya suka dengan konten yang ada di
dalamnya, tapi di sisi lain saya tidak suka. Apa di antara kalian ada yang
sudah baca novel ini?
Bagaimanapun pendapat saya
mengenai buku ini, tetap tidak menutup kemungkinan bagi saya untuk membaca buku
ketiganya, Not in the Script (yang
covernya juga lucu banget, walaupun masih lebih suka sama cover Wish You Were
Italian sih). Dan juga baca buku pertamanya, Fool Me Twice! Ya ampun, kebiasaan buruk banget deh baca
lompat-lompat gini. Seri If Only ini memang ditulis oleh 3
penulis yang berbeda, maka dari itu prasangka saya terhadap satu buku tidak bakal
membuat saya menghindari buku-buku yang lainnya.
I noted this quote:
The perfect man needs more than a cute face and big biceps, because even
those muscles will one day shrivel. But good character, hopefully, will not. List
five attributes of the perfect man:
1.
Loyal
2.
Trustworthy
3.
Smart
4.
Funny
5.
Real