Blood Promise by Richelle Mead
Penerbit Matahati
569 halaman
Serangan Strigoi di Akademi St. Vladimir merupakan peristiwa terburuk yang pernah menimpa sekolah itu dan meninggalkan duka bagi dunia Moroi. Begitu banyak yang tewas. Parahnya lagi, Strigoi membawa pergi beberapa korban... termasuk Dimitri Belikov.
Dimitri lebih rela mati daripada harus berubah menjadi salah satu dari mereka, dan kini Rose terpaksa meninggalkan sahabatnya, Lissa—pewaris Dragomir terakhir yang harus selalu dikawalnya—untuk pergi memburu dan membunuh Dimitri demi menepati janji yang telah diminta Dimitri darinya sejak lama.
Kehidupan Rose Hathaway tidak akan sama lagi. Dengan menempuh segala risiko yang harus dipertaruhkan, dan perjalanan ke dunia yang begitu asing baginya, bisakah Rose menepati janjinya? Sanggupkah dia menghancurkan nyawa orang yang paling dicintainya?
Harus dimulai dari mana review ini? Sebagian
besar cerita sudah disampaikan dalam sinopsis. Rose berkelana sendirian mencari
Dimitri, dengan mengandalkan informasi dari hantu Mason bahwa Dimitri sedang
berada di Siberia. Tak diragukan lagi Dimitri berada di kampung halamannya. Dan
dalam perjalanannya ke sana, ia bertemu dengan Sydney, seorang Alkemis. Alkemis
adalah suatu organisasi yang membantu menyamarkan keberadaan vampir. Sydney
yang membantu Rose menemukan kediaman keluarga Belikov, rumah Dimitri dulu.
Keluarga Dimitri begitu hangat menyambut
kedatangan Rose. Kecuali mungkin nenek Dimitri yang memiliki “penglihatan”.
Mereka tetap menganggap Rose seperti anak sendiri walaupun ia membawa berita
duka bagi keluarga itu. Di lain pihak, pimpinan Sydney, Abe Mazur, terus
membuntuti Rose. Lelaki itu terus mendesak Rose agar kembali ke Akademi, entah
untuk siapa dia bekerja.
Tapi, nasib menyeret Rose untuk kembali
bertemu dengan Dimitri. Segala persiapan baik fisik ataupun mental untuk siap
membunuh Dimitri langsung luluh saat Dimitri muncul di hadapannya. Dan……mulai
saat itulah saya sebel sama Rose.
Awalnya memang dia berusaha kabur, atau bunuh
diri, atau apalah agar dia mati (karena nggak mungkin membunuh Dimitri saat
pasak peraknya disita). Tapi lama kelamaan dia jadi lemah, pah poh, njengkelin banget pokoknya sejak dia digigit dan jadi
“candu” racun Strigoi. Tapi, yah, akhirnya dia bangkit lagi. Dalam kondisi
lemah seperti itu, apa iya Rose berhasil kabur dari mansion mewah yang berisi
puluhan Strigoi? Setelah perjalanan panjang melintasi dunia, apa dia berhasil
membunuh Dimitri? Atau malah Rose menyerah saja dan mengijinkan Dimitri
mengubahnya menjadi Strigoi? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu
saya sepanjang saya membaca buku ini, bikin nggak bisa istirahat dan lanjut
teruuuuus sampe lewat waktu tidur. Huft *ditendang*
Yah keputusan Rose untuk menolak diubah
menjadi Strigoi patut diacungi jempol lah. Padahal Dimitri yang memintanya. Dimitri,
orang yang paling dia cintai. Diubah menjadi Strigoi pasti membuat mereka hidup
bahagia selamanya….selamanya….selamanya (ceritanya echo). Tapi dia masih
memiliki hati nurani. Keputusannya tetap tidak goyah walaupun Dimitri sudah
meracuni pikirannya dengan candu Strigoi.
Walaupun Rose menemui Dimitri untuk
membunuhnya, saya tetep kasihan sama Adrian. C’mon guys, perjalanan Rose itu sepenuhnya dibiayai sama dana
perwaliannya Adrian. Kurang makan ati apa coba. Udah cintanya diacuhin gitu
aja, dibuat bangkrut pula ckckck. Dan ngomong-ngomong soal Adrian, di buku ini
tetap menceritakan kehidupan Akademi kok, mengingat si “aku” ini lagi ada di
belahan dunia lain, Rose tetap sering “mengunjungi” Lissa melalui ikatan batin
mereka. Adrian juga sering datang ke mimpinya Rose. How nice.
Nah, akhirnya saya selesai juga baca 4 novel
Vampire Academy ini, makasih mami @nonarisa udah minjemin dengan sabar ehehehe
mengingat saya minjemnya udah kayak ngerampok gitu langsung bertumpuk-tumpuk
uwuwuwuw. Dan Penerbit Matahati baru menerjemahkan 4 buku dari total 6 buku,
terpaksa yang buku ke-5 dan 6 saya harus baca yang versi Bahasa Inggris. Lihat
positifnya san, lihat positifnya san……..setidaknya reviewnya bisa saya masukkan
dalam Books in English Challenge huahahahaha.
No comments:
Post a Comment