Judul: The Moon that Embraces the Sun 2
Penulis: Jung Eun-gwol
Penerjemah: Rizke Radhya Burhan
Jumlah halaman: 488
Lee Hwon mulai menyelidiki penyebab kematian Yeon Woo, yang ternyata menyimpan berbagai keganjilan. Semua bukti menunjukkan bahwa Yeon Woo dibunuh, tapi yang lebih mencengangkan, ada dugaan bahwa Yeon Woo sebenarnya belum meninggal.
Tanpa disadari, penyelidikan Hwon pun berujung pada pengungkapan identitas Wol. Perasaan Hwon terhadap Wol semakin dalam, seperti matahari yang semakin bersinar terang, saat ia menemukan kebenaran yang telah disangkanya.
Namun, bagaimanakah Hwon menghadapi Woon, yang tetap mencintai Wol sekalipun takkan pernah bisa memilikinya? Seakan itu belum cukup, datang pula Pangeran Yang Myung, kakak tiri Hwon, yang semakin memperkeruh cinta segitiga itu.
Hwon dan Yang Myung layaknya dua matahari, bertempur di langit yang sama untuk memenangkan Wol sang Bulan. Sementara Woon bagaikan awan, berdiri diam di sela-sela pertempuran tersebut. Dapatkah Hwon bertahan? Dan sanggupkah ia menyelesaikan konflik pelik antara dirinya, Wol, Yang Myung, dan Woon?
What I like about this book:
1.Sikap sang Raja. Saya selalu senyum-senyum sendiri
tiap Raja yang biasanya serius dan bijaksana, langsung luluh dan manja di depan
Yeon Woo/Wol. Setiap Hwon membuat ulah, pasti para kasim dan dayang yang
kesusahan. Uwuwuwuwu.
2.Kesetiaan Raja.
“Aku jatuh hati kepada perempuan yang sama sebanyak dua kali.”-Hwon
Walaupun Yeon Woo telah meninggal dan kembali mewujud
sebagai Wol, hati Raja mampu “mengenali” Yeon Woo dalam diri Wol.
“Saat kau dan aku dilahirkan kembali ke dunia ini, aku pasti bisa mengenalimu. Seperti aku yang mengenali dan mencintaimu yang terlahir kembali sebagai Wol, aku pasti akan mencintaimu lagi.”
3. Diksi yang bagus. Terlepas dari ceritanya yang
mbulet, membaca kata-kata di buku ini seperti mendengar alunan puisi. Ini semua berkat penerjemahnya. Soalnya kayaknya
susah banget nerjemahin fiksi Korea.
4. Cover. Sapuan kuas sederhana yang membentuk pemandangan
bulan terlihat indah. Apalagi couple sama seri pertamanya.
4. Kim So Hyun. I think he is Hwon.
What I don’t like about this book:
1.Sampai sekarang saya merasa buku ini terlalu “berat”
untuk saya pahami. Lantas kenapa saya tetep baca? Entahlah. Terlalu banyak
kejadian yang diceritakan secara terpisah-pisah seringga sulit sekali menyatukannya
dengan logika (saya).
2. Yeom. I know, he’s (extremely) handsome and kind
and smart and polite and so on…. but I think he’s just overly emotional. Hatinya
terlalu lembut untuk saya pahami. Saya risih sendiri kalo dia terlalu mudah
meneteskan air mata. Saya, lho. Saya yang risih.
3. Pembunuh Yeon Woo yang sebenarnya. Dari buku
pertama, sama sekali tidak ada tanda bahwa Min Hwa yang membunuh Yeon Woo. Memang
bukan hanya Min Hwa pelakunya. Tapi saya sama sekali nggak menyangka Min Hwa
terlibat. Hanya surat mendiang Raja yang merujuk ke situ. Itu pun saya sama
sekali nggak ngeh kalo yang dimaksud mendiang Raja adalah Min Hwa.
4. Jae Woon. Kenapa tidak diberikan ending yang
membahagiakan buat Woon. Padahal dia udah banyak berjasa dan selalu makan ati. Pait pait pait.
Terlepas dari baik dan buruknya novel ini, saya tetap
menyukai alur cerita dan detail yang digambarkan penulis.A lot of my friends that thinks that Hwon is a good example for perfect husband (God, they're already thought about marrying and something like that). But his love for Yeon Woo is kind of made my heart melted too :'>
4,5/5 for this beautiful book.
No comments:
Post a Comment