Thursday, 16 May 2013

Review: Clockwork Princess by Cassandra Clare


 
Judul: Clockwork Princess(The Infernal Devices #3)
Penulis: Cassandra Clare
Penerbit: Walker Books
Jumlah halaman: 592 (based on Amazon)
Rating:



Novel ini adalah yang paling saya tunggu-tunggu terbitnya, paling ngoyo ngedapetinnya, dan paling saya eman-eman. Dan setelah re-read, saya masih terkagum-kagum sama alur ceritanya yang entah kenapa nggak pernah bisa ditebak.

Emm, sulit juga me-review tanpa spoiler. Jadi begini, kisah diawali pada tahun 1874 dengan kejelasan mengapa Adele Starkweather meninggal, saat penorehan rune pertama. Rune pertama ditorehkan saat… emm… cukup umur. Sebelas atau dua belas tahun. Rune pertama menjadikan seseorang resmi sebagai Shadowhunter.
“You know why that’s important, don’t you? Your first Marks mean you are Nephilim, like me, like your mother and father. They mean you are part of the Clave. Part of our warrior family. Something different and better than everyone else.” –Aloysius Starkweather, page 3
Tapi rune pertama itu malah membakar kulit Adele sampai daging mengelupas dari tulang. And that’s it, she’s dead.

Lalu cerita maju beratus tahun kemudian, saat Tessa sibuk fitting baju pernikahan. Jangan kira ini happy ending di antara Tessa dan Jem, karena tak lama kemudian Tessa diculik, tepat sehari sebelum hari pernikahan yang sudah mereka majukan. Jem pun sekarat karena ternyata selama ini ia mengkonsumsi yin fen jauh lebih banyak dari biasanya  (Sewaktu kecil Jem pernah disandera iblis yang membalas dendam karena ibu Jem telah menghancurkan sarang dan membunuh keluarganya, selama disandera Jem disuntikkan yin fen sehingga dia semacam candu gitu lah, tapi dalam taraf yang lebih hebat karena yin fen sendiri adalah racun iblis, para Saudara Hening sudah berusaha mengobatinya tapi hal yang dapat membuatnya bertahan hidup hanyalah terus mengkonsumsi yin fen tapi dalam dosis yang lebih kecil). Yin fen yang diperkirakan dapat bertahan selama setahun habis dalam waktu beberapa bulan. 

Satu hal yang tidak Will tahu adalah… Mortmain telah memborong semua stok yin fen yang ada di seluruh kota, bahkan memblokir kapal yang membawa yin fen menuju London. Dan beberapa minggu kemudian datanglah surat dari Mortmain beserta sepaket kecil yin fen, yang menyatakan dia bersedia menukar Tessa dengan semua stok yin fen yang ia punya.

Dan surat itu disusul dengan penyerangan besar-besaran saat Jessamine kembali ke Institut. Tessa berhasil diculik dan oh…. Sampai di sini saya nggak mau spoiler lagi.

Nantinya akan diketahui dengan jelas bahwa Tessa adalah warlock, dan akan dijelaskan mengapa bisa begitu. Karena tahu kan, warlock sendiri adalah keturunan dari manusia dan iblis. Warlock biasanya memiliki tanda, semacam anggota tubuh yang tidak manusiawi (bertanduk, atau tangan bercakar, atau dalam kasus Magnus… matanya yang seperti mata kucing). Tapi Tessa bersih, tidak memiliki tanda warlock apa pun. Tessa pun ternyata adalah Nephilim. Padahal keturunan dari Nephilim dan iblis akan langsung mati saat lahir. Jadi kenapa bisa? Kenapa Tessa masih hidup dan memiliki kemampuan berubah wujud?

Dan satu fakta tentang hidup mati Jem… HOW DARE YOU CASSANDRA CLARE!!!! TEGANYA MENJUNGKIRBALIKKAN CERITA KAYAK GITUU!!! Nggak habis pikir pokoknya, aaaaaaargh emosi sendiri kan jadinya. Seperti yang saya dulu bilang lah The Infernal Devices ini masih berhubungan dengan The Mortal Instrument, banyak tokoh sama yang muncul lagi di TMI (Magnus, Camille, Scott… Tessa, beserta beberapa Saudara Hening), dan endingnya sendiri menurut saya happy ending bangettttt.

Satu hal yang saya pelajari adalah…. hidup abadi itu nggak enak. 

Oh ya, kabarnya masih ada lanjutan dari seri ini. Cerita yang terjadi di antara era The Infernal Devices dan The Mortal Instruments, tapi masih luamaaaaaa banget karena rilisnya ngantri dulu sama The Dark Artifices Trilogy.

Tapi teteuuuup, kalo suruh milih Team Jem atau Team Will, saya bakal milih Team Will!!!!

No comments:

Post a Comment