Empat
Besar (Agatha Christie)- 277 halaman
“Li Chang Yen adalah otak yang memegang kendali. Oleh karenanya saya menyebutnya si Nomor Satu.Nomor Dua dinyatakan dengan huruf ‘S’ dengan dua garis di tengah-tengahnya—lambang dollarr; disertai dua garis dan sebuah bintang.Nomor Tiga seorang wanita berkebangsaan Prancis.Nomor Empat….”….“Si Pemusnah”
Membuat review ini agak sulit menurut saya,
karena jujur saja saya bukan pengagum genre mystery/ crime/ detective semacam
novel Agatha Christie atau Sir Arthur Conan Doyle. Jadi saya belum bisa
memberikan kritik membangun atas kasus yang diemban oleh Hercule Pairot dan Kapten
Artur Hasthing ini.
Setelah jalan-jalan di Goodreads dan membaca
komentar yang ada di kolom bawah itu, kebanyakan pecinta Agatha Christie kecewa
dengan novel Empat Besar. Setidaknya, bila dibandingkan dengan
karya-karyanya yang terdahulu. Saya? Saya mah ndak ada yang bisa dibandingin
(kebanyakan baca YA), jadi manut aja.
Jadi siapakan Empat Besar ini? Mereka adalah
4 orang dengan kemampuan berbeda, yang sama-sama luar biasa, dan mendalangi hampir sebagian besar kasus kejahatan yang ada di dunia. Li
Chang Yen, orang Cina yang luar biasa cerdik sebagai otak, Si Nomor Dua dengan
kekayaannya yang tak berbatas, yang mendanai operasional Empat Besar, Si Nomor
Tiga seorang ilmuwan terbaik dengan penemuannya yang bahkan begitu hebat
di masanya saat itu, dan Nomer Empat… si misterius yang begitu lihai.
Di sinilah Hercule Poirot dan Hastings, dua
detektif yang mencoba menyelidiki Empat Besar. Poirot ini luar biasa pintarnya.
Bukan pintar sih, tapi cerdas dan licik. Dia dapat melihat
kemungkinan-kemungkinan terkecil dari kasus yang sedang ia tangani ini. Dengan
bantuan dari Ingles dan Sekertaris Negara, sedikit demi sedikit Poirot dan Hastings
mampu mengungkap siapa identitas Nomer Dua, Tiga, dan Empat. Sedangkan
Hastings yang daya pikirnya tidak setinggi Poirot hanya mampu memahami sedikit
dari rencana Empat Besar, sehingga lebih sering terjerumus dalam perangkap
mereka. Uniknya, mereka berdua saling melengkapi. Dan sikap setia kawan mereka
itu patut diacungi jempol, karena urusannya sama nyawa.
Menurut saya pas sekali cerita ini
diceritakan dari sudut pandang Hastings. Hastings sendiri pun sulit membaca
jalan pikiran Poirot, jadi akan ada unsur kejutan bagi pembaca. Lantas, apakah saya terkejut? Jujur,
saya memang kaget dengan cara berpikir Poirot. Instingnya yang sensitif mampu
menuntun mereka menuju titik terang, tentang siapa identitas Empat Besar dan
apa rencana mereka selanjutnya. Tapi, ada beberapa cerita yang sudah berhasil
saya tebak dengan benar (yeah, baca buku detektif pastinya pake nebak-nebak
dooong).
Untuk
ukuran novel yang terbit sekitar 1920-an, Empat Besar cukup menarik hingga
membuat saya begadang karena saking penasaran sama endingnya. Si Nomer Empat adalah
yang paling sering muncul dengan begitu banyak wajah dan peran. Tapi yang
paling mengejutkan tentu si Poirot dan saudara kembarnya.
After
all, saya jadi pengen baca novel karya Agatha Christie yang lain. Makasih ya
Mami @nonarisa udah minjemin ini.
No comments:
Post a Comment