Judul:
Jauh di Mata Dekat di Hati
Penulis:
Nora Umres
Penerbit:
Gramedia
Halaman: 272
Yak teenlit, maklum masih
suasana tes jadi nggak berani baca yang tebel-tebel dulu, sebatas buat
refreshing kalo udah mentok dan pengen jeduk-jedukin kepala ke tembok aja.
Novel ini menceritakan Uki,
cewek cantik yang digila-gilai banyak cowok (Dido, Kibar, bahkan guru Bahasa
Indonesianya, Pak Cip *what?*) tapi dia sendiri malah naksir beratz (pake Z)
sama Mas Prie, pimpinan redaksi majalah gitu deeeh yang lebih tua beberapa
tahun dari dia, sampe dikira sephia sama temen-temennya. Nah tentu Dido nggak
nyerah gitu aja, apalagi pas ada murid baru pindahan dari Jakarta, Roni, ugh
Dido makin getol merjuangin Uki mati-matian deh.
Ehm, emang lagi males bikin sinopsis
sih. Mau ngomentarin cara menulis Mbak Nora aja. Ceritanya sih lumayaaaaan,
tapi penulisnya cenderung terlalu memuja-muja sang tokoh cewek, seolah-olah dia
satu-satunya cewek paling cantik di
sekolah itu. Deskripsi yang terlalu detail malah mengurangi keasyikan membaca
karena jadi agak gimanaaaa gitu.
Misal nih ya…
… Jangan-jangan senyum gadis bersuara jazzy itu bener-bener cuma senyum alias nggak punya
maksud apa-apa selain ibadah.
(halaman 16)
Uki cuma ketawa. Celakanya, bagi Dido nih, pesan bunga
itu nggak nyampe. Cewek yang punya
tinggi/berat 160 cm/45 kg itu malah bilang…… (halaman 17)
Uki menahan senyum hingga cuping hidungnya yang mancung sedikit mengembang. (halaman 19)
Dan masih banyak detail-detail “kesempurnaan”
Uki yang dijabarkan dari timur ke barat seperti rambutnya yang berkibar kayak
iklan sampo, kakinya yang jenjang, dan lain-lain yang sebenernya cukup
annoying. Belum lagi font nya yang Times New Rowman itu kurang asyik buat
dibaca. Padahal tulisan sinopsis di belakang bukunya pake font yang lucu lho. Saya
kira dalemnya juga sama, eh ternyata….
Yah kadang saya ketawa juga baca
keanehan dan tingkah Uki dan teman-temannya, tapi banyak juga yang garing dan
bikin saya mengerutkan dahi *halah*. Dan untuk itu saya kasih satu setengah
bintang aja ya dari lima bintang. Eh ditambah setengah bintang deh soalnya Mbak
Nora tinggalnya di Semarang kayak saya. Jadi dua bintang deeeeh *apeu*
No comments:
Post a Comment