Friday, 23 August 2013

Frostbite (Vampire Academy #2)



Frostbite by Richelle Mead
Penerbit Matahati
379 halaman


Rose Hathaway berada pada tahun terakhirnya di St. Vladimir. Enam bulan lagi dia akan menjadi pengawal penuh dan bertugas melindungi sahabatnya, Lissa, seorang bangsawan Moroi.

Kemudian, serangan besar-besaran Strigoi terhadap sebuah keluarga Moroi menyebabkan Akademi St. Vladimir bersiaga. Para pengawal dikerahkan untuk melindungi sekolah - termasuk ibu Rose yang berwatak keras, Janine Hathaway. Tetapi pihak sekolah tidak mau mengambil risiko. Mereka memutuskan membawa para murid pergi liburan ski.

Namun, tempat liburan musim dingin yang megah di Idaho itu tenyata tidak sepenuhnya aman. Ketika tiga temannya melarikan diri untuk melawan Strigoi yang mematikan, Rose terpaksa bekerja sama dengan Christian untuk menyelamatkan mereka. Hanya kali ini Rose berada dalam bahaya yang lebih besar daripada yang pernah dibayangkannya...
 


Terjebak perasaan. Itulah yang dialami Rose. Cintanya yang begitu besar kepada Dimitri harus terhalang oleh beban tanggung jawab sebagai pengawal Lissa. Sedangkan Lissa, begitu sibuk dengan kekasih barunya, Christian. Dan Mason, yang begitu memujanya, entah mengapa Rose merasa tidak bisa membalas perasaannya.

Di saat akan menjalani ujian, Rose malah menemukan rumah calon pengujinya, dibantai habis-habisan oleh kawanan Strigoi. Hal ini tentu terlalu menggemparkan untuk dirahasiakan dari pihak Akademi. Membantai kediaman keluarga bangsawan memang hal yang jarang sekali terjadi, apalagi dengan adanya mantra pelindung dan pengawal. Hal itu membuat resah penghuni Akademi dan para orang tua murid. Oleh karena itu, seluruh murid dan orangtua (pastinya beserta pengawal) “diungsikan” ke resor ski mewah di Idaho.

Keamanan tentu diperketat, dan dengan adanya kaum bangsawan, tentu juga ada beberapa pengawal mereka yang menjadi pengaman tambahan. Termasuk Ibu Rose yang Rose pun hampir tidak bisa mengingatnya, Janine Hathaway. Tidak semuanya takut akan serangan Strigoi yang mungkin menyerang setiap saat. Beberapa di antaranya ada yang terlalu bodoh untuk mengejar ke sarang para Strigoi. Mason, Eddie, dan Mia bermodalkan nekat—dan informasi dari Rose tentang letak sarang Strigoi—menuju Spokane.

Dan, ya ampun…seolah semuanya masih kurang, Rose pun diganggu oleh cowok misterius yang begitu sableng, Adrian Ivashkov, yang sepertinya kadar kewarasannya di bawah rata-rata.

Menyadari teman-temannya menghilang, Rose pun menyusul mereka bersama Christian Ozera. Dari semua cowok yang bisa diajak, kenapa harus Christian? Dan sayangnya, mereka berlima malah benar-benar ditangkap oleh kawanan Strigoi dan antek-antek manusianya.



***

Ketegangan memuncak setelah serangan Strigoi pertama. Dan bisa dibilang beban yang ditanggung Rose sedikit lebih banyak dibandingkan yang lain. Kehidupan cintanya dengan Dimitri, tidak begitu mulus. Dia sudah berusaha seprofesional mungkin untuk menutupi perasaannya, walaupun sepertinya bagi Dimitri tidak sesulit itu.

Dan di buku kedua ini, Rose sudah belajar banyak untuk mengendalikan emosinya. Sepertinya semakin banyak tekanan, dia semakin bisa berpikir dengan akal sehat. Dia memang berhasil membunuh dua Strigoi, termasuk hebat bagi pengawal yang bahkan belum disumpah, tapi juga kehilangan Mason.

Yang membuat saya lebih menyukai buku kedua ini dibandingkan yang pertama adalah kehadiran Adrian Ivashkov. Walaupun terkesan bad boy, tapi dia selalu memberikan perhatian yang khusus bagi Rose, dengan caranya sendiri tentunya. Entah sudah didamprat berkali-kali, Adrian tetap pantang mundur. Kadang-kadang kalo mereka lagi berantem, saya jadi ketawa-ketawa. Adrian is so cute :”)

Dan belakangan diketahui bahwa kelakuan buruk Adrian yang suka minum dan merokok adalah salah satu “pengobatannya” untuk mengatasi efek samping elemennya, roh. Adrian adalah salah satu pengguna roh. Akhirnya Adrian memutuskan tinggal di Akademi, untuk membantu Lissa mempelajari pengendalian roh.

Cover juga salah satu alasan saya lebih menyukai seri ini. Efek tulisan putih bagai salju di atas cover yang hijau benar-benar pas sama musim dingin.
 

No comments:

Post a Comment