Monday 26 August 2013

Blood Promise (Vampire Academy #4)



Blood Promise by Richelle Mead

Penerbit Matahati
569 halaman


Serangan Strigoi di Akademi St. Vladimir merupakan peristiwa terburuk yang pernah menimpa sekolah itu dan meninggalkan duka bagi dunia Moroi. Begitu banyak yang tewas. Parahnya lagi, Strigoi membawa pergi beberapa korban... termasuk Dimitri Belikov.

Dimitri lebih rela mati daripada harus berubah menjadi salah satu dari mereka, dan kini Rose terpaksa meninggalkan sahabatnya, Lissa—pewaris Dragomir terakhir yang harus selalu dikawalnya—untuk pergi memburu dan membunuh Dimitri demi menepati janji yang telah diminta Dimitri darinya sejak lama.

Kehidupan Rose Hathaway tidak akan sama lagi. Dengan menempuh segala risiko yang harus dipertaruhkan, dan perjalanan ke dunia yang begitu asing baginya, bisakah Rose menepati janjinya? Sanggupkah dia menghancurkan nyawa orang yang paling dicintainya?


Harus dimulai dari mana review ini? Sebagian besar cerita sudah disampaikan dalam sinopsis. Rose berkelana sendirian mencari Dimitri, dengan mengandalkan informasi dari hantu Mason bahwa Dimitri sedang berada di Siberia. Tak diragukan lagi Dimitri berada di kampung halamannya. Dan dalam perjalanannya ke sana, ia bertemu dengan Sydney, seorang Alkemis. Alkemis adalah suatu organisasi yang membantu menyamarkan keberadaan vampir. Sydney yang membantu Rose menemukan kediaman keluarga Belikov, rumah Dimitri dulu.

Keluarga Dimitri begitu hangat menyambut kedatangan Rose. Kecuali mungkin nenek Dimitri yang memiliki “penglihatan”. Mereka tetap menganggap Rose seperti anak sendiri walaupun ia membawa berita duka bagi keluarga itu. Di lain pihak, pimpinan Sydney, Abe Mazur, terus membuntuti Rose. Lelaki itu terus mendesak Rose agar kembali ke Akademi, entah untuk siapa dia bekerja.

Tapi, nasib menyeret Rose untuk kembali bertemu dengan Dimitri. Segala persiapan baik fisik ataupun mental untuk siap membunuh Dimitri langsung luluh saat Dimitri muncul di hadapannya. Dan……mulai saat itulah saya sebel sama Rose.

Awalnya memang dia berusaha kabur, atau bunuh diri, atau apalah agar dia mati (karena nggak mungkin membunuh Dimitri saat pasak peraknya disita). Tapi lama kelamaan dia jadi lemah, pah poh, njengkelin banget pokoknya sejak dia digigit dan jadi “candu” racun Strigoi. Tapi, yah, akhirnya dia bangkit lagi. Dalam kondisi lemah seperti itu, apa iya Rose berhasil kabur dari mansion mewah yang berisi puluhan Strigoi? Setelah perjalanan panjang melintasi dunia, apa dia berhasil membunuh Dimitri? Atau malah Rose menyerah saja dan mengijinkan Dimitri mengubahnya menjadi Strigoi? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu saya sepanjang saya membaca buku ini, bikin nggak bisa istirahat dan lanjut teruuuuus sampe lewat waktu tidur. Huft *ditendang*


Yah keputusan Rose untuk menolak diubah menjadi Strigoi patut diacungi jempol lah. Padahal Dimitri yang memintanya. Dimitri, orang yang paling dia cintai. Diubah menjadi Strigoi pasti membuat mereka hidup bahagia selamanya….selamanya….selamanya (ceritanya echo).  Tapi dia masih memiliki hati nurani. Keputusannya tetap tidak goyah walaupun Dimitri sudah meracuni pikirannya dengan candu Strigoi.

Walaupun Rose menemui Dimitri untuk membunuhnya, saya tetep kasihan sama Adrian. C’mon guys, perjalanan Rose itu sepenuhnya dibiayai sama dana perwaliannya Adrian. Kurang makan ati apa coba. Udah cintanya diacuhin gitu aja, dibuat bangkrut pula ckckck. Dan ngomong-ngomong soal Adrian, di buku ini tetap menceritakan kehidupan Akademi kok, mengingat si “aku” ini lagi ada di belahan dunia lain, Rose tetap sering “mengunjungi” Lissa melalui ikatan batin mereka. Adrian juga sering datang ke mimpinya Rose. How nice.

Nah, akhirnya saya selesai juga baca 4 novel Vampire Academy ini, makasih mami @nonarisa udah minjemin dengan sabar ehehehe mengingat saya minjemnya udah kayak ngerampok gitu langsung bertumpuk-tumpuk uwuwuwuw. Dan Penerbit Matahati baru menerjemahkan 4 buku dari total 6 buku, terpaksa yang buku ke-5 dan 6 saya harus baca yang versi Bahasa Inggris. Lihat positifnya san, lihat positifnya san……..setidaknya reviewnya bisa saya masukkan dalam Books in English Challenge huahahahaha.

Dan buat covernya…. errrrr. Keki banget. Saya nggak begitu suka sama cover seri Vampire Academy ini, baik yang versi luar atau dari Penerbit Matahati. Padahal kalau pake cover yang lebih bagus kan bisa menarik hati pembaca lain.

No comments:

Post a Comment