Jadi, petikan novel favorit saya kali ini berasal dari
novel
Cinta dalam Gelas karya Andrea Hirata
Mozaik 31- Penyergapan.
Jika ini menjadi film, aku
ingin seperti ini:
Lokasi : Pertigaan pasar
Waktu : Subuh
Musik : gitar akustik solo, mendayu
tapi menyengat, tegang
Figuran :
5 manusia, 3 kucing, dan 4 anjing
Kamera mengintip dari atap
bengkel sepeda A Siong, zoom in ke
kucing-kucing pasar yang menguap (figuran) di loteng-loteng toko. Empat ekor
anjing pasar yang kurap (figuran juga)
nongkrong di pinggir jalan. Tiba-tiba melintas empat orang (figuran) kuli maskapai timah, bergegas naik sepeda berangkat
kerja. Anjing-anjing tadi menyalaki mereka—cukup 4 salakan, jangan lebih.
Tapi kurasa, opening film ini, biar lebih dramatis,
mesti dimulai dari pemandangan yang diambil dari helikopter. Gambar
berlika-liku mengikuti Sungai Linggang, lalu ke pasar, lalu masuk ke mulut
anjing figuran. Air liur anjing berhamburan menyalaki 4 orang kuli yang
bersepeda.
Atau, jangan lewat helikopter,
tapi lewat satelit. Mulanya gambar konstelasi planet-planet, lalu melesat
menuju bumi yang bulat dan biru. Lalu benua-benua, lalu Asia, lalu Asia
Tenggara, lalu terdengar lamat-lamat salak anjing. Tegang. Kemudian, gambar mendekat
pelan-pelan ke Indonesia, mengecil ke Pulau Sumatra, terus mengecil ke Pulau
Belitong, mengecil lagi ke kampung kami, makin kecil ke pasar, akhirnya masuk
ke mulut anjing-anjing figuran yang menyalaki kuli bersepeda tadi. Kurasa belum
pernah ada film Indonesia yang gambarnya meloncat dari planet-planet ke mulut
anjing, anjing kampung lagi, pasti fantastis!
Adegan berikutnya, seorang
lelaki misterius mengendap-endap di balik gerobak kue Hok Lo Pan. Orang itu
berbalik. Suara gitar berhenti mendadak: genjreng! Penonton terperanjat dan
tampaklah satu wajah di layar. Gambar diam, freeze motion, mencontoh film Lock, Stock and Two Smoking Barrels.
Lalu muncul teks dengan huruf yang muncul satu per satu:
S e r s a n K e p a l a
Z a i n u d d I n
~~~
Andrea Hirata adalah salah satu penulis Indonesia
favorit saya. Ia memiliki ciri khas dalam kisah-kisah yang ditulisnya. Diksinya
juga indah, serta diselipi dengan humor yang tidak hanya mengundang senyum,
tapi tawa. Kadang juga membuat saya menangis.
Cara deskripsinya menuntun saya untuk tidak hanya
membayangkan adegan tersebut, tapi juga seolah-olah ada di sana. Mengamati secara
langsung liku kehidupan orang kampung
Melayu. Dulu setelah membaca Tetralogi Laskar Pelangi, saya langsung pengen ke
Belitong.
Novel karya Andrea
Hirata akah selalu memenuhi rak buku saya.
Jadi, buat kalian yang punya kutipan favorit (pasti ada! pasti ada!) bisa ikutan Scene on Three yang dihost oleh Kak Bzee, caranya:
1.Tuliskan suatu adegan atau deskripsi
pemandangan/manusia/situasi/kota dan sebagainya ke dalam suatu post.
2.Jelaskan mengapa adegan atau deskripsi itu menarik,
menurut versi kalian masing-masing.
3.Jangan lupa cantumkan button Scene on Three di
dalam post dengan link menuju blog Bacaan B.Zee.
4.Masukkan link post kalian ke link tools yang
ada di bawah post Bacaan B.Zee, sekalian saling mengunjungi sesama
peserta Scene on Three.
5.Meme ini diadakan setiap tanggal yang mengandung
angka tiga, sesuai dengan ketersediaan tanggal di bulan tersebut
(tanggal 3, 13, 23, 30, dan 31).
Wah, penggemar Andrea Hirata ya, lucu juga imjinasinya. :)
ReplyDelete