Tuesday, 30 April 2013

Review




Judul: Jauh di Mata Dekat di Hati
Penulis: Nora Umres
Penerbit: Gramedia
Halaman: 272



Yak teenlit, maklum masih suasana tes jadi nggak berani baca yang tebel-tebel dulu, sebatas buat refreshing kalo udah mentok dan pengen jeduk-jedukin kepala ke tembok aja.
Novel ini menceritakan Uki, cewek cantik yang digila-gilai banyak cowok (Dido, Kibar, bahkan guru Bahasa Indonesianya, Pak Cip *what?*) tapi dia sendiri malah naksir beratz (pake Z) sama Mas Prie, pimpinan redaksi majalah gitu deeeh yang lebih tua beberapa tahun dari dia, sampe dikira sephia sama temen-temennya. Nah tentu Dido nggak nyerah gitu aja, apalagi pas ada murid baru pindahan dari Jakarta, Roni, ugh Dido makin getol merjuangin Uki mati-matian deh.
Ehm, emang lagi males bikin sinopsis sih. Mau ngomentarin cara menulis Mbak Nora aja. Ceritanya sih lumayaaaaan, tapi penulisnya cenderung terlalu memuja-muja sang tokoh cewek, seolah-olah dia satu-satunya  cewek paling cantik di sekolah itu. Deskripsi yang terlalu detail malah mengurangi keasyikan membaca karena jadi agak gimanaaaa gitu.
Misal nih ya…
… Jangan-jangan senyum gadis bersuara jazzy itu bener-bener cuma senyum alias nggak punya maksud apa-apa selain ibadah. (halaman 16)
Uki cuma ketawa. Celakanya, bagi Dido nih, pesan bunga itu nggak nyampe. Cewek yang punya tinggi/berat 160 cm/45 kg itu malah bilang…… (halaman 17)
Uki menahan senyum hingga cuping hidungnya yang mancung sedikit mengembang. (halaman 19)
Dan masih banyak detail-detail “kesempurnaan” Uki yang dijabarkan dari timur ke barat seperti rambutnya yang berkibar kayak iklan sampo, kakinya yang jenjang, dan lain-lain yang sebenernya cukup annoying. Belum lagi font nya yang Times New Rowman itu kurang asyik buat dibaca. Padahal tulisan sinopsis di belakang bukunya pake font yang lucu lho. Saya kira dalemnya juga sama, eh ternyata….
Yah kadang saya ketawa juga baca keanehan dan tingkah Uki dan teman-temannya, tapi banyak juga yang garing dan bikin saya mengerutkan dahi *halah*. Dan untuk itu saya kasih satu setengah bintang aja ya dari lima bintang. Eh ditambah setengah bintang deh soalnya Mbak Nora tinggalnya di Semarang kayak saya. Jadi dua bintang deeeeh *apeu*


No comments:

Post a Comment